Membekali Kecakapan Berwirausaha bagi Buruh Migran hingga Mahasiswa
Kecakapan berwirausaha jadi bekal bagi anak-anak muda hingga buruh migran Indonesia di luar negeri untuk mandiri. Pendidikan dan pelatihan wirausaha pun terus dikembangkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
DOKUMENTASI BMC
Wisuda para buruh migran Indonesia perempuan di Hong Kong yang digagas Buruh Migran Cerdas (BMC), Minggu (19/3/2023). Para buruh migran ini memanfaatkan waktu libur tiap hari Minggu untuk belajar kewirausahaan dan keterampilan guna bekal berwirausaha saat pulang ke Tanah Air.
Kemandirian hidup di tengah perubahan yang cepat makin penting bagi anak-anak muda hingga orang dewasa. Bekal kemandirian ekonomi untuk berkembang perlu diperkuat dengan pelatihan kecakapan berwirausaha. Selain memberi peluang hidup lebih baik, hal itu juga membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Sebuah ruangan di gedung First Commercial Building 33 Leighton Road, Causewaybay, Hong Kong, sudah disewa tiga tahun lalu untuk mewisuda para perempuan pekerja migran Indonesia (PMI) yang lulus belajar kewirausaahaan bersama kelompok belajar Buruh Migran Cerdas (BMC) bimbingan Ciputra Entrepreneurship Center (CEC).
Namun baru pada Minggu (19/3/2023), acara wisuda yang tertunda karena pandemi Covid-19 bisa kembali digelar untuk 33 orang angkatan 10, 11, dan 12. Selain buruh migran yang diwisuda, acara itu juga dihadiri puluhan alumnus BMC dan Elfani Prassanti, Konsul Pendidikan, Sosial, dan Budaya Konsulat Jenderal Republik Indonesia Hong Kong.
Pakar kewirausahaan Universitas Ciputra, Antonius Tanan, yang juga pembimbing BMC hadir di acara wisuda sekaligus memaparkan materi kewirausahaan bertema ”Strategi Pulang Kampung”. Topik itu penting agar alumni BMC memiliki bekal untuk hidup mandiri saat pulang ke Indonesia.
Antonius menyampaikan program kewirausahaan bagi pekerja migran merupakan impian mendiang pengusaha Ciputra agar kelak lahir konglomerat baru dari kalangan pekerja migran. Sejak tahun 2010, program pelatihan dan sekolah bagi pekerja migran dijalankan CEC. Selain di Hong Kong, kegiatan serupa telah dilakukan untuk pekerja migran di Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia.
Pendiri dan Ketua BMC Tri Sumiyati menuturkan, BMC sudah ada sejak delapan tahun lalu. Lebih dari 600 alumnus ikut program kelas belajar dibimbing tim CEC dari Universitas Ciputra. Banyak alumnus BMC jadi pengusaha usaha mikro kecil menengah (UMKM) di kampung halamannya di Indonesia.
Memanfaatkan hari libur
Para buruh migran memanfaatkan waktu libur pada hari Minggu sejak pagi sampai sore hari untuk belajar prinsip kewirausahaan, lalu diperkuat kursus oleh mentor sesama alumni, dengan bayaran sukarela. Tiap peserta hanya diwajibkan membeli seragam seharga 150 dollar Hong Kong atau kurang dari Rp 300.000.
Mereka bisa ikut pembekalan menjadi wirausaha, lalu mendapat pelatihan keterampilan di bidang kuliner, tata rias, komputer, ataupun tata busana sesuai dengan minat dengan hadir di Taman Kowloon Tong.
Peserta pelatihan dinyatakan lulus setelah ikut program kelas khusus selama satu tahun. ”Kami memanfaatkan waktu belajar tiap hari Minggu, sering juga belajar online dengan tim CEC di Indonesia. Sebagai syarat lulus, mereka wajib membuat tugas akhir yang dipersentasikan di depan tim penguji dari CEC,” kata Tri yang akrab disapa Zoplo.
Ada sembilan materi yang diajarkan, bahkan ada bimbingan setelah mereka di Indonesia. Penyampaian materi menjadi wirausaha di kampung halaman juga diperkuat dengan pilihan pelatihan keterampilan sesuai minat tiap buruh migran untuk bekal berusaha.
Pentingnya membuka usaha dengan mempertimbangkan pasar dirasakan alumni. Zoplo mengisahkan buruh migran di Hong Kong yang modis mudah tergoda membuka usaha menjual pakaian.
”Kami mengajarkan buat peserta untuk survei pasar dulu di kampung halaman. Ternyata, yang menjanjikan bukan toko pakaian, tapi penjualan gas yang hanya ada satu toko. Atau ada yang sudah membuka toko pakaian, karena pandemi bangkrut. Karena mampu menyurvei pasar, akhirnya alumni di Jember itu sukses menjual mi ayam di rumah karena pesaingnya tidak ada,” papar Zoplo.
Antonius menjelaskan, khusus di Hong Kong pesertanya mayoritas adalah perempuan. Mereka menjadi tulang punggung keluarga dan juga pahlawan devisa bagi Indonesia. ”Saya yakin, secara umum semua akan pulang kampung dengan baik dan melanjutkan hidup. Karena itu, perlu strategi untuk menghadapinya,” ucapnya.
Peran PMI turut mendorong berputarnya roda ekonomi di Indonesia. Mereka membangunkan rumah dan membiayai pendidikan keluarga. Mereka juga memberikan modal usaha untuk keluarga di kampung, hingga membelikan kendaraan bermotor untuk anak.
”Para buruh migran banyak berbuat untuk orang lain. Seorang PMI tidak bisa terus-menerus jadi kasir keluarga. Sebab, pulang kampung jadi keharusan ketika sudah bertahun-tahun bekerja di Hong Kong. Kini saatnya anggota BMC bersemangat membangun diri dan merawat masa depan sendiri,” ungkap Antonius.
Pendidikan
Jika di Hong Kong insiatif pelatihan kewirausahaan dilakukan secara mandiri, di Tanah Air ada program serupa yang dilakukan lewat dunia pendidikan secara formal maupun nonformal.
Seorang PMI tidak bisa terus-menerus jadi kasir keluarga. Sebab, pulang kampung jadi keharusan ketika sudah bertahun-tahun bekerja di Hong Kong. Saatnya anggota BMC membangun diri dan merawat masa depan.
Direktorat Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2023 melibatkan lembaga kursus dan pelatihan. Anak-anak muda putus sekolah dapat mengikuti program ini.
Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek Wartanto menjelaskan, peserta didik mendapat kurikulum mencakup pendidikan karakter kewirausahaan, pendidikan keterampilan, pemasaran, akses permodalan, pengelolaan hasil usaha, dan keselamatan kerja. ”Pemerintah daerah ataupun unit kerja seperti perbankan dapat membantu permodalan peserta PKW,” ujarnya.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Bermacam produk berbahan kulit karya mahasiswa Politeknik Akademi Teknologi Kulit (ATK) Yogyakarta dipajang dalam kegiatan Leather Innofashion Expo di Gedung Pusat Desain Industri Nasional Yogyakarta, Gondokusuman, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023).
Penyiapan calon wirausahaan dari lulusan perguruan tinggi juga dilakukan Kemendikbudristek melalui kebijakan Kampus Merdeka yang memberi peluang bagi mahasiswa belajar di luar kampus dengan diakui sebagai bagian dari satuan kredit semester. Ada program Wirausaha Merdeka yang kini memasuki angkatan kedua.
Melalui program Wirausaha Merdeka, mahasiswa yang berminat berwirausaha mendapat pembekalan kompetensi kewirausahaan melalui praktikum atau magang dan pengembangan ide atau implementasi bisnis, atau kegiatan lain.
”Generasi saat ini penuh kreativitas. Semoga melalui program ini banyak wirausahawan baru lahir dengan semangat integritas kuat sehingga ekonomi Indonesia akan tumbuh sehat dan berkelanjutan,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam.