Rahasia Menua dengan Sehat dari Amazon
Serangkaian penelitian mengungkap rahasia kesehatan jantung dan otak masyarakat tradisional di Amazon hingga masa tua. Masyarakat modern bisa belajar dari pola hidup mereka.
Menua dengan sehat telah menjadi impian banyak orang. Faktanya, masyarakat modern berjalan ke arah sebaliknya. Sekalipun usia harapan hidup meningkat, kebanyakan orang digerogoti penyakit degeneratif. Serangkaian penelitian mengungkap rahasia kesehatan jantung dan otak masyarakat tradisional di Amazon hingga masa tua.
Suku Tsimane dan Moseten merupakan masyarakat adat yang tinggal di sekitar hutan tropis dataran rendah Amazonia Bolivia. Mereka hidup dalam komunitas kecil yang terdiri dari 20 hingga 30 keluarga. Orang Tsimané dan Mosetén bergantung terutama pada pertanian subsisten dengan membudidayakan pisang dan ubi kayu melalui sistem perladangan berotasi.
Selain bertani, mereka juga berburu binatang dan menangkap ikan, serta meramu berbagai tanaman hutan sebagai sumber makanan. Pola hidup Tsimane dan Moseten ini mengingatkan pada pola hidup masyarakat adat di Indonesia, seperti masyarakat Dayak di Kalimantan.
Beberapa penelitian telah menemukan, komunitas masyarakat adat yang mendiami hutan tropis dataran rendah Amazon di Bolivia, yaitu Tsimane dan Moseten, memiliki tingkat penyakit jantung dan otak terendah yang pernah dilaporkan. Mereka juga bisa menjalani hidup sehat dan produktif hingga usia lanjut.
Penelitian Michael Gurven, antropolog dari University of California, dan tim yang dipublikasikan di jurnal Evolutionary Anthropology (2017) menunjukkan, orang Tsimane kebanyakan hidup sampai usia 70 tahun, beberapa bahkan sampai 90 tahun. Mereka sebenarnya mulai menua di usia 30-an, sebagaimana masyarakat di kota.
Namun, bagi orang Tsimane, permulaan penuaan fisik tidak sama dengan penurunan. Antara usia 40 dan 60 tahun, banyak individu mencapai puncak sosial dan ekonomi dan tetap sehat sampai menjelang kematian.
Baca Juga: Usia Harapan Hidup Manusia Indonesia Anjlok
Laporan Margaret Gatz dari Center for Economic and Social Research, University of Southern California dan tim di jurnal Alzheimer's & Dementia pada 2022 menunjukkan, di antara orang Tsimane dan Moseten yang lebih tua, hanya sekitar 1 persen yang menderita demensia. Sebaliknya, 11 persen orang berusia 65 tahun ke atas yang tinggal di Amerika Serikat menderita demensia.
Penelitian sebelumnya oleh Hillard Kaplan dari Department of Anthropology University of New Mexico dan tim yang dipublikasikan di The Lancet pada 2017 menunjukkan bahwa orang Tsimane memiliki jantung yang luar biasa sehat di usia yang lebih tua. Mereka juga memiliki prevalensi aterosklerosis koroner (penyakit yang terlihat dalam bentuk timbunan lemak di dalam arteri) terendah dari populasi mana pun yang diketahui sains.
Studi lain yang diterbitkan di The Journal of Gerontology pada 2021 yang dipimpin oleh Andrei Irimia dari University of Southern California menemukan bahwa Tsimane mengalami lebih sedikit atrofi otak daripada rekan mereka di Amerika dan Eropa. Tingkat atrofi otak terkait usia, atau penyusutan otak, berkorelasi dengan risiko penyakit degeneratif, seperti demensia dan Alzheimer.
Terkait gaya hidup
Banyaknya penelitian terhadap masyarakat Tsimane dan Morseten telah menunjukkan mereka memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat modern, terutama kesehatan jantung dan otak. Pertanyaannya, apa yang membedakannya dengan masyarakat modern?
Sudah banyak laporan yang menunjukkan, faktor gaya hidup di negara-negara berpenghasilan tinggi, termasuk kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang kaya gula dan lemak, berkontribusi terhadap penyakit jantung dan dapat mempercepat penuaan otak.
Berkat industrialisasi, manusia sekarang menikmati akses yang lebih besar ke makanan, lebih sedikit kerja fisik, dan akses yang lebih baik ke perawatan kesehatan daripada sebelumnya. Namun, kita sudah terbiasa makan lebih banyak dan berolahraga lebih sedikit. Obesitas dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dikaitkan dengan volume otak yang lebih kecil dan penurunan kognitif yang lebih cepat.
Penelitian terbaru terhadap masyarakat Tsimané dan Mosetén menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan dan olahraga yang optimal telah memaksimalkan penuaan otak yang sehat dan mengurangi risiko penyakit degeneratif. Studi ini dipublikasikan di Prosiding National Academy of Sciences pada Senin (20/3/2023), dipimpin oleh antropolog senior Hillard Kaplan, yang sekarang mengajar di Universitas Chapman dan telah mempelajari Tsimané selama hampir dua dekade.
Untuk lebih memahami titik kritis saat kelimpahan dan kemudahan mulai merusak kesehatan, para peneliti menyelediki kesehatan 1.165 orang dewasa suku Tsimané dan Mosetén, berusia 40-94 tahun. Fokus mereka terutama membahas volume otak pada usia paruh baya dan lanjut usia di kalangan Tsimané dan Mosetén.
Peneliti menyediakan transportasi bagi peserta dari desa terpencil ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tim menggunakan CT scan untuk mengukur volume otak berdasarkan usia. Mereka juga mengukur indeks massa tubuh peserta, tekanan darah, kolesterol total, dan penanda lain dari energi dan kesehatan secara keseluruhan.
”Kami menilai hubungan volume otak dengan biomarker energi dan penyakit arteri dan membandingkannya dengan temuan dalam konteks industri,” tulis Kaplan.
Analisis tersebut menguji hipotesis yang berasal dari model evolusioner kesehatan otak bahwa energi makanan berhubungan positif dengan volume otak akhir kehidupan orang yang aktif secara fisik dan membatasi makanannya. Namun, kelebihan massa tubuh dan adipositas sekarang dikaitkan dengan penurunan volume otak dalam masyarakat industri di usia menengah dan lebih tua.
Hasilnya sekali lagi menunjukkan, suku Tsimané dan Mosetén mengalami lebih sedikit atrofi otak dan peningkatan kesehatan jantung dibandingkan dengan populasi masyarakat industri di AS dan Eropa.
”Kami menemukan bahwa hubungan volume otak dengan kolesterol non-HDL dan indeks massa tubuh berbentuk lengkung, positif dari nilai terendah 1,4 hingga 1,6 SD di atas rata-rata, dan negatif dari nilai tersebut hingga nilai tertinggi,” tulis Kaplan.
Lebih tradisional, lebih baik
Penelitian Kaplan dan tim juga memberikan perbedaan utama antara kedua masyarakat adat tersebut. Mosetén berkerabat dengan Tsimané karena mereka memiliki bahasa yang sama, sejarah leluhur, dan gaya hidup subsisten. Namun, Mosetén memiliki lebih banyak paparan teknologi modern, kedokteran, infrastruktur, dan pendidikan.
”Mosetén berfungsi sebagai populasi perantara penting yang memungkinkan kita membandingkan spektrum luas faktor gaya hidup dan perawatan kesehatan. Ini lebih menguntungkan daripada perbandingan langsung antara Tsimané dan dunia industri,” kata Andrei Irimia, ahli biomedis dari University of Southern California yang turut dalam studi.
Irimia mengatakan, Mosetén menunjukkan kesehatan yang lebih baik daripada populasi modern di Eropa dan Amerika Utara, tetapi tidak sebaik di Tsimané. Di antara Tsimané, secara mengejutkan, BMI dan tingkat ”kolesterol jahat” yang agak lebih tinggi dikaitkan dengan volume otak yang lebih besar untuk usia. Namun, hal ini mungkin disebabkan oleh rata-rata individu yang lebih berotot daripada individu di negara industri yang memiliki BMI yang sebanding.
Perbadingan dari dua komunitas ini menunjukkan bahwa akses yang lebih baik yang dimiliki masyarakat Mosetén terkait teknologi modern, kedokteran, infrastruktur, dan pendidikan tidak memberikan kualitas kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, kondisi kesehatan mereka cenderung memburuk seiring dengan paparan modernitas.
Kunci penuaan otak
Penelitian ini juga menunjukkan, baik Tsimané dan Mosetén mendekati ”titik ideal”, atau keseimbangan antara aktivitas sehari-hari dan kelimpahan makanan, yang menurut peneliti menjadi kunci penuaan otak yang sehat.
Kaplan dan tim menjelaskan bahwa orang yang hidup dalam masyarakat dengan makanan berlimpah dan sedikit kebutuhan untuk aktivitas fisik menghadapi konflik antara apa yang mereka ketahui secara sadar adalah yang terbaik untuk kesehatan mereka dan hasrat, atau dorongan, yang berasal dari evolusi masa lalu kita.
”Selama masa evolusi kita, lebih banyak makanan dan lebih sedikit kalori yang dihabiskan untuk mendapatkannya menghasilkan kesehatan yang lebih baik, kesejahteraan, dan pada akhirnya keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi atau kebugaran Darwinian,” catat Kaplan.
Baca Juga: Pembangunan Manusia Mundur 5 Tahun, Usia Harapan Hidup Global Menurun
Sejarah evolusioner ini dipilih karena obsesi psikologis dan fisiologis yang membuat kita menginginkan makanan tambahan dan lebih sedikit pekerjaan fisik. Dengan industrialisasi, obsesi itu membuat kita melampaui batas. Berbagai kemudahan itu membuat masyarakat yang semakin doyan makan dan enggan bergerak.
Menurut Irimia, tempat terbaik dalam hal kesehatan otak dan risiko penyakit adalah ”titik ideal” di mana otak diberi makanan dan nutrisi yang tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak, dan di mana Anda memiliki banyak aktivitas fisik.