Karyawan Cenderung Menghindari Istirahat di Tempat Kerja
Karyawan sering tetap bekerja meskipun sebenarnya ingin berhenti sejenak. Hal ini berpotensi menyebabkan kelelahan dan kinerja yang buruk.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Karyawan bermain gim di waktu istirahat siang di Wisma BCA Foresta, BSD, Tangerang, Banten, Juni 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Beban kerja yang berat membuat karyawan membutuhkan istirahat cukup. Namun, penelitian terbaru University of Waterloo, Kanada, menyebutkan, karyawan cenderung menghindari istirahat di tempat kerja karena tekanan dan tingkat stres tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Business and Psychology itu menjelaskan, karyawan sering tetap bekerja meskipun sebenarnya ingin berhenti sejenak. Hal ini berpotensi menyebabkan kelelahan dan kinerja yang buruk.
Vincent Phan, penulis pertama penelitian itu, mengatakan, pihaknya menyadari tidak selalu memungkinkan bagi karyawan mengambil lebih banyak waktu beristirahat. ”Tetapi, jika pemberi kerja dapat mempromosikan kesejahteraan karyawan dengan mengatasi kondisi yang dapat membuat pekerjaan menjadi tidak menyenangkan, mereka mungkin dapat mengurangi jumlah waktu istirahat yang dibutuhkan,” ujarnya dilansir dari Sciencedaily.com, Jumat (17/3/2023).
Peneliti memperkirakan beban kerja yang tinggi akan berhubungan positif dengan keinginan untuk melepaskan diri dari pekerjaan. Namun, pada saat yang sama, tingginya beban kerja juga akan menghalangi karyawan untuk benar-benar beristirahat.
Riset ini dilakukan dengan bertanya kepada 107 karyawan tentang alasan mereka mengambil waktu istirahat atau tidak mengambilnya. Peneliti kemudian menyurvei 287 karyawan lain mengenai kualitas tidur, kelelahan, masalah kinerja, beban kerja, dan jumlah istirahat yang mereka ambil setiap hari.
Sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan manfaat istirahat bagi kesejahteraan dan kualitas kinerja karyawan. Namun, karyawan mungkin menolak beristirahat di tempat kerja jika mereka merasa supervisor tidak menganjurkannya.
Masih terdapat kesalahpahaman yang menganggap istirahat itu tidak produktif. ”Banyak karyawan mengambil istirahat karena justru mereka berkomitmen untuk tetap fokus dan mempertahankan kinerja tingkat tinggi,” kata Phan.
Aspek iklim kerja bisa menghalangi karyawan untuk beristirahat. Padahal, beristirahat sesuai kebutuhan akan bermanfaat bagi perusahaan dan pekerja. Sebab, istirahat membantu karyawan tetap segar dan bersemangat tanpa mengorbankan kinerja.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Karyawan menyeberang jalan saat jam istirahat di Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan, awal Januari 2023.
Secara khusus, peneliti memperkirakan beban kerja yang tinggi akan berhubungan positif dengan keinginan untuk melepaskan diri dari pekerjaan. Namun, pada saat yang sama, tingginya beban kerja juga akan menghalangi karyawan untuk benar-benar beristirahat.
”Penelitian kami memberikan laporan komprehensif tentang proses yang terlibat dalam keputusan untuk beristirahat dan memberikan wawasan tentang bagaimana karyawan dan manajer dapat memanfaatkan waktu istirahat dengan lebih efektif di tempat kerja berpotensi meningkatkan kesejahteraan dan kinerja," ujar James Beck, profesor psikologi industri dan organisasi di University of Waterloo.
Para peneliti berharap temuan mereka akan membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan. Selain itu, penelitian di masa depan dapat mengeksplorasi faktor struktural dan kontekstual lebih luas yang memengaruhi pengambilan keputusan.