Kerja Empat Hari Seminggu Kurangi Stres Karyawan dan Pertahankan Produktivitas
Penelitian terbaru menunjukkan sistem kerja empat hari dalam seminggu mengurangi tingkat stres pekerja dan tetap mempertahankan target produktivitasnya. Hidup pekerja menjadi lebih seimbang.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Pekerja industri garmen di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pulang setelah bekerja di pabrik, Kamis (23/4/2020) sore.
JAKARTA, KOMPAS — Pengurangan waktu kerja karyawan sering kali dikhawatirkan menurunkan tingkat produktivitas perusahaan. Namun, penelitian ilmuwan di University of Cambridge, Inggris, yang bekerja sama dengan akademisi dari Boston College, Amerika Serikat, terhadap uji coba sistem kerja empat hari dalam seminggu di Inggris Raya menunjukkan stres pekerja berkurang dan target produktivitas tetap terjaga.
Penelitian tersebut melibatkan 61 perusahaan di Inggris. Perusahaan itu berkomitmen mengurangi 20 persen jam kerja untuk semua anggota staf, tanpa pengurangan upah, selama enam bulan mulai Juni 2022. Sebagian besar perusahaan juga mempertahankan produktivitasnya.
Pengurangan waktu kerja itu menurunkan stres para pekerja, hari sakit, dan retensi pekerja. Keseimbangan kehidupan bekerja pun jauh lebih baik bagi sebagian besar karyawan.
Prof Brendan Burchell, sosiolog yang memimpin penelitian di University of Cambridge, mengatakan, sebelum uji coba, banyak yang mempertanyakan apakah peneliti akan melihat peningkatan produktivitas untuk mengimbangi pengurangan waktu kerja. ”Banyak karyawan sangat tertarik untuk menemukan manfaatnya. Rapat panjang dengan terlalu banyak orang dipersingkat, bahkan dihilangkan. Para pekerja cenderung tidak menghabiskan waktu dan secara aktif mencari teknologi yang meningkatkan produktivitas mereka,” ujarnya dikutip dari Sciencedaily.com, Rabu (22/2/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pekerja beraktivitas di salah satu industri manufaktur di Desa Wadas, Kecamatan Tegal, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/4/2018). Memasuki era Industri 4.0, pembenahan kapasitas pekerja akan meningkatkan daya saing dan produktivitas industri, terutama pada sektor manufaktur.
Hasil uji coba bekerja empat hari dalam sepekan itu mengungkap penurunan tingkat stres dan penyakit pekerja. Sebesar 71 persen karyawan melaporkan tingkat kejenuhan yang lebih rendah. Sementara 39 persen pekerja mengatakan stres berkurang dibandingkan pola kerja sebelumnya.
Temuan lain, jumlah hari sakit berkurang 65 persen. Pada saat yang sama, pendapatan perusahaan hampir tidak berubah selama masa uji coba, bahkan meningkat sedikit dengan rata-rata sebesar 1,4 persen.
Pengurangan waktu kerja itu menurunkan stres para pekerja, hari sakit, dan retensi pekerja. Keseimbangan kehidupan bekerja pun jauh lebih baik bagi sebagian besar karyawan.
Sekitar 92 persen perusahaan, atau 56 dari 61 perusahaan yang mengikuti uji coba, berniat melanjutkan sistem kerja empat hari dalam seminggu tersebut. Bahkan, 18 perusahaan mengonfirmasi perubahan waktu kerja tersebut akan diterapkan secara permanen.
Penelitian ini melibatkan pekerja perusahaan dari berbagai bidang, di antaranya penyedia layanan keuangan, pedagang ritel daring, studio animasi, dan toko ikan. Ada juga perusahaan konsultasi, perumahan, teknologi informasi, perawatan kulit, perhotelan, dan perawatan kesehatan.
Peneliti menyurvei karyawan selama uji coba untuk mengukur efek dari memiliki satu hari tambahan waktu luang. Tingkat kecemasan dan kelelahan dilaporkan menurun di seluruh angkatan kerja, sementara kesehatan mental dan fisik meningkat.
Sejumlah pegawai kantor meninggalkan kantor saat jam istirahat di kawasan perkantoran Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (20/1/2021).
Pekerja merasa lebih mudah menyeimbangkan pekerjaan dengan komitmen keluarga dan sosial. ”Kami merasa sangat terdorong oleh hasil yang menunjukkan perubahan pola kerja empat hari seminggu dari semula mimpi menjadi kebijakan yang realistis dengan banyak manfaat,” ujar periset lain di University of Cambridge, David Frayne.
Penelitian juga mendokumentasikan bagaimana perusahaan mengurangi jam kerja tanpa mengorbankan target. Metode yang digunakan termasuk mengadakan pertemuan lebih singkat dengan agenda yang lebih jelas, menerapkan periode fokus, memakai analisis baru dalam proses produksi, dan menerapkan daftar tugas pada akhir hari untuk kerja lebih efektif pada hari berikutnya.