Kalender Bersama Festival Film Indonesia Dibutuhkan
Sejumlah agenda festival film di Indonesia masih tumpang tindih. Akibatnya, manfaat festival film, seperti untuk berjejaring, berdiskusi, dan menambah wawasan, tidak terealisasi secara optimal.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan festival film dinilai penting sebagai cermin perkembangan film di suatu daerah, tempat insan film berjejaring, serta untuk mendekatkan publik dengan film. Namun, agenda festival film di Indonesia masih kerap tumpang tindih sehingga kalender bersama dibutuhkan.
”Salah satu persoalan festival film di Indonesia adalah belum ada kalender bersama. Ini menyebabkan penyelenggaraan festival satu dengan lainnya berdekatan, bahkan bertabrakan,” kata produser film sekaligus pegiat Coordination for Film in Indonesia (Coffie) Damar Ardi di Jakarta, Jumat (10/3/2023), pada konferensi peringatan Hari Film Nasional yang diselenggarakan Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Hingga tahun 2023 lebih kurang 70 festival film di Indonesia berskala lokal, nasional, dan internasional. Festival ini diselenggarakan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga budaya, hingga institusi pendidikan.
Sebagian festival film berlangsung pada semester kedua. Beberapa di antaranya berlangsung di waktu yang sama atau berdekatan. Malam puncak Flobamora Film Festival di Kupang, Nusa Tenggara Timur, misalnya, diselenggarakan pada 27-29 Oktober 2022. Festival ini bertepatan dengan Solo Documentary (Sodoc) Film Festival yang berlangsung pada 26-29 Oktober 2022 di Surakarta, Jawa Tengah.
Pada Oktober 2022, tercatat pula sejumlah festival film digelar di Jakarta, seperti Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) yang diadakan pada 27 Oktober 2022. Selain itu, ada Madani International Film Festival 2022 pada 8-15 Oktober 2022. Pada waktu yang berdekatan, Korea Indonesia Film Festival 2022 diadakan pada 29 September hingga 2 Oktober 2022.
Adapun sejumlah festival tidak hanya berisi pemutaran film. Beberapa festival disertai dengan diskusi, kompetisi, atau pameran keliling ke beberapa kota (roadshow). Keberadaan festival film menjadi penting untuk mengenalkan film kepada masyarakat, memantik diskursus soal isu yang ada di film, hingga menyediakan kesempatan bagi insan film untuk berjejaring.
Salah satu persoalan festival film di Indonesia adalah belum ada kalender bersama. Ini menyebabkan penyelenggaraan festival satu dengan lainnya berdekatan, bahkan bertabrakan.
Manfaat festival film dinilai akan tidak optimal jika penyelenggaraannya saling tumpang tindih. Itu sebabnya jadwal festival di berbagai kota mesti dipetakan.
”Perlu diadakan pertemuan di antara para penyelenggara festival film di Indonesia untuk membuat sinergi, tidak hanya dalam konteks pengembangan, tetapi juga menyinergikan jadwal penyelenggaraan,” kata Damar.
Kepala Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Film Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Edy Suwardi mengatakan, festival film memberi ruang edukasi bagi masyarakat untuk membahas suatu isu secara eksplisit. Melalui film juga, masyarakat didorong untuk kritis dan kreatif.
”Festival film menjadi modal sosial penting dalam mewujudkan perubahan. Di Indonesia, keberadaan festival film yang jumlahnya semakin bertambah merupakan salah satu indikator bahwa apresiasi (publik) terhadap film semakin baik,” ujar Edy.
Salah satu festival dengan isu spesifik adalah Madani International Film Festival (MIFF). MIFF menawarkan narasi pengalaman hidup orang Islam di berbagai negara. Melalui film, audiens diharapkan menerima pesan soal kemanusiaan, keberagaman, dan toleransi.
Sementara itu, Festival Film Indonesia (FFI) 2022 mengangkat tema ”Perempuan: Citra, Karya, dan Karsa”. Tema ini menunjukkan peran perempuan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia, baik di depan maupun belakang layar.
Adapun film Before, Now & Then (Nana) yang berkisah soal perempuan memenangi Piala Citra 2022 di kategoriFilm Cerita Panjang Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, serta Penata Musik Terbaik.
Sutradara film ini, Kamila Andini, juga menjadi nomine Sutradara Terbaik. Ketua Komite FFI 2021-2023 Reza Rahadian sebelumnya mengatakan, tema FFI tidak mengikat ke penjurian, tetapi jadi acuan untuk membangun suasana acara.