Selain dari segi tema, pemenang Film Cerita Panjang Terbaik di ajang Festival Film Indonesia atau FFI 2022 juga kental dengan unsur keperempuanan. Momen ini diharapkan jadi pendorong agar lebih banyak sineas perempuan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Sutradara film Before, Now & Then, Kamila Andini (kiri), dan produser sekaligus suaminya, Ifa Isfansyah, menunjukkan Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2022 di Jakarta, Selasa (22/11/2022) malam. Film itu menang di lima nominasi FFI 2022, yakni nominasi Film Cerita Panjang Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, serta Penata Musik Terbaik.
Film Before, Now & Then karya sutradara Kamila Andini dinyatakan sebagai peraih Piala Citra di nominasi Film Cerita Panjang Terbaik pada Festival Film Indonesia 2022, Selasa (22/11/2022) malam. Kemenangan film tentang perempuan ini mengandung banyak harapan, salah satunya agar semakin banyak perempuan terlibat di industri film.
Senyum Kamila Andini semakin lebar saat para wartawan bertepuk tangan dan bersorak saat ia datang ke ruang pers di Jakarta Convention Center, Jakarta. Produser film Before, Now & Then—sekaligus suami Kamila—Ifa Isfansyah yang berjalan di belakang pun semringah. Para wartawan bergerak cepat mengabadikan momen keduanya di podium. Piala Citra di tangan Kamila pun tak luput dipotret.
Dari 11 nominasi yang mereka tempati, malam itu film Before, Now & Then berhasil membawa pulang lima piala. Film ini menang di nominasi Film Cerita Panjang Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, serta Penata Musik Terbaik. Film ini merupakan salah satu film dengan nominasi terbanyak di FFI 2022.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Sutradara film Before, Now & Then, Kamila Andini (kiri), dan produser sekaligus suaminya, Ifa Isfansyah, menunjukkan Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2022 di Jakarta, Selasa (22/11/2022) malam. Film itu menang di lima nominasi FFI 2022, yakni nominasi Film Cerita Panjang Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, serta Penata Musik Terbaik.
Piala tersebut ibarat buah manis dari penantian dan kerja keras. Pada FFI 2021, Kamila yang menjadi sutradara film Yuni juga berhasil mengantar film tersebut menjadi salah satu sinema dengan nominasi terbanyak, yakni 14 nominasi. Yuni akhirnya membawa satu piala di nominasi Pemeran Utama Perempuan Terbaik (Arawinda Kirana).
”Tahun lalu anak saya bilang, ’Ibu kalah terus’. Tahun ini ternyata berbeda jalannya. Ya, itu juga menggambarkan kehidupan. Kadang kalah, kadang menang. Yang penting terus membuat film dengan penuh cinta,” ucap Kamila.
Kecintaan terhadap film pula yang memacunya tetap berkarya. Sebagai perempuan, ia mengaku tahu betul kesulitan bekerja di industri film yang maskulin. Membagi diri sebagai perempuan di rumah serta perempuan di lokasi shooting pun kadang bukan perkara sederhana.
Terlepas dari tantangan dan beban ganda yang kerap diemban, perempuan tetap bisa berkarya. Hal ini tampak dari persentase pekerja film Before, Now & Then yang 70 persennya adalah perempuan.
”Penting untuk saling mengingat bahwa ada film makers perempuan di luar sana yang punya talenta, punya visi, tapi mungkin dia butuh support untuk menjalani visinya,” ucap Kamila.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Aktris Putri Marino dinyatakan sebagai pemenang nominasi Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Malam puncak FFI dilakukan di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Hal ini sejalan dengan tema FFI 2022, yakni ”Perempuan: Citra, Karya, dan Karsa”. Ketua Komite FFI 2021-2023 Reza Rahadian sebelumnya mengatakan, tema ini tidak mengikat ke penjurian, tetapi dijadikan acuan untuk membangun suasana acara. Adapun para pekerja film perempuan banyak terlibat di perhelatan FFI tahun ini.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, peran perempuan di perfilman Indonesia semakin signifikan. Mereka menempati berbagai posisi, mulai dari produser, sutradara, penulis naskah, dan lainnya.
”Mereka bukan sekadar pelengkap belaka, tapi sudah menorehkan prestasi-prestasi gemilang di panggung internasional,” ucap Nadiem.
Ia menyebut Before, Now & Then yang berhasil menyabet penghargaan di Berlin International Film Festival 2022 dan Brussels International Film Festival 2022. Ada lagi film Autobiography yang diproduseri Yulia Evina Bhara yang menerima penghargaan di Tokyo FILMeX 2022 dan saat Venice Film Festival 2022. Aktris Laura Basuki, Happy Salma, dan Asmara Abigail juga diapresiasi atas prestasinya di ajang internasional.
Isu perempuan
Adapun Before, Now & Then juga bicara soal perempuan. Film ini diadaptasi dari novel Jais Darga Namaku karya penulis Ahda Imran. Film menceritakan soal almarhum Raden Nana Sunani, seorang perempuan Sunda, di era 1960-an yang budaya patriarkinya masih kental.
Nana yang diperankan Happy Salma kehilangan keluarganya saat perang di Jawa Barat. Setelahnya, ia menetap di Bandung dan menikah lagi dengan laki-laki kaya yang jauh lebih tua. Pergumulan batin Nana terjadi setelah menikah. Pasalnya, ia dituntut oleh keluarga suami untuk selalu patuh dan lembut.
ARSIP FOURCOLOURS
Salah satu adegan dalam film Before, Now & Then besutran sutradara Kamila Andini.
Nana lantas bertemu Ino (Laura Basuki) yang ternyata perempuan simpanan suaminya. Alih-alih bertengkar, Nana menjadikan Ino sebagai teman. Kesamaan nasib membuat mereka saling dukung sebagai perempuan.
Produser eksekutif film ini, Jais Darga, mengatakan bahwa film Before, Now & Then dan Piala Citra merupakan kado untuk ibunya. Adapun Jais merupakan anak dari Raden Nana Sunani.