Penyandang Disabilitas Masih Sulit Akses Fasilitas Umum
Fasilitas umum, seperti trotoar dan transportasi publik, belum sepenuhnya ramah penyandang disabilitas. Hal ini menghambat mereka untuk mengakses hak atas aksesibilitas.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah anggota gerakan penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia berkumpul sebelum memperingati Hari Kursi Roda Internasional 2023 di kawasan Dukuh Atas, Menteng, Jakarta, Rabu (1/3/2023). Peringatan ini secara internasional dimulai sejak 2008 untuk mengingatkan akan pentingnya kursi roda sebagai alat bantu bagi penyandang disabilitas. Kegiatan ini selain untuk melakukan literasi dan advokasi disabilitas dan inklusi sosial, secara khusus mengampanyekan pengadaan 100 kursi roda elektrik di 10 kota melalui Program 10/100 untuk para aktivis difabel, infrastruktur inklusif, dan audit aksesibilitas fasilitas publik.
JAKARTA, KOMPAS — Penyandang disabilitas masih kesulitan berjalan di trotoar, mengakses transportasi publik, hingga masuk ke rumah ibadah, pertokoan, dan fasilitas kesehatan. Hak mereka atas aksesibilitas pun tidak terpenuhi.
Setidaknya ada 10 pengguna kursi roda yang berkeliling Jakarta pada peringatan Hari Kursi Roda Internasional, Rabu (1/3/2023). Ada pula tunanetra dan orang tuli di rombongan. Perjalanan dimulai dari Stasiun MRT Dukuh Atas ke Stasiun MRT ASEAN.
Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kegiatan ini ditutup dengan audiensi antara komunitas penyandang disabilitas dan pihak Kementerian PUPR.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah anggota gerakan penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia dibantu petugas saat memasuki kabin kereta Moda Raya Terpadu (MRT) di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta saat memperingati Hari Kursi Roda Internasional 2023, Rabu (1/3/2023).
Butuh waktu cukup lama bagi difabel untuk mengakses MRT. Selain karena lift yang tersedia terbatas, ramp untuk memindahkan kursi roda dari peron ke gerbong kereta pun jumlahnya terbatas. Sebagian pengguna kursi roda akhirnya naik ke gerbong tanpa ramp dengan bantuan pendamping.
Saat melintasi trotoar, mereka beberapa kali terantuk jalan yang tidak rata, terhalang bollard atau tiang pengaman, tersandung penutup saluran, dan ada yang hampir menabrak pohon. Mereka juga kesulitan menyeberang jalan.
Masuk ke gedung tujuan pun jadi ujian lain bagi para difabel. Akses trotoar terputus karena salah satu sisi trotoar miring dan tidak mungkin dilewati kursi roda.
Menurut pendiri pergerakan Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia, Farhan Helmy, perjalanan ini untuk mengadvokasi publik akan pentingnya fasilitas umum yang inklusif. Ia berpendapat, aksesibilitas yang ramah difabel umumnya masih hanya tersedia di vsisi baik” suatu kota.
Sementara itu, sebagian penyandang disabilitas berasal dari kalangan menengah ke bawah yang tinggal di pinggiran kota. Aksesibilitas di kawasan tempat tinggal mereka belum ramah difabel.
Aksesibilitas yang ramah difabel umumnya masih hanya tersedia di ’sisi baik’ suatu kota.
Hal ini menyulitkan difabel untuk bepergian. Kondisi tersebut juga menghambat difabel untuk mandiri dan produktif. Di sisi lain, aksesibilitas (termasuk akses ke transportasi publik) yang tidak inklusif dinilai berkaitan dengan rendahnya tingkat partisipasi kerja difabel.
”Kita butuh contoh bagaimana infrastruktur ditempatkan dalam konteks yang lebih luas. Jadi, tidak hanya jalan saja (yang dibenahi), tetapi juga akses untuk kursi roda, akses ke fasilitas kesehatan, dan lainnya. Ini agar difabel hingga lansia punya jalan masuk ke fasilitas itu (umum),” ucap Farhan,
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah anggota gerakan penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia melintas di trotoar Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, saat memperingati Hari Kursi Roda Internasional 2023, Rabu (1/3/2023).
Aksesibilitas yang buruk membuat penyandang disabilitas rentan mengalami kecelakaan. Tak jarang pengguna kursi roda mesti melintas di badan jalan karena trotoar tidak memadai. Farhan mengatakan, kadang ia minta bantuan pengemudi ojek daring untuk menuntun dia di jalan.
Menurut Tenaga Ahli Madya Kedeputian V Kantor Staf Presiden Sunarman Sukamto, yang juga pengguna kursi roda, fasilitas umum mesti didesain agar inklusif. Ini bukan hanya untuk kebaikan difabel, tetapi untuk semua masyarakat.
”Semua orang akan jadi lansia yang kemampuan sensorik dan motoriknya menurun. Mereka butuh desain (fasilitas umum) yang inklusif. Maka dari itu, mendesain secara inklusif itu sama dengan mendesain untuk kita semua,” ucapnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah anggota gerakan penyandang Disabilitas dan Lanjut Usia (Dilans) Indonesia mengantre masuk ke lift menuju Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta, saat memperingati Hari Kursi Roda Internasional 2023,
Berdasarkan survei rapor trotoar yang diadakan Koalisi Pejalan Kaki pada 2022, hanya ada tiga kota yang mencetak skor 6 (dalam skala 1-10) dalam kualitas trotoar, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Skor rata-rata kota/kabupaten lain adalah 4.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengatakan, salah satu indikator penilaian pada survei itu adalah aksesibilitas trotoar. Semakin rendah skornya, semakin buruk pula aksesibilitas trotoar. Ia menekankan pentingnya trotoar agar dibangun menerus, tidak terpotong oleh jalan atau rintangan lain. Ia juga mengusulkan agar trotoar dibangun dengan lebar minimal 2 meter.
”Saya asumsikan ada dua pengguna kursi roda berpapasan di trotoar. Satu kursi roda (dimensinya) 85 sentimeter. Jika itu dikali dua, ditambah dengan manuver, maka keluar angka 2 meter,” kata Alfred. ”Tanpa aksesibilitas yang baik, penyandang disabilitas jadi ’dirumahkan’ oleh sistem. Kalaupun ada akses, itu high cost karena mereka perlu sewa mobil atau pakai kendaraan pribadi,” ujarnya.
Perwakilan Subdidirektorat Keselamatan dan Keamanan Jalan dan Jembatan Bina Marga Kementerian PUPR Dian Asri Moelyani menyatakan, pembebasan trotoar dari pedagang kaki lima kerap menghambat aksesibilitas trotoar. Walau demikian, pihaknya terus berupaya mewujudkan aksesibilitas ramah penyandang disabilitas.