Hujan Sedang hingga Lebat Masih Berpotensi Terjadi Sepekan ke Depan
Curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah, termasuk Jabodetabek, masih berpotensi terjadi sepekan ke depan. Berbagai persiapan perlu dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Hujan deras mengguyur Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Curah hujandengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek, masih berpotensi terjadi sepekan ke depan. Pihak-pihak terkait diharapkan dapat melakukan persiapan seiring dengan masih adanya potensi hujan di sejumlah wilayah ini.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menyampaikan, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat cukup merata di sebagian besar wilayah Jabodetabek untuk periode lima hari ke depan sejak 24-28 Februari.
Hujan dengan intensitas lebat terkonsentrasi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Tangerang, dan Depok, terutama pada akhir pekan. Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir atau rob juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Banten, pesisir utara DKI Jakarta, dan pesisir Jawa Barat.
”Curah hujan ini memungkinkan potensi timbulnya genangan di sebagian wilayah Jabodetabek. Kejadian hujan signifikan umumnya dapat terjadi pada waktu dini hari menjelang pagi dan siang menjelang sore hari,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (24/2/2023).
Guswanto menjelaskan, perkembangan dinamika atmosfer saat ini menunjukkan potensi aktivitas gelombang atmosfer dan Madden Jullian Oscillation (MJO) yang tidak signifikan pengaruhnya untuk wilayah Jabodetabek. Namun, monsun Asia menunjukkan aktivitas signifikan dengan merujuk indeks surge dan indeks CENS (cross equatorial northerly surge) atau arus lintas ekuatorial hingga sepekan ke depan.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Calon penumpang bus Transjakarta menunggu kedatangan bus di Halte Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Peningkatan curah hujan ini terutama terjadi di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Jabodetabek.
Adanya sirkulasi di sebelah barat daya Lampung juga mendukung terbentuknya pertemuan massa udara atau konvergensi di sepanjang pesisir barat Sumatera dan Jawa. Kondisi ini juga memengaruhi peningkatan curah hujan di wilayah Jabodetabek.
Selain wilayah Jabodetabek, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat selama sepekan ke depan juga masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah lainnya termasuk Indonesia timur. Wilayah tersebut, antara lain, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, sebagian wilayah Sulawesi, serta seluruh wilayah Kalimantan, Maluku, dan Papua.
BMKG merekomendasikan pihak-pihak terkait dapat melakukan persiapan seiring dengan masih adanya potensi hujan sepekan ke depan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan kesiapan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Bagi masyarakat, persiapan lainnya yang perlu dilakukan adalah menata lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan memangkas dahan atau ranting pohon yang rapuh. Masyarakat dan pihak terkait juga diimbau untuk melakukan program penghijauan secara lebih masif guna mengurangi dampak bencana hidrometeorologi.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melewati pohon yang roboh diterjang angin kencang di Kampung Pulo Damar Kidul, Desa Sukawijaya, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (12/2/2023).
Hujan lebat disertai angin ini juga kerap memicu suhu dingin di sejumlah wilayah. BMKG mencatat, suhu terendah dapat terjadi di Bandung dan tertinggi di wilayah Gorontalo, Surabaya, Pontianak, Samarinda, Tarakan, Ternate, Mataram, Jayapura, Pekanbaru, Makassar, Kendari, Manado, dan Medan.
Meski demikian, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin menyebut bahwa penurunan suhu ini bukan disebabkan fenomena Aphelion. Sebelumnya, banyak beredar narasi bahwa sejak Februari hingga Agustus 2023 tengah terjadi fenomena Aphelion yang menyebabkan penurunan suhu, khususnya di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Menurut Miming, Aphelion terjadi pada bulan Juli dan fenomena tersebut tidak menyebabkan penurunan suhu. Aphelion merupakan fenomena ketika posisi Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari. Jarak antara Bumi dan Matahari ini juga tidak menentukan kondisi musim di Bumi.