Monsun Asia Pengaruhi Cuaca Jabodetabek hingga 28 Februari
Hujan lebat yang melanda Jakarta dan sekitarnya, Kamis malam hingga Jumat siang, memicu genangan di sejumlah wilayah meski cepat surut. Dipengaruhi monsun Asia, BPBD DKI ingatkan potensi cuaca buruk hingga pekan depan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Ratusan makam terendam air di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta dengan mengacu pada penjelasan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merilis, cuaca Jabodetabek hingga pekan depan masih akan dipengaruhi monsun Asia. Hujan lebat yang mengguyur Jakarta sejak Kamis malam hingga Jumat (24/2/2023) pukul 15.00 menyebabkan 8 ruas jalan dan 55 RT tergenang dengan 7 keluarga mengungsi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji, Jumat, menjelaskan, sejak Kamis (23/2/2023), hujan dengan intensitas sangat lebat terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sampai dengan pukul 15.00, sebanyak 55 RT atau 0,181 persen dari 30.470 RT yang ada di wilayah DKI Jakarta tercatat tergenang.
Dari 55 RT itu, terdapat 17 RT di Jakarta Timur yang terdampak luapan Kali Ciliwung. RT-RT yang terdampak luapan Ciliwung itu berada di Kelurahan Cililitan dengan satu RT tergenang dengan ketinggian air 50 cm.
Tujuh RT di Kelurahan Cawang tergenang air setinggi 40 sampai 130 cm. Dua RT di Kelurahan Kampung Melayu tergenang dengan ketinggian air 125 cm dan tujuh RT di Kelurahan Bidara Cina tergenang dengan ketinggian air 20 sampai 100 cm.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Proyek pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur di Jatinegara, Jakarta, Selasa (24/1/2023). Proyek untuk mengatasi banjir di Jakarta ini ditargetkan selesai April 2023.
Di Jakarta Selatan, satu RT di Kelurahan Kuningan Barat terdampak hujan lebat. Genangan terjadi dengan ketinggian 20 cm. Satu RT lainnya di Kelurahan Pela Mampang dengan tinggi genangan 25 cm akibat luapan Kali Mampang dan Krukut selain juga karena curah hujan yang tinggi.
Untuk 36 RT lainnya, genangan terjadi karena curah hujan yang tinggi, yakni 3 RT di Jakarta Utara dan 33 RT di Jakarta Barat.
Adapun delapan jalan yang tergenang tersebar di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat.
”Kami memastikan genangan disedot dan tali-tali air berfungsi dengan baik,” kata Isnawa.
Sementara itu, sampah yang terbawa arus banjir dan tersaring di Pintu Air Manggarai, menurut Subkoordinator Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Yogi Ikhwan, sebanyak 114 meter kubik. Sampah sebanyak itu terangkut dengan tiga rit truk besar dan empat rit truk kecil.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara Kali Ciliwung membelah kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, dan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (11/12/2022).
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah mengatakan, hujan lebat yang terjadi sejak Kamis hingga Jumat (23-24/2/2023) merata di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Ia melihat ada koordinasi cepat antara Penjabat Gubernur DKI Jakarta dan Dinas Sumber Daya Air untuk antisipasi.
”Pengerukan lumpur di kali-kali dan tali air berjalan,” kata Ida.
Namun, melihat genangan yang terjadi salah satunya akibat luapan Kali Ciliwung, Ida kembali mengingatkan pentingnya pengendalian banjir.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal secara terpisah mengatakan, untuk mengendalikan banjir akibat luapan Kali Ciliwung di Jakarta, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah membangun Bendungan Kering Sukamahi dan Ciawi.
”Begitu terjadi hujan di Puncak, volume air akan ditahan dulu di Ciawi dan di Sukamahi,” ujar Yusmada.
Namun, untuk hujan yang terjadi di Bogor di mana air akan langsung mengalir ke Jakarta yang merupakan daerah rendah, jelas Yusmada, di situlah diperlukan pembangunan sodetan dan normalisasi kali.
”Dengan pengerjaan dua program ini, air tidak akan meluap lagi,” katanya.
Cuaca ekstrem
Merujuk pada penjelasan BMKG, lanjut Isnawa, cuaca ekstrem masih berpeluang terjadi di wilayah Jabodetabek. Perkembangan dinamika atmosfer saat ini menunjukkan potensi aktivitas gelombang atmosfer dan MJO (Madden Julian Oscillation) yang tidak signifikan pengaruhnya untuk wilayah Jabodetabek.
”Namun, monsun Asia menunjukkan aktivitas signifikan dengan merujuk indeks surge dan indeks CENS (cross equatorial northerly surge) atau arus lintas ekuatorial yang saat ini cukup signifikan dan berpotensi masih signifikan hingga sepekan ke depan,” papar Isnawa.
Adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS, lanjut Isnawa, dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan di sekitar wilayah Indonesia, terutama di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Jabodetabek. Selain itu, adanya sirkulasi di sebelah barat daya Lampung juga mendukung terbentuknya pertemuan massa udara/konvergensi di sepanjang pesisir barat Sumatera dan Pulau Jawa.
Intensitas lebat terkonsentrasi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Tangerang, dan Depok, terutama pada akhir pekan ini
RIZA FATHONI
Alat berat mengeruk Kali Ciliwung di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (27/7/2020).
Isnawa menjelaskan, hal itu berpengaruh pula terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Jabodetabek. Untuk periode lima hari, 24-28 Februari 2023, potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat cukup merata di sebagian besar wilayah Jabodetabek.
”Intensitas lebat terkonsentrasi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Tangerang, dan Depok, terutama pada akhir pekan ini,” katanya.
Hujan dengan intensitas sedang-lebat itu memungkinkan potensi timbulnya genangan di sebagian wilayah Jabodetabek. Kejadian hujan signifikan umumnya dapat terjadi pada waktu dini hari menjelang pagi dan siang menjelang sore hari.
Kemudian berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) pada 24-26 Februari 2023 berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Banten, pesisir utara DKI Jakarta, dan pesisir Jawa Barat.