Potensi Bencana Naik, Presiden Ingatkan Masyarakat Selalu Waspada
Presiden Jokowi mengingatkan semua masyarakat untuk berhati-hati karena potensi bencana di dunia semakin tinggi. Lima puluh tahun terakhir, frekuensi bencana naik lima kali lipat.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi bencana di dunia dilaporkan meningkat hingga lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Begitu pula bencana di Indonesia, frekuensinya naik 81 persen dalam 12 tahun terakhir. Karena itu, selain meminta masyarakat waspada, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempercepat proses pencarian dan pertolongan korban bencana.
”Menurut data yang saya miliki, potensi bencana di dunia ini cenderung semakin tinggi, frekuensinya lima kali lipat naik selama 50 tahun terakhir, lima kali lipat. Hati-hati,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Basarnas dan Rapat Koordinasi Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) Tahun 2023 di Kantor Pusat Badan SAR Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).
Frekuensi bencana di Indonesia juga mengalami peningkatan 81 persen dari 1.945 kejadian pada 2010 menjadi 3.542 kejadian pada 2022. ”Kenaikannya, sekali lagi, dalam 12 tahun ini 81 persen,” ujar Presiden.
Menurut data yang saya miliki, potensi bencana di dunia ini cenderung semakin tinggi, frekuensinya lima kali lipat naik selama 50 tahun terakhir, lima kali lipat. Hati-hati.
Menurut Presiden, Indonesia juga pernah mengalami kecelakaan besar, di antaranya Air Asia pada 2014 yang jatuh di perairan Belitung, kemudian Sriwijaya SJ-182 di Kepulauan Seribu pada 2021.
”Saya mengikuti dan beberapa saya melihat langsung di lapangan, kecepatan respons dari Basarnas saya harus menyampaikan apa adanya, sangat cepat. Memang harapan korban dan harapan korban itu bertumpu pada tim SAR,” ucapnya.
Namun, Presiden kembali menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mempercepat proses pencarian dan pertolongan korban bencana. Pasalnya, kecepatan evakuasi menentukan jumlah nyawa korban yang dapat diselamatkan. Karena itu, Basarnas didorong untuk terus meningkatkan penggunaan teknologi agar penanganan bencana dapat berjalan dengan lebih efektif.
”Masih banyak yang harus dimiliki Basarnas, misalnya drone rescue, meskipun tadi saya lihat drone-nya, tapi kalau drone untuk mengevakuasi orang kita belum memiliki. Kemudian juga untuk efektivitas pertolongan dan pencarian ini sudah digunakan beberapa negara di Amerika, Jepang, robot ular (snake robot),” ujarnya.
Lebih lanjut, Presiden menginstruksikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung untuk membantu Basarnas mendapatkan peralatan tersebut. ”Nanti Pak Menko PMK tolong dicatat, Sekretaris Kabinet Pak Seskab nanti dibantu Basarnas untuk memiliki peralatan yang tadi saya sampaikan,” ucap Presiden.
Selain penggunaan teknologi, keterlibatan masyarakat juga menjadi sangat penting dalam proses pertolongan dan pencarian korban, terutama di daerah rawan bencana. Presiden mendorong Basarnas untuk melibatkan masyarakat melalui edukasi tentang pertolongan awal yang bisa dilakukan saat terjadi bencana.
Gempa Turki
Dalam pembukaan rapat kerja Basarnas, Presiden menyempatkan diri menyapa tim Indonesia Search and Rescue (INASAR) dan Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal, melalui sambungan panggilan video di Basarnas Command Center. Mereka tengah menjalankan misi kemanusiaan membantu korban gempa Turki.
”Bagaimana kabar dan kondisi di Turki?” tanya Presiden Jokowi, yang didampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsdya TNI Henri Alfiandi.
”Alhamdulillah semua tim dari Indonesia dan dari KBRI semua dalam keadaan sehat, Bapak Presiden,” jawab Lalu Muhammad Iqbal.
”Kelihatannya dingin banget, jam berapa di Turki?” tanya Presiden lagi.
”Dingin banget, Bapak Presiden. Ini 3 derajat (celsius) di sini, rasanya kayak di kulkas, Bapak Presiden. Ini pukul 05.00 pagi,” tambah Lalu.
Presiden kemudian menanyakan kondisi terakhir di Turki. Menurut Yopi Haryadi, Kasubdit Siaga dan Latihan Basarnas yang menjabat sebagai pemimpin tim INASAR dalam operasi di Turki, saat ini korban meninggal dunia akibat gempa Turki telah melampaui 30.000 korban. Tim INASAR pun terus terjun ke lapangan untuk membantu proses evakuasi korban yang masih tertimpa reruntuhan bangunan.
Dalam laporannya, Yopi menyampaikan bahwa tim INASAR yang berkekuatan 48 personel dan dua anjing pelacak tiba di Bandara Adana pada Senin (12/2/2023). Setelah tiba, tim INASAR langsung mendirikan basis operasi atau base of operation (BoO) dan langsung melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan.
”Kami melaksanakan pencarian di tujuh wilayah, yaitu di Sumeriah Mah, Antakiya, Haraparasi, Cekmece, Cebrail, Esenlik, dan Electric. Sejauh ini kami telah menemukan dan mengevakuasi 12 korban,” ucap Yopi.
Selain itu, mereka juga menempatkan dua personel sebagai reception and departure center bagian dari PBB untuk menerima kedatangan dan kepulangan dari tim Urban Search and Rescue (USAR) internasional serta satu orang di USAR Coordination Cell sebagai pusat koordinasi operasi SAR internasional di Turki.
Kepada tim INASAR, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa ia telah berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan via telepon. Menurut Presiden Jokowi, Presiden Erdogan mengapresiasi kerja cepat tim INASAR.
”Tadi malam saya telepon juga, berbicara dengan Presiden Erdogan mengenai tim kita, tim medis maupun SAR kita yang sudah berada di Turki dan beliau menyampaikan apresiasi karena kita dianggap cepat,” ujar Presiden Jokowi.