Pandemi Covid-19 Dinilai Melandai, Pemerintah Bersiap Menuju Endemi
Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia dinilai telah terkendali. Pemerintah menyiapkan beberapa langkah di masa peralihan status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada 2023.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Seorang petugas kesehatan mengambil cairan vaksin Covid-19 dari vial di Rumah Tahanan Kelas 1 Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (2/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat antibodi masyarakat Indonesia terhadap Covid-19 saat ini sudah mencapai 99 persen. Meski begitu, laju penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 harus dicegah dengan mempercepatan vaksinasi penguat dan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait protokol kesehatan. Pemerintah juga telah menyiapkan langkah antisipasi masa peralihan status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada 2023.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (8/2/2023), menyampaikan, status endemi Covid-19 bisa dicapai karena berdasarkan hasil survei serologi terakhir pada periode Januari 2023 terdapat 99 persen penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi Covid-19. Terlebih, peraturan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) sudah dicabut sehingga masyarakat dapat beraktivitas lebih bebas.
Oleh karena itu, di masa transisi setelah dicabut PPKM ini, kata Budi, pemerintah terus mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga situasi pandemi Covid-19. Maka itu, diperlukan dua cara sebagai upaya dalam masa peralihan status pandemi Covid-19.
Budi menyebutkan, langkah pertama, meningkatkan penggunaan teknologi pengurutan genom (genome sequencing) untuk mengetahui adanya varian baru Covid-19. Sebab, naiknya kasus positif Covid-19 bukan disebabkan oleh mobilitas massa, tetapi munculnya varian baru Covid-19.
Saat ini, Indonesia telah memiliki 50 alat pengurutan genom yang tersebar di seluruh wilayah. Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat membantu respons Covid-19 terutama ketika ditemukan varian baru di Tanah Air.
”Kenaikan kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan adanya varian baru. Bukan karena mobilitas atau ada acara-acara. Penting untuk memperkuat teknologi genome sequence supaya dapat mengetahui musuh kita seperti apa, ada di mana, dan tipenya apa,” kata Budi.
Langkah kedua, menurut Budi, meningkatkan dan memperkuat daya tahan tubuh masyarakat Indonesia. Rendahnya laju penularan Covid-19 di Indonesia disebabkan oleh semakin kuatnya antibodi dan imunitas masyarakat terhadap virus SARS-CoV-2. Penguatan ini dapat dilakukan lewat vaksinasi dan kekebalan alami.
Kenaikan kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan adanya varian baru. Bukan karena mobilitas atau ada acara-acara. Penting untuk memperkuat teknologi genome sequence supaya dapat mengetahui musuh kita seperti apa, ada di mana, dan tipenya apa.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis penguat kedua dalam vaksinasi di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
”Sejak Desember 2021, kita lakukan setiap enam bulan sekali untuk sero survei. Di bulan Juli 2022, kadar antibodi penduduk naik dari 88 persen menjadi 98 persen. Pada bulan Januari kemarin naik lagi menjadi 99 persen kadar antibodi penduduk yang terbentuk terhadap virus Covid-19,” tutur Budi.
Menurut Budi, secara perlahan Indonesia akan menuju status endemi Covid-19, tentunya dengan pertimbangan dan berkomunikasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO akan meninjau ulang kondisi negara-negara di dunia serta dampak Covid-19 terhadap rumah sakit dan kasus kematian.
Kewaspadaan
Berdasarkan laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus terkonfirmasi Covid-19 per 8 Februari 2023 sebanyak 392 kasus baru, kasus sembuh sebanyak 259, dan 9 pasien Covid-19 meninggal dunia. Hingga hari ini, kasus aktif Covid-19 ada 4.186 dengan total kasus terkonfirmasi sebanyak 6.731.696 kasus.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sebagian besar pengunjung tetap menggunakan masker saat mengisi liburan di sebuah mal di Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (1/1/2023).
Saat rapat kerja, hampir semua perwakilan fraksi di DPR mendorong agar pemerintah mengantisipasi varian baru Covid-19 pasca-pencabutan PPKM. Anggota Komisi IX DPR Fraksi Golkar, Dewi Asmara, mengatakan, kewaspadaan harus terus dilakukan pada masyarakat terutama munculnya varian baru Covid-19.
Menurut Dewi, edukasi masyarakat terkait vaksinasi harus ditingkatkan. Apalagi, hadirnya hasil sero survei terbaru telah memunculkan pandangan kontraproduktif di masyarakat yang menganggap imunitas tubuh telah tinggi sehingga vaksinasi tidak perlu dilakukan.
”Pemerintah harus terus melakukan edukasi dan sosialisasi pentingnya vaksinasi, termasuk vaksin penguat, terutama pada kelompok lansia,” katanya.
Dalam salah satu kesimpulan rapat kerja, Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, pihaknya juga mendesak Kemenkes untuk tetap mengantisipasi munculnya varian baru Covid-19 setelah pencabutan PPKM. Ia meminta agar pemerintah memperhatikan situasi kedaruratan kesehatan global (public health emergency of international concern/PHEIC) oleh WHO dalam masa peralihan status pandemi Covid-19 tersebut.
Pemerintah perlu melakukan percepatan vaksinasi primer lengkap dan penguat pada masyarakat, terutama untuk kelompok lansia, sebagai upaya memberikan perlindungan kepada kelompok lansia.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 8 Februari 2023, ada 203 juta penduduk yang sudah divaksin dosis pertama, 174 juta penduduk dosis kedua, 69 juta penduduk dosis penguat pertama, dan 1,4 juta orang dosis penguat kedua. Sementara warga lansia yang sudah menerima vaksin Covid-19 dosis penguat pertama baru 7,24 juta orang, sedangkan dosis penguat kedua 458.833 orang.
”Edukasi dan protokol kesehatan pada masyarakat harus terus dilakukan supaya dapat menekan penularan virus,” ucapnya.