Penyelarasan Pendidikan Vokasi dengan Industri Tidak Lagi Sekadar Magang
Kemitraan untuk menyelaraskan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri terus berkembang. Pendidikan vokasi diharapkan semakin fleksibel mengembangkan model belajar.
Penyelarasan ataulink and matchantara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri kini tak lagi hanya berupa program magang. Hal ini seiring dengan pengembangan pendidikan vokasi menjadi wadah mendidik dan melatih generasi muda agar siap kerja sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Penyelarasan antara pendidikan vokasi di jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) ataupun perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi seperti politeknik mulai dari meramu kurikulum yang selaras dengan bidang industri/jasa terkait.
Kesempatan magang di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) menjadi peluang untuk menempa hard skills (keterampilan teknis) dan soft skills (kecakapan nonteknis) lulusan vokasi. Dengan demikian, peserta didik lebih siap bekerja atau berwirausaha tanpa menghabiskan waktu untuk kompetensi dasar yang dibentuk di masa pendidikan.
Kini kolaborasi pendidikan vokasi dan DUDI kian berkembang seiring dengan menggeliatnya pembelajaran berbasis proyek (PBL) sebagai salah satu metode belajar yang mulai diterapkan di pendidikan vokasi. Dosen dan mahasiswa bersama pelaku usaha dan industri bisa merancang proyek bersama demi menjawab kebutuhan industri terkait.
Baca juga : Tantangan Pendidikan Vokasi Menghadirkan Solusi
Dalam acara Polibatam-Industry Festival (PIN Fest) yang digelar di Kampus Politeknik Negeri Batam, Kamis (12/1/2023), hasil PBL yang melibatkan dosen, mahasiswa, dan berbagai DUDI diperlihatkan.
Metode PBL membuat mahasiswa aktif belajar sampai mampu menciptakan produk atau jasa yang bisa digunakan DUDI. Namun, produk atau jasa hasil PBL bukan sekadar tugas, melainkan juga rangkaian dari belajar sejak awal hingga mampu membentuk tim untuk merancang PBL, termasuk mengerjakan proyek dari DUDI.
Menurut General Manager Engineering PT Sumitomo Wiring Systems Batam Indonesia Suwarto, pihaknya membuka ruang bagi mahasiswa mengenal industri sebagai bekal beradaptasi saat memasuki dunia kerja. Pengembangan PBL dinilai menawarkan solusi, termasuk digitalisasi kinerja perusahaan.
Pada tahun 2022 sebanyak 22 proyek didukung Sumitomo Batam, lalu disaring menjadi 14 proyek, dan tujuh proyek bisa dilaksanakan. ”Kami didukung keahlian mahasiswa dan dosen Polibatam yang memacu digitalisasi. Program studi animasi menghadirkan pelatihan bagi karyawan baru dari yang konvensional ke digital,” ujar Suwarto.
Meski terlihat sederhana, penyediaan pelatihan untuk karyawan baru dengan sistem digital efektif untuk mendukung kinerja perusahaan. Masa tiga bulan awal bekerja biasanya untuk pelatihan yang membutuhkan anggaran besar. Kini hal itu bisa dipercepat agar pekerja baru lebih optimal berkontribusi bagi perusahaan.
Menurut Suwarto, PBL mendukung keselarasan DUDI dan pendidikan vokasi yang menguntungkan perusahaan. Peluang magang hingga satu tahun membuat perusahaan bisa mendukung penyiapan sumber daya manusia bagi dunia kerja. Saat lulus, mahasiswa siap kerja karena tahu jenis pekerjaan dan keahlian yang selaras.
Sementara Bella Yolanda dari PT Kinema Systrans Multimedia (Infinite Studio), di Batam, menuturkan, dunia animasi membutuhkan banyak talenta. Perusahaan yang menyediakan jasa untuk membuat animasi berkelas internasional sesuai dengan permintaan klien guna kebutuhan industri hiburan dunia membutuhkan pendidikan vokasi yang fleksibel dan relevan.
”Semakin ke sini, gap atau kesenjangan dari talenta animasi yang dididik institusi pendidikan vokasi dengan industri animasi di Indonesia bisa terus dipersempit meski tetap harus ditingkatkan kualitasnya,” kata Bella.
Permintaan talenta animasi sesuai dengan keahlian yang spesifik terus meningkat. Kinema memiliki sekitar 330 talenta yang bekerja berdasarkan proyek sesuai dengan bidang masing-masing. Hal ini untuk mendukung produksi animasi berstandar internasional, termasuk dari Netflix dan masih banyak lagi.
Permintaan talenta animasi sesuai dengan keahlian yang spesifik terus meningkat.
Menurut Bella, kerja sama dengan pendidikan vokasi SMK dan program studi animasi di perguruan tinggi, termasuk Polibatam, dapat menyediakan kebutuhan talenta animasi. Apalagi di Polibatam berani mengembangkan magang satu tahun, membuat kesempatan pengembangan kompetensi mahasiswa kian matang.
”Kami senang berkolaborasi dengan Polibatam yang fleksibel, mendukung mahasiswa untuk berani bergabung dengan kami sebagai tim tanpa terkendala administrasi perkuliahan. Mahasiswa semester 2 prodi animasi di Polibatan bisa kami rekrut jadi karyawan, tapi mereka tetap bisa lulus kuliah,” kata Bella.
Pembelajaran berbasis proyek
Direktur Politeknik Negeri Batam Uuf Brajawidagda mengatakan, semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sudah lama dilakukan pendidikan vokasi, seperti Polibatam. Kebijakan magang setahun agar lebih optimal memberikan pengalaman bekerja atau di luar kampus bagi mahasiswa.
”Biasanya empat bulan pertama baru untuk adaptasi. Perusahaan tentu tak mau hanya melatih. Dengan waktu magang satu tahun, setelah empat bulan mahasiswa jadi makin siap bekerja dan perusahaan terbantu dalam perekrutan SDM yang memenuhi kualifikasi perusahaan tanpa perlu mendidik dari nol,” kata Uuf.
Fleksibilitas bagi mahasiswa untuk bekerja di industri yang relevan saat masih kuliah juga menguntungkan mahasiswa dan kampus. Polibatam memakai kebijakan rekognisi pembelajaran lampau (RPL) untuk bisa menyetarakan hasil kerja dari mahasiswa yang sudah dilamar perusahaan untuk bekerja.
Baca juga : Reformasi Total Pendidikan Vokasi
Demikian pula dengan model pengembangan PBL, makin terbuka kolaborasi dan penyelarasan saling menguntungkan. Perusahaan tak lagi terbebani dalam memberi ruang bagi dunia pendidikan agar bisa mengikuti perkembangan di dunia kerja. Model PBL menjadi pilihan guna meningkatkan mutu pendidikan vokasi dan SDM.
”Kami harus terbuka dan fleksibel dengan alur kerja di perusahaan supaya bisa selaras dan berkolaborasi. Kami adaptasi untuk bisa dimulai di kampus sehingga mahasiswa terbiasa. Bahkan, di kampus tersedia ruang pertemuan untuk diskusi dengan perusahaan-perusahaan untuk bisa mengerjakan proyek bersama yang mendukung PBL berpusat pada mahasiswa,” papar Uuf.
Sementara itu, Hendawan Soebhakti, pimpinan Satuan Hilirisasi Inovasi dan Layanan Usaha (SHILAU) Polibatam, menuturkan, peluang proyek untuk PBL bisa ditemukan dengan berbagai cara sebagai proses belajar aktif mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator. Proyek untuk belajar ini bisa didapat dari industri; usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); lomba; serta kebutuhan internal.
Pembelajaran di kampus membutuhkan kurikulum terintegrasi dari mata kuliah sehingga tidak terkotak-kotak dan saling berhubungan satu sama lain dengan aktivitas PBL.
Proyek yang dikerjakan mahasiswa tidak untuk satu mata kuliah, tetapi lintas mata kuliah, lintas semester, lintas jurusan, hingga lintas program studi. Semua disiapkan dari pembelajaran di tingkat awal dengan problem berbasis pembelajaran.
Pada semester tiga mahasiswa sudah menyiapkan proyek yang menghasilkan produk atau jasa untuk digunakan masyarakat ataupun industri. Hal ini juga sebagai rangkaian persiapan tugas akhir.
”Dengan demikian, lulusan vokasi tak sekadar siap bekerja, tetapi mampu berkreasi untuk menghadirkan solusi bagi perusahaan hingga mendesain dan menghasilkan produk atau jasa yang dibutuhkan pengguna,” kata Hendawan.