Festival Film Buka Peluang Kolaborasi dan Berjejaring
Festival film bukan hanya sarana menonton dan menayangkan film. Festival juga menjadi ajang membuka jejaring dengan pemangku kepentingan perfilman dan menjadi gerbang kolaborasi di kemudian hari.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Suasana penayangan film pendek berjudul "Bangkit Prinsip Juang" di ruang audiovisual Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Festival film membuka peluang bagi para pembuat film untuk berjejaring dan berkolaborasi. Hal ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memperbesar peluang mewujudkan proyek film.
Sutradara film Makbul Mubarak mengatakan, proyek film panjang pertamanya, yaitu Autobiography, merupakan akumulasi dari pengalamannya menonton berbagai film di festival film. Diskusi-diskusi film yang ia ikuti selama festival juga memperkaya wawasan perfilman.
”Bagi saya, festival film setidaknya memiliki empat fungsi. Pertama, kita bisa mengembangkan atau mempromosikan ide (cerita) di sana. Ide ini bisa jadi sinopsis atau skenario. Kita bisa mencari mitra untuk mendukung (pengembangan) ide di festival,” ucap Makbul pada diskusi daring Di Balik Layar: Menembus Festival Film yang diadakan Teras Mitra.
Pembuat film mesti cermat memilih mitra yang cocok diajak bekerja sama.
Ia menambahkan, manfaat kedua festival film adalah untuk menghimpun dana produksi. Festival film umumnya memiliki pasar film atau project market yang dimanfaatkan para pegiat film untuk mencari mitra atau dana.
SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS
Pembukaan Plaza Indonesia Film Festival digelar di Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Manfaat ketiga festival film adalah sebagai sarana pemutaran film yang sudah selesai diproduksi. Terakhir, festival menjadi sarana bertemu berbagai pemangku kepentingan industri film, seperti produser, ekshibitor, hingga distributor. Pertemuan itu juga dimanfaatkan untuk menjual film.
”Itulah kenapa festival film sangat penting. Festival menyediakan platform (perfilman) dari hulu ke hilir, bahkan dari pembuat film yang di kepalanya cuma ada ide abstrak sampai menjadi film,” kata Makbul.
Film Autobiography berkembang secara organik dari festival film. Makbul bahkan bertemu produser filmnya, Yulia Evina Bhara, melalui festival film. Ide cerita Autobiography lantas dikembangkan ke berbagai laboratorium film. Di sana, Makbul dan Yulia bertemu pegiat film dari berbagai negara. Diskusi dengan mereka memperkaya proses pengembangan cerita.
CINEMA LOVER COMMUNITY PURBALINGGA
Salah satu adegan film Ijinkan Saya Menikahinya karya SMA Rembang Purbalingga meraih Juara 1 Festival Film Pendek Indonesia untuk kategori Pelajar yang diumumkan pada Jumat (20/1/2017), di Bentara Budaya Jakarta.
Kerja sama antarnegara
Ide film Autobiography lantas dipromosikan dengan menggandeng tujuh negara untuk jadi mitra koproduksi. Negara-negara tersebut, di antara lain Filipina, Perancis, Indonesia, Jerman, dan Polandia.
Film ini tayang perdana di Venice International Film Festival pada 2022. Hingga kini, Autobiography telah ditayangkan di 28 festival film di lima benua dan meraih setidaknya 18 penghargaan.
Film ini juga memperoleh tujuh nomine di Festival Film Indonesia (FFI) 2022, lalu mendapat penghargaan di kategori Skenario Asli Terbaik. Film ini bakal ditayangkan di bioskop Indonesia mulai 19 Januari 2023.
Yulia Evina Bhara menambahkan, pembuat film mesti cermat memilih mitra yang cocok diajak bekerja sama. Ini untuk menghindari konflik yang dapat menghambat proses pembuatan film.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Warga Desa Karangtalun, Bobotsari, Purbalingga, berbondong-bondong menonton film layar tanjleb atau layar tancap pada pembukaan Festival Film Purbalingga, awal Juli 2019, di lapangan desa.
Ia juga mendorong agar sineas menyempatkan diri hadir di berbagai festival film. Selain dapat memperluas pergaulan dan wawasan, kehadiran juga penting untuk menunjukkan eksistensi di industri film. Sineas juga didorong mengembangkan portofolio perfilman.
”Persiapkan film agar kualitasnya bagus. Ini agar modal yang sudah kita miliki, misalnya pergaulan, bisa ditindaklanjuti,” kata Yulia.
Produser Kreatif Razor Film, Flora Rumpler, berpendapat, kerja sama antarnegara memungkinkan film didistribusikan ke banyak negara. Film berpeluang memperoleh banyak audiens. Gagasan yang disampaikan pada film pun dapat dibicarakan secara luas.
”Gagasan atau isu yang disampaikan bisa bermacam-macam, tapi ada yang namanya universal truth yang akan relevan ke siapa saja di mana saja,” kata Rumpler (Kompas.id, 12/11/2022).
Adapun sutradara dan produser film dokumenter Yuda Kurniawan pun mengingatkan agar pembuat film menyisihkan dana untuk mendaftarkan film ke festival. Menurut dia, pembuat film kerap lupa soal ini.