Cakupan Vaksin Penguat Rendah, Risiko Kematian Tinggi
Pasien Covid-19 mengalami gejala ringan hingga berat, dan bahkan meninggal, karena tidak divaksin atau belum mendapat vaksin penguat. Vaksinasi sangat penting untuk melindungi diri dari Covid-19.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas dari Kesdam Jaya memberikan suntikan vaksinasi Covid-19 di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (6/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Penanganan Covid-19 akan terus berlanjut meski aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM sudah dicabut. Masyarakat mesti terus diingatkan karena pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Apalagi, cakupan vaksinasi penguat hingga kini belum optimal.
Data Satgas Penanganan Covid-19 per 5 Januari 2023 mencatat, ada 204 juta vaksin dosis pertama, 174 juta vaksin dosis kedua, 68 juta vaksin dosis ketiga, dan 1,1 juta vaksin dosis keempat. Terdapat penambahan 12.763 vaksin dosis pertama, 19.125 vaksin kedua, 56.303 vaksin ketiga, dan 5.160 vaksin keempat.
Bayu Satria Wiratama, epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada menilai rendahnya kesadaran masyarakat terhadap urgensi vaksin penguat menjadi salah satu faktor mengapa capaian vaksinasi dosis ketiga belum optimal. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa vaksin dosis pertama dan kedua sudah cukup untuk melindungi diri dari Covid-19.
Padahal, data menunjukkan bahwa kelompok pasien Covid-19 dengan gejala sedang, berat, dan kritis adalah mereka yang belum pernah divaksin. Menurut Bayu, kalau sudah vaksin penguat, risiko kesakitan dan kematian akan turun jauh dibandingkan dengan yang belum divaksin.
”Hingga kini juga masih banyak beredar di masyarakat tentang informasi hoaks bahwa vaksin Covid-19 itu berbahaya. Perlu peran semua pihak untuk terus mendorong masyarakat melakukan vaksinasi dosis penguat,” ujar Bayu, Jumat (6/1/2023).
Menurut dia, aturan ketat seperti melampirkan bukti vaksin penguat harus terus dilakukan sebagai syarat bagi pelaku perjalanan. Apalagi, setelah aturan PPKM dicabut, jangan sampai muncul anggapan di masyarakat bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir sehingga menurunkan kewaspadaan penularan.
Selain itu, vaksinasi pada kaum lansia sebagai kelompok rentan juga perlu digalakkan karena kematian tertinggi pada kelompok lansia disebabkan belum divaksin.
”Faktor penyebab sulitnya warga lansia divaksinasi karena paparan informasi bohong atau hoaks. Informasi itu biasanya yang tersebar di media sosial dan masyarakat dari mulut ke mulut. Salah satu yang sering beredar, misalnya, informasi (bahwa) lansia dengan komorbid atau penyakit penyerta dapat berdampak buruk jika divaksin,” katanya.
Padahal, sebelum mendapatkan vaksin Covid-19 penguat kedua, kelompok lansia dapat memastikan dahulu kondisinya sehingga memungkinkan untuk mendapatkan vaksin. Para lansia dapat meminta konsultasi dengan dokter pribadi yang merawat mereka.
Setelah aturan PPKM dicabut, jangan sampai muncul anggapan di masyarakat bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir sehingga menurunkan kewaspadaan penularan.
Kalau komorbidnya terkontrol dan tidak kambuh, kondisinya bisa disebut penyakit penyerta terkendali. Pada akhirnya, dokter pun akan memperbolehkan lansia mendapatkan vaksinasi.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, vaksinasi dosis penguat penting untuk melindungi masyarakat dan mengurangi risiko kematian. Hingga kini, sebanyak 300 lokasi vaksinasi dibuka setiap hari di Jakarta. Di puskesmas kecamatan juga tersedia layanan vaksinasi sore dan malam pada pukul 16.00-20.00.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Seorang warga lansia menerima suntikan vaksin Covid-19 penguat kedua saat diadakan vaksinasi penguat untuk purnakarya Kompas Gramedia dan warga lansia di Bentara Budaya Jakarta, di Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Saat ini, sebanyak 180.000 dosis vaksin tersedia di DKI Jakarta. Menurut Ngabila, vaksinasi dosis ketiga untuk lansia baru menjangkau 440.166 lansia atau 58 persen, sedangkan vaksinasi dosis keempat baru mencakup 90.020 orang atau 21 persen.
”Ketersediaan stok vaksin saat ini cukup. Kami terus mengajak masyarakat untuk melakukan vaksin penguat, karena kami lihat tren vaksinasi akan meningkat pada saat ada lonjakan kasus baru atau ketika liburan,” kata Ngabila.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2022 mengatakan, Indonesia termasuk negara dengan cakupan vaksinasi tertinggi kelima di dunia. Lebih dari 448 juta dosis telah diberikan kepada masyarakat.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas dari Kesdam Jaya mempersiapkan suntikan vaksinasi Covid-19 di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (6/1/2023).
Menurut dia, capaian vaksinasi itu masih harus terus ditingkatkan karena pelaksanaan vaksinasi Covid-19 masih akan berlanjut pada tahun 2023. Hingga kini, cakupan vaksinasi untuk dosis kedua masih mencapai 64,6 persen dari total populasi di Indonesia, sedangkan target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal harus mencapai 70 persen dari total populasi.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan berencana memberikan vaksin Covid-19 pada anak usia 6 bulan sampai 11 tahun pada 2023. Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Comirnaty Children bagi anak usia 6 bulan sampai 11 tahun. Vaksin Comirnaty Children merupakan vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech.
”Segera akan kami proses untuk vaksinasi anak secara gratis. Anggarannya cukup untuk bisa melakukan vaksinasi anak secara gratis,” ujar Budi (Kompas, 6/1/2023).