Sebanyak 279 gempa bumi terdeteksi di Kota Jayapura dalam dua hari terakhir sejak gempa pertama berkekuatan M 4,9 terjadi pada Senin (2/1/2023) pukul 03.24 WIT. Rangkaian gempa ini tidak memicu tsunami.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 279 gempa bumi terdeteksi di Kota Jayapura, Papua, dalam dua hari terakhir sejak gempa pertama berkekuatan M 4,9 melanda pada Senin (2/1/2023) pukul 03.24 WIT. Sebanyak 33 gempa ini dirasakan dengan kekuatan terbesar M 5,1 pada Selasa (3/1/2023) pukul 21.55. Rangkaian gempa ini tidak memicu tsunami.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono, Rabu (4/1/2023), mengatakan, pusat gempa-gempa ini berada di pantai utara Jayapura, sekitar 16 kilometer arah utara Raveni Rara dengan pusat gempa relatif dangkal, yaitu rata-rata 10 kilometer.
”Gempa M 5,1 pada Selasa merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar-naik (Oblique-Thrust Fault),” katanya.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam R Manderi dalam laporan tertulisnya menyebutkan, gempa pertama pada Senin menyebabkan kerusakan ringan tiga hotel, rumah sakit, mal Jayapura, dan kantor wali kota, serta rumah makan.
Daryono mengatakan, Kota Jayapura dilintasi jalur sesar yang aktif. Sejarah kegempaan di kawasan ini menunjukkan, gempa pernah terjadi di Jayapura pada 10 Januari 1971 berkekuatan M 7,3. Gempa juga pernah terjadi di Jayapura pada 23 Juli 1979 berkekuatan M 5,3.
Berdasarkan hasil pemodelan, gempa kali ini tidak berpotensi tsunami.
Pada 19 Desember 1995 juga terjadi gempa berkekuatan M 6,5 di Jayapura yang menyebabkan 2 orang meninggal. Terbaru pada 28 Oktober 2017, terjadi gempa M 4,7 di Jayapura yang menimbulkan kerusakan ringan sejumlah bangunan.
Tidak ada tsunami
Sekalipun terjadi di laut, berdasarkan hasil pemodelan, gempa kali ini tidak berpotensi tsunami. Daryono juga membantah hoaks yang beredar di masyarakat tentang adanya tsunami. Hoaks ini diedarkan menyusul surutnya laut di pesisir Kota Jayapura.
”Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa,” katanya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura Heri Purnomo mengatakan, kondisi pasang surut air laut di wilayah Kota Jayapura pada Selasa sedang menuju surut dengan puncak surut air laut pada 3 Januari 2023 pukul 23.00 dengan ketinggian 0,2 meter. ”Setelah itu, kondisi ketinggian muka air laut akan naik menuju puncak pada 4 Januari 2023 pukul 07.00 dengan ketinggian 1,2 meter,” katanya.
Menurut Purnomo, kondisi surut permukaan air laut di Kota Jayapura saat ini dipengaruhi kondisi gravitasi yang mengikuti pola pasang surut air laut. ”Kejadian surutnya air laut saat ini bukan karena aktivitasi dari gempa bumi,” katanya.
Purnomo juga meminta masyarakat di Jayapura tetap tenang dan tidak terpancing informasi berita palsu yang mengaitkan perubahan muka air laut saat ini dengan tsunami.