Belajar dari Kasus Indra Bekti, Perdarahan Otak Terkait Erat dengan Hipertensi
Stroke perdarahan perlu diwaspadai pada seseorang yang memiliki hipertensi. Kewaspadaan tersebut juga perlu ditingkatkan pada perempuan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Perdarahan otak yang dialami presenter Indra Bekti (45) cukup mengejutkan masyarakat. Hal tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa kasus penyakit degeneratif yang selama ini lebih dikaitkan dengan usia lanjut makin sering ditemukan pada usia produktif.
Perdarahan otak merupakan salah satu jenis stroke yang bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial atau subaraknoid. Perdarahan intrakranial terjadi pada parenkim otak maupun ventrikel, sementara perdarahan subaraknoid terjadi di rongga subaraknoid di otak.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bidang Ilmu Neurologi, Salim Harris, dihubungi di Jakarta, Kamis (29/12/2022), menyampaikan, stroke perdarahan umumnya disebabkan oleh hipertensi. Itu sebabnya, pasien hipertensi yang tidak terkontrol sangat berisiko mengalami stroke perdarahan.
Stroke menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Penyakit ini juga menjadi penyebab disabilitas tertinggi ketiga di seluruh dunia. Hal itu diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia pada 2016.
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk berusia di atas 15 tahun sebesar 10,9 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dari sebelumnya sekitar 7 per 1.000 penduduk pada 2013.
Prevalensi stroke naik secara signifikan hingga tiga kali lipat pada kelompok usia 15-24 tahun. Pada kelompok usia 25-35 tahun, prevalensi kasus stroke naik lebih dari dua kali lipat.
Hipertensi
Salim menyampaikan, orang dengan hipertensi perlu lebih waspada akan risiko stroke. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menimbulkan pecahnya aneurisma otak. Kondisi ini terjadi apabila pembuluh darah di otak menggelembung akibat dinding pembuluh darah yang melemah. Jika aneurisma pada otak pecah, risiko stroke perdarahan bisa terjadi.
”Aneurisma yang terjadi di pembuluh darah besar yang mengakibatkan perdarahan subaraknoid biasanya terjadi pada usia dewasa muda. Ini juga lebih banyak ditemukan pada perempuan,” katanya.
Stroke menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Penyakit ini juga menjadi penyebab disabilitas tertinggi ketiga di seluruh dunia.
Kondisi kegawatan pada pasien perdarahan otak bergantung pada gangguan yang dirasakan, mulai dari gangguan kesadaran, kelumpuhan, hingga kematian.
Karena itu, kesadaran akan risiko perdarahan otak perlu ditingkatkan pada masyarakat yang memiliki hipertensi, terutama pada perempuan. Kesadaran ini tidak hanya pada usia lanjut, tetapi juga pada usia produktif.
Pemeriksaan pembuluh darah perlu dilakukan secara rutin. Selain itu, pastikan pula hipertensi yang dimiliki terkontrol dengan baik. Obat yang harus dikonsumsi pun perlu diminum secara rutin. Dengan begitu, risiko terjadinya stroke bisa dicegah.
Salim menuturkan, pengelolaan tekanan darah yang baik penting untuk mencegah pecahnya aneurisma. Pada pasien hipertensi ditemukan aneurisma yang sangat banyak. Itu sebabnya, jika hipertensi tidak dikelola, aneurisma dapat berisiko pecah.
Gejala yang sering dialami ketika aneurisma pecah adalah sakit kepala. Biasanya bisa disertai pula dengan gejala seperti mual, muntah, leher kaku, penglihatan kabur, kelopak mata lemah, kehilangan kesadaran, dan kelemahan pada anggota gerak.
”Jika sering mengalami sakit kepala mendadak, perlu waspada. Apalagi jika itu terjadi pada perempuan dengan hipertensi. Segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan, khususnya ke dokter spesialis saraf,” kata Salim.
Ia menambahkan, pecahnya aneurisma juga bisa dipicu pada rangsangan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Hal tersebut seperti tertawa terbahak-bahak, berteriak, dan mengejan.
Perilaku tersebut dapat meningkatkan tekanan pada abdomen yang dapat turut meningkatkan tekanan darah ke otak. Kondisi ini dapat memicu pecahnya aneurisma.
Meski begitu, pasien dengan hipertensi bukan berarti tidak boleh tertawa terbahak-bahak ataupun berteriak dan mengejan. Risiko tersebut bisa ditekan seoptimal mungkin jika hipertensi dapat dikendalikan dengan baik.
Upaya lain yang tidak kalah penting adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Seseorang dengan faktor risiko perlu melakukan modifikasi gaya hidup dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, beraktivitas fisik, mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak, mencegah stres, serta tidak merokok.
Perawatan
Dalam penanganan perdarahan otak, pada prinsipnya sama dengan penanganan stroke pada umumnya. Penanganan yang cepat sangat penting untuk menurunkan risiko perburukan. Semakin cepat penanganan diberikan, kematian sel saraf bisa dicegah.
Untuk mengatasi perdarahan ini bisa dilakukan dengan sejumlah cara, seperti clipping atau coiling. Clipping dilakukan dengan memasang klip logam pada gelembung dinding pembuluh darah. Cara ini dilakukan untuk mencegah pembuluh darah pecah atau untuk menghentikan perdarahan.
Sementara coiling dilakukan menggunakan koil pada gelembung dinding pembuluh darah. Tujuannya untuk menyumbat pembuluh darah agar tidak pecah. Intervensi tersebut juga perlu dilakukan untuk mencegah perdarahan berulang.
Fasilitas kesehatan
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Senin (26/12/2022), mengatakan, stroke merupakan penyakit yang cukup banyak menyebabkan kematian dan kecacatan di Indonesia. Jumlah kasus meninggal bisa mencapai ribuan kasus setiap tahun. Bahkan, kasus kecacatan lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan kasus kematian yang tercatat.
Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan yang dapat melayani pasien stroke pun akan terus dilakukan. Hal itu selaras dengan transformasi kesehatan pada pilar transformasi sistem layanan rujukan.
”Pemerintah telah menargetkan 34 provinsi harus bisa melakukan bedah otak terbuka. Selain itu, sebanyak 514 kabupaten dan kota juga bisa melakukan intervensi nonbedah seperti coiling,” tutur Budi.