SMK Kecil pun Berjuang untuk Unggul
Pendidikan vokasi berpotensi untuk mengembangkan keunggulan sesuai potensi daerah. Pemerintah mendukung SMK pusat keunggulan di daerah untuk memperkuat bermitra dengan industri demi meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan vokasi di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan maupun perguruan tinggi diharapkan bergerak bersama dengan dunia usaha dan dan dunia industri. Transformasi pendidikan vokasi melalui Merdeka Belajar mendorong pendidikan vokasi yang selaras dan terhubung dengan industri untuk menyiapkan lulusan vokasi siap kerja hingga membangun usaha bersama sesuai potensi daerah.
Adanya kebijakan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai salah satu wujud Merdeka Belajar, membuat link and match harus terealisasi, dimulai dari merancang kurikulum pendidikan vokasi bersama. Selanjutnya, SMK PK yang berkembang akan berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri atau DUDI untuk menjadi SMK PK Skema Pemadanan Dukungan.
Namun, tidak semua keterhubungan dengan dunia usaha dan industri untuk memberikan kesempatan bagi sekolah, guru, dan peserta didik memahami langsung budaya kerja dan perkembangan industri, dapat dilakukan secara masif, terutama di jenjang SMK. Banyak SMK berdiri di daerah yang minim mitra DUDI lantaran investasi DUDI belum bergerak merata di semua daerah.
Di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, misalnya, banyak SMK, terutama bidang pertanian, tersebar di berbagai distrik, agar sekolah dekat kepada permukiman warga. Hal itu bertujuan agar anak-anak lulusan sekolah menengah pertama (SMP) bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMK sesuai dengan potensi ekonomi di sekitar.
Keterbatasan industri yang selaras dengan program keahlian di SMK pun disiasati dengan cara bekerja sama dengan dinas pemerintah terkait hingga ikut praktik kerja dengan masyarakat yang menjalankan usaha pertanian/peternakan di sekitar sekolah.
Baca juga : SMK di Daerah Jadi Rujukan Masyarakat Membuka Usaha
Sejak 2022, SMK Negeri 4 Merauke di Kampung Kumbe, Distrik Malind, Kabupaten Merauke, menjadi SMK PK. Sekolah ini dikenal dengan nama SMK Negeri 1 Kumbe berfokus pada bidang kehutanan, agribisnis tanaman perkebunan, agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, ternak ruminansia, dan ternak unggas. Adapun sekolah itu berlokasi di area transmigrasi dengan ekonomi masyarakat bergerak di pertanian sawah padi hingga sayur-mayur.
Di pertengahan Desember 2022, terlihat kesibukan pembangunan sejumlah ruangan praktik seperti screen house untuk tempat bibit tanaman dilakukan tukang. Persiapan demplot padi, sayur, perkebunan (kelapa), kehutanan (angsana, mahonoi), hingga penanaman rumput unutk pakan ternak, dibuat unutk belajar dan praktik siswa di lingkungan sekolah.
Terpilihnya SMK Negeri 1 Kumbe ini menjadi satu-satunya SMK PK di Kabupaten Merauke, memberikan kesempatan bagi sekolah ini untuk berbenah dalam penyediaan fasilitas ruangan, peralatan, penyesuaian kurikulum, hingga mitra industri.
Perwajahan sekolah dibenahi, antara lain jalan masuk yang semula hanya tanah diperkeras dengan konblok. Ada juga show room berukuran 4 meter x 6 meter di bagian depan menjadi tempat untuk memamerkan hasil produksi sekolah. Terlihat sejumlah karung plastik tembus pandang berisi beras yang dikemas dalam ukuran 5 kilogram (kg) atau 10 kg.
Kini, beras dikemas dalam karung palstik yang diberi merek Beras SMK (SMK Berbasis Industri) produksi SMK Negeri 1 Kumbe serta ada penjelasan bulan ataupun tahun produksi. Penggilingan gabah menjadi beras, lalu pengemasan ini dikerjakan di sekolah dengan menampung hasil panen padi dari keluarga siswa .
Masuk ke industri
Kepala SMKN Kumbe Hariyati, Kamis (8/12/2022), mengutarakan, mitra industri yang diandalkan yakni grup Medco Papua di Kampung Wapeko, Distrik Kurik, dengan jarak tempuh sekitar dua jam berkendaraan mobil di jalanan yang berlubang-lubang. Baru pada tahun 2018 siswa bisa magang atau praktik kerja industri (prakerin). Sebelumnya siswa praktik kerja di dinas pertanian.
Menurut Hariyati, dirinya bersemangat mengajukan diri sebagai SMK PK karena melihat potensi di sekitar sekolah. Meskipun berada di daerah minim industri, sekolah yang memiliki 255 siswa dan lahan sekitar lima hektar ini memiliki jumlah guru yang memadai, terutama didukung dengan guru yang produktif.
Hariyati juga melihat sekolah bisa memanfaatkan keunggulan ekonomi lokal sebagai daerah transmigran yang penduduknya menanam padi untuk bisa menjadi bagian pengembangan teaching factory (Tefa) yang mendukung prakerin siswa.
“Setelah terhubung dengan grup Medco Papua, kami bisa melihat apa yang dikerjakan industri, terutama di bidang pertanian dan perkebunan. Ada kesempatan siswa untuk magang dan mengalami langsung bekerja di perusahaan yang terbatas tapi menginspirasi sekolah dan siswa. Hal ini membuat saya yakin sekolah ini harus terus dikembangkan, salah satu kesempatannya yakni dengan menjadi SMK PK,” kata Hariyati.
Link pendidikan vokasi dan dunia kerja Infografik
Hariyati mengatakan kemitraan dengan Medco Papua yang bekerja sama dalam pengolahan lahan untuk sawah maupun hortikultura, menginspirasi dirinya untuk mengembangkan model sama demi memberi kesempatan prakerin bagi siswa. Umumnya orangtua siswa petani yang memiliki sawah minimal lima hektar. Anak-anak terbiasa untuk membantu orangtua di sawah, namun selama ini belum tersentuh sebagai bagian pembelajaran.
Sebagai SMK PK yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, sekolah leluasa mengembangkan proses pembelajaran yang memanfaatkan potensi dan lingkungan sekitar. Sekolah pun membolehkan siswa izin selama tiga hari di masa tanam untuk berada di sawah. Ada semacam jurnal yang harus diisi sebagai laporan prakerin yang dilakukan siswa.
Menurut Hariyati dari model kemitraan yang dikembangkan Medco Papua untuk produksi tanaman padi bersama masyarakat, kemudian diterapkan di sekolah untuk prakerin siswa dan pengembangan Tefa SMK Negri 1 Kumbe. Para siswa yang keluarganya menanam padi diajak untuk bermitra dengan sekolah.
Para siswa pun terlibat mengolah sawah dengan alat-alat pertanian modern, lalu belajar untuk menggiling gabah menjadi beras di sekolah, hingga pengemasan yang lebih bagus. Ternyata, permintaan Beras SMK ini cukup tinggi.
“Kami menemukan cara mengatasi minimnya mitra industri. Kemitraan tanaman padi berjalan dan jadi keunggulan sekolah. Nanti dikembangkan untuk produk lainnya. Jadi siswa punya kesempatan mempraktikkan teori yang didapat di kelas hingga bisa terlibat dalam produksi dan pemasaran,” kata Hariyati.
Sementara Direktur Medco Papua Budi Basuki menuturkan, Merauke memiliki potensi pertanian yang tinggi. Dukungan untuk SMK pertanian di Merauke sebagai upaya bersama menghasilkan petani muda modern yang dibutuhkan daerah ini untuk memajukan sektor pertanian dengan teknologi modern.
“Alternatif bagi anak muda Merauke bekerja di industri terbatas. Lewat program kemitraan petani muda dengan SMK, kami berharap bisa mendorong anak muda melihat potensi pertanian yang menjanjikan untuk kehidupan,” ujar Budi.
Baca juga : Peran Petani Milenial dalam Mewujudkan Pangan Berkelanjutan
Di kawasan Medco Gorup Papua di Kampung Wapeko ada Pusat Vokasi Pertanian Modern Medco Papua yang merupakan kolaborasi Medco Papua, Medco Foundation, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek. Para siswa SMK maupun mahasiswa yang magang tinggal di mess dan bekerja dibimbing mentor.
Alternatif bagi anak muda Merauke bekerja di industri terbatas. Lewat program kemitraan petani muda dengan SMK, kami berharap bisa mendorong anak muda melihat potensi pertanian yang menjanjikan untuk kehidupan.
Kolaborasi dengan SMK Negeri 1 Merauke yang jadi SMK PK untuk tahun 2023 ditingkatkan jadi SMK PK Skema Pemadanan Dukungan Tahun 2023. Kerja sama pengelolaan lahan sekitar 10 hektar milik Medco Papua untuk pengembangan pertanian terintegrasi dari padi, hortilkultura, dan peternakan. Kolaborasi itu untuk mengembangkan potensi pertanian di daerah ini dengan melibatkan sekolah, guru, dan siswa.
Sementara dengan berbagai pengembangan sebagai SMK PK yang mendapat kucuran dana senilai Rp 1,3 miliar tahun 2022, SMK Kumbe terus mengembangkan institusi ini sebagai rujukan. Guru SMK Kumbe Rizky Adisaputra mengatakan di warga di sekitar sekolah memiliki banyak pohon kelapa. Namun potensi kelapa belum optimal diolah agar nilainya bertambah.
“ Kami mengenalkan pembuatan VCO dari kelapa. Hasil penjualannya bisa dua kali lipat dari minyak kelapa. Masyarakat mulai tertarik untuk belajar. Beruntung sekolah mendapat bantuan mesin untuk pengolahan VCO untuk skala industri kwcil,” kata Rizky. Ada pula rencana untuk pengolahan sagu yang ditanam masyarakat adat agar bernilai tambah.
Berdampak
Keberhasilan SMK Negeri 1 Kumbe sebagai SMK PK, membuat SMK Negeri 7 Merauke atau dikenal sebagai SMK Negeri 1 Jagebob di Distrik Jagebob, Merauke, berminat menjadi SMK PK tahun 2023. Setelah belajar dari SMK Kumbe dan memiliki mitra industri Medco Papua, sekolah ini menemukan visi pengembangan potensi agrowisata.
Kepala SMK Negeri 1 Jagebob Serilus Weubun berharap meski kategori sekolah kecil dengan 120 siswa, kesempatan menjadi SMK PK di tahun 2023 bisa didapat sekolah ini. Sebab, sekolah mempunyai lahan seluas 40 hektar, namun baru sekitar tiga hektar yang dibuka.
Dengan menjadi SMK PK, ada dukungan dana dan pendampingan yang bisa membantu sekolah yang ditempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Merauke ini bisa berkembang.
Kehadiran SMK Jagebob terbukti jadi rujukan pengembangan ekonomi masyarakat. Sekolah punya potensi dikembangkan sebagai pusat pembelajaran serta pengembangan pertanian dan peternakan yang dapat menginspirasi masyarakat.
“Kami akan mengembangkan agrowisata. Nanti ada beragam pohon buah-buahan untuk dikenalkan ke masyarakat agar bisa ditanam. Permintaan buah-buahan di Merauke tinggi, namun masyarakat belum terbiasa menanam,” kata Serilus.
Pembukaan jurusan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura (ATPH) dan ternak ruminansia menyesuaikan potensi ekonomi di masyarakat. Untuk mata pencaharian, masyarakat menanam palawija seperti jagung, ubi, dan kedelai. Adapun unutk ternak, warga memiliki sapi dengan sistem umbar (dilepas) dan usaha sebagai blantik (penjualan sapi yang digemukkan).
Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Provinsi Papua Imam Subekti mengatakan hingga kini ada 10 SMK PK di Papua, di antaranya 8 SMK pertanian. Jumlah SMK seluruhnya yakni 138 SMK.
“Banyak SMK ingin mengajukan, tapi ragu saat hendak melangkah mengingat keterbatasan kondisi di sekolah dan daerah. Kami berharap agar kondisi SMK kecil di Papua yang minim mitra industri tetap diberi kesempatan untuk endapat dukungan sebagai SMK PK,” kata Imam.
Banyak manfaat
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan mutu SMK PK terus dikembangkan, terutama dalam bermitra dengan DUDI. Pada tahun 2022 sebanyak 373 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia telah merasakan manfaat besar dari program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan 2022.
“Manfaatnya banyak, mulai dari sisi kurikulum yang semakin selaras dengan industri, teaching factory yang sudah berorientasi produk, guru yang semakin banyak tersertifikasi, dan sebagainya,” ujar Kiki.
Baca juga : SMK Pusat Keunggulan Perkuat Integrasi dengan Industri
Program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan merupakan mekanisme pengembangan SMK Pusat Keunggulan yang berbasis kemitraan dan penyelarasan dengan partisipasi dari dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang didukung oleh pendanaan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) serta investasi DUDI.
Kemendikbudristek akan memadankan investasi dari industri 1:1, di mana plafon pendanaan maksimal yang diberikan pemerintah adalah Rp 3 miliar. “Melalui program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan ini diharapkan akan terjalin kemitraan yang lebih terukur antara DUDI dengan SMK,” ujar Kiki.
Tidak hanya itu, program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan 2022 mendapat dukungan dari industri ditandai tingginya minat industri terlibat dalam skema pemadanaan dukungan. Program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan 2022 didukung 349 industri dengan total komitmen investasi Rp 439,25 miliar bagi 373 SMK atau rata-rata sekitar Rp 1,18 miliar per sekolah.
Bentuk komitmen industri itu berupa penguatan sarana dan prasarana pembelajaran Rp 173 miliar, praktik kerja lapangan sebesar Rp 59 miliar, pelatihan dan sertifikasi guru sebesar Rp 53 miliar, pengembangan teaching factory Rp 52 miliar, praktisi mengajar (guru tamu) Rp 30,3 miliar, penyelarasan kurikulum Rp16 miliar, dan bentuk lainnya Rp56,23 miliar.
Adapun untuk program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan tahun 2023, saat ini masuk pada tahap pendaftaran yang dibuka sejak 17 November lalu dan akan berakhir pada Januari mendatang. Kemendikbudristek menargetkan terdapat 250 SMK yang dapat untuk mengikuti pemadanan pada tahun 2023.