SMK Pusat Keunggulan Perkuat Integrasi dengan Industri
Program SMK Pusat Keunggulan memungkinkan industri ikut menyusun kurikulum pendidikan vokasi di sekolah. Program ini memperkuat integrasi sekaligus kesempatan bagi sekolah mendapat investasi hingga miliaran rupiah.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program SMK Pusat Keunggulan memperkuat integrasi pendidikan vokasi dengan industri. Industri terlibat dalam penyelarasan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sementara sekolah mendapatkan investasi minimal Rp 200 juta per tahun untuk mendukung berbagai kebutuhan.
Setiap SMK diperbolehkan bermitra dengan lebih dari satu industri. Investasi dari industri dapat berupa dana tunai untuk memenuhi keperluan pembelajaran, seperti pengembangan sarana dan prasarana, praktik kerja lapangan, pelatihan guru, teaching factory, praktisi pengajar atau guru tamu, dan penyesuaian kurikulum.
SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (PK SPD) tersebut akan dipilih langsung oleh industri. Sementara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga memadankan investasi dengan nilai serupa. Namun, plafon investasi dari Kemendikbudristek dibatasi Rp 3 miliar per sekolah.
”Kurikulum operasional sekolah akan diwarnai oleh masukan dari industri yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” ujar Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Saryadi dalam diskusi media peluncuran Program SMK PK SPD 2023 di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Pada 2022, program ini melibatkan 373 SMK dan 349 industri dengan investasi sebesar Rp 439,25 miliar. Dengan begitu, rata-rata investasi setiap sekolah sekitar Rp 1,18 miliar.
Proses pendaftaran SMK dan industri pada 2023 berlangsung pada 17 November 2022 sampai 15 Januari 2023. Kurasi dan valuasi kerja sama dijadwalkan pada Januari–Februari 2023.
SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (PK SPD) tersebut akan dipilih langsung oleh industri. Sementara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga memadankan investasi dengan nilai serupa. Namun, plafon investasi dari Kemendikbudristek dibatasi Rp 3 miliar per sekolah
Sementara pelaksanaan program berlangsung selama Maret–Desember 2023. Pendaftaran dapat dilakukan secara daring melalui laman https://smk.kemdikbud.go.id/smkpk. Program ini juga bekerja sama dengan pemerintah daerah.
Direktur SMK Kemendikbudristek Wardani Sugiyanto menuturkan, pihaknya menargetkan program SMK PK SPD 2023 menjangkau minimal 250 sekolah. ”Program ini memperkuat integrasi sekolah vokasi dengan industri,” katanya.
Wardani menyebutkan, SMK yang dipilih mengikuti program tersebut tersebar di 34 provinsi. Sekolah itu diharapkan menjadi katalis dan percontohan bagi SMK lainnya di daerah masing-masing.
”Kolaborasi dengan industri sangat penting agar kurikulum tidak sekadar ada, tetapi terhubung dengan dunia kerja. Jadi, industri terlibat sejak awal. Harapan jangka panjangnya juga untuk mengatasi masalah pengangguran,” ujarnya.
SDM berkualitas
Perwakilan Konsorsium Pengusaha Peduli Vokasi, Primadi Serad, mengatakan, pihaknya meyakini pendidikan vokasi menjadi salah satu jalan agar Indonesia tidak terjebak dalam status negara berpendapatan menengah. Dengan meningkatkan kompetensi atau keahlian, pendapatan lulusan SMK diharapkan meningkat sehingga bisa mendongkrak daya beli masyarakat.
”Betul, kami memang butuh sumber daya manusia (dari lulusan SMK). Tetapi, industri juga tidak bisa menampung semua lulusan. Jadi, tujuan utamanya bagaimana menciptakan SDM berkualitas,” ucapnya.
Konsorsium itu fokus pada pengembangan vokasi di bidang ekonomi kreatif, perhotelan, pengasuhan, dan kesenian. Sebab, bidang-bidang itu berpotensi membuka lapangan kerja dalam jumlah besar.
”Kami menyadari hasil investasi di pendidikan vokasi tidak bisa langsung terlihat bulan depan. Perkiraan kami, paling cepat 3-4 tahun. Semuanya butuh proses, mulai dari penyusunan kurikulum, pelatihan guru, hingga dukungan sarana dan prasarana yang memadai,” ujarnya.
Kepala SMK Jaya Buana, Tangerang, Banten, Aan Angsori, mengatakan, program SMK PK SPD diharapkan meningkatkan intensitas siswa belajar di industri. Dengan demikian, lulusan SMK lebih siap masuk ke dunia kerja.
”Sebenarnya ini saling menguntungkan. Siswa punya pengalaman di industri, sementara perusahaan bisa menghemat biaya,” katanya.