Seiring melandainya kasus Covid-19, masyarakat kini cenderung tidak mematuhi prokotol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana menghapus status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akhir tahun ini. Sebelum aturan itu benar-benar dicabut, realitanya masyarakat di banyak tempat cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Hal ini dikhawatirkan kasus harian Covid-19 meningkat.
Di Terminal Bus Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (23/12/2022), misalnya. Para penumpang tidak mengunakan masker secara benar. Ada yang dipakai sampai dagu, hidungnya terlihat, ada juga yang memakai masker saat ada petugas, setelah itu dilepas lagi.
Meski terdapat handsanitizer di beberapa tempat, kondisinya berdebu dan tidak terpakai. Tempat cuci tangan juga tidak ada airnya serta tempat sabun terlihat kosong dan kering.
Rustiningsih (53), salah seorang penumpang yang menunggu bus tujuan Tegal, Jawa Tengah, mengatakan, masker sangat menyulitkan lansia seperti dirinya. Dia sering merasakan sesak nafas saat menggunakan masker. "Jadi, saya lepas pakai (masker). Kalau jalan enggak kuat karena sudah tua," katanya.
Dia menambahkan, alasan dia menggunakan masker karena formalitas aturan saja. Setiap hari di rumahnya di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, dia tidak pernah menggunakan masker. "Karena mau pulang kampung (naik bus) jadi beli dan pakai masker. Biasanya enggak," ujarnya.
Hal serupa juga terlihat di lantai dua Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat. Lorong di lantai itu padat oleh pengunjung tanpa masker yang melihat-lihat dan memilih baju. Orang yang menggunakan masker dapat dihitung dengan jari.
Tabung air untuk mencuci tangan juga kosong, saat keran dibuka air tidak keluar. Ada petugas yang mengingatkan menggunakan pengeras suara namun tidak digubris oleh pengunjung.
Salah seorang pedagang, Surya Ahmadi (42) merasa sudah tenang karena sudah divaksin lengkap. Hal itu membuatnya percaya diri tidak menggunakan masker.
"Sudah divaksin penguat, jadi saya tidak pake masker. Tapi, kalau sedang batuk, saya pakai agar tidak menularkan batuknya ke pengunjung," kata Surya.
Menurutnya, masyarakat mulai abai menggunakan masker sejak sehabis Idul Fitri. Saat itu, media memberitakan bahwa kasus Covid-19 turun. Hal itu membuat masyarakat semakin abai.
Penghapusan PPKM di saat momentum Natal dan Tahun Baru sangat tidak tepat. Sebab, mobilitas masyarakat cenderung meningkat di akhir tahun.
Di salah satu gerai ritel dekat Stasiun Tanah Abang, terlihat karyawan masih menggunakan masker, namun kebanyakan pembeli sudah tidak menggunakan masker. Sudah tidak ada petugas lagi yang berjaga untuk mengingatkan pembeli menggunakan masker di depan gerbang ritel.
Belum saatnya
Epidemiolog di Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, penghapusan PPKM di saat momentum Natal dan Tahun Baru sangat tidak tepat. Sebab, mobilitas masyarakat cenderung meningkat di akhir tahun. Ia khawatir jika PPKM dicabut kasus Covid-19 justru meningkat lagi.
Dia menyarankan, pencabutan PPKM harus dilakukan pada waktu yang tepat. Mencabut PPKM dengan hanya melihat data penurunan kasus serta kematian akibat Covid-19 saja tidak cukup. Butuh data yang jelas mengenai tingkat imunitas masyarakat Indonesia.
"Apalagi cakupan vaksinasi lengkap Indonesia belum sampai 80 persen. Vaksinasi penguat kedua lansia juga baru 1 persen. Itu juga mesti diperhatikan. Jangan sampai kebijakan ini malah membawa masalah baru," tambahnya.
Presiden Joko Widodo dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023, Rabu (21/12/2022) pagi, di Jakarta, mengatakan, ”Mungkin, nanti akhir tahun, kita akan menyatakan berhenti PSBB (pembatasan sosial berskala besar) PPKM kita.”
Dalam keterangan kepada wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu siang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, selama setahun ini kasus Covid-19 di Indonesia relatif landai. Dalam kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia sudah berada di level 1 selama 12 bulan.
”Artinya, negara kita sebetulnya sudah masuk endemi dan ini sudah level 1 dan terakhir kita semua (penambahan kasus harian) di bawah 2.000,” katanya (Kompas, 21/12/2022).