Dari Laksamana Hingga Kepala Desa, Jejak Perempuan dalam Sejarah
Pameran “The Truth Inside You: Alunan Kisah tentang Perempuan” menarasikan peran perempuan di berbagai bidang dari masa ke masa. Semangat itu agar dimaknai sesuai konteks zaman saat ini.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pengunjung berfoto di salah satu sudut pameran bertajuk "The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan" di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Pameran tersebut menampilkan 108 koleksi dari berbagai sumber. Pameran temporer untuk memperingati perayaan hari ibu ini memotret tantangan perempuan dan cara mengatasinya.
Perempuan mutakhir digambarkan dengan begitu dinamis. Mereka tidak lagi sekadar “anggun, lembut, dan santun”, namun juga “mandiri, berpendidikan, serta berdaya atas tubuh dan pikirannya.” Benih dinamika ini rupanya tumbuh dari zaman raja-raja masih bertakhta, lalu bersemi beberapa abad kemudian di era modern.
Jika warga abad ke-21 punya sosok pahlawan super fiksi Sri Asih, warga abad ke-16 punya Keumalahayati, laksamana angkatan laut di masa Kesultanan Aceh. Ia memimpin armada Inong Balee (yang terdiri atas para janda) untuk melawan penjajah sekaligus menjaga Aceh yang jadi salah satu simpul jalur rempah Nusantara. Inong Balee dibentuk setelah suami Keumalahayati tewas dalam Perang Teluk Haru melawan Portugis.
Pada 1599, Keumalahayati mengalahkan Cornelis de Houtman dalam sebuah pertarungan satu lawan satu di geladak kapal. Cornelis de Houtman adalah orang Belanda pertama yang menemukan jalur rempah dari Eropa ke Indonesia (Kompas, 2/11/2008).
Peran Keumalahayati tidak berhenti di situ. Menurut laman Kepustakaan Kongres Wanita Indonesia di Perpustakaan Nasional, Keumalahayati itu juga punya kecakapan sebagai diplomat.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Cermin kuno turut ditampilkan dalam pameran bertajuk "The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan" di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Pameran tersebut menampilkan 108 koleksi dari berbagai sumber. Pameran temporer untuk memperingati perayaan hari ibu ini memotret tantangan perempuan dan cara mengatasinya.
Peran perempuan di bidang politik juga tercatat di sejarah abad ke-9. Prasasti Jurungan dari tahun 876 Masehi menuliskan nama Srana sebagai perempuan penjabat tuha wanua atau kepala desa. Prasasti itu juga menyebut bahwa petugas irigasi dijabat perempuan.
Sementara itu, Prasasti Mulak I dari tahun 878 Masehi menyebut nama Amwari, pengawas kehutanan atau tuha alas yang biasanya dijabat oleh lelaki. Amwari dianggap mampu menyeimbangkan kelestarian hutan dan pemanfaatannya untuk ekonomi.
Keumalahayati, Srana, dan Amwari hanya cuplikan nama-nama yang tertera di pameran benda sejarah dan etnografi bertajuk “The Truth Inside You: Alunan Kisah tentang Perempuan”. Pameran berlangsung di Museum Nasional, Jakarta pada 15 Desember 2022 hingga 15 Januari 2023.
Ada 108 benda sejarah yang ditampilkan, mulai dari prasasti, arca, busana penari, alat kecantikan masa lampau, lukisan, hingga kain tenun. Masing-masing benda mewakili peran perempuan di berbagai bidang, baik perang, seni, dan budaya dari masa ke masa. Pameran ini sekaligus untuk merayakan Hari Ibu pada 22 Desember.
Hari Ibu sejatinya peringatan terhadap Kongres Perempuan I berlangsung di Yogyakarta, 22 Desember 1928. Kongres ini antara lain membahas masalah sosial terkait perempuan, perkawinan, dan pendidikan. Kongres juga melahirkan Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang terdiri atas berbagai organisasi.
“Pameran ini agar menjadi medium mengenal kembali arti penting perjuangan perempuan bagi masyarakat dan generasi muda. Banyak pengalaman perempuan yang belum diketahui dan luput dari apresiasi. Tanpa pengetahuan itu, perempuan bisa terus dianggap rendah dan terbelakang,” ucap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati pada pembukaan pameran, Kamis (15/12/2022).
KOMPAS/RIZA FATHONI
Perhiasan kepala perempuan turut ditampilkan dalam pameran bertajuk "The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan" di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Pameran tersebut menampilkan 108 koleksi dari berbagai sumber. Pameran temporer untuk memperingati perayaan hari ibu ini memotret tantangan perempuan dan cara mengatasinya.
Dinamis dan kompleks
Menurut salah satu kurator pameran, Fifia Wardhani, pribadi perempuan Indonesia terbentuk dari kerangka dan sistem nilai yang beragam. Hal ini menjadikan perempuan menjalani hidup yang dinamis dan kompleks.
Sebagai contoh, perempuan “diikat” dengan norma sosial untuk menjadi sosok yang pandai mengurus keluarga dan rumah tangga. Hal ini membuat perempuan yang mau berdaya di luar rumah mesti kerja keras. Sebab, keberhasilan karier dituntut sejalan dengan keberhasilan rumah tangga.
Tidak sedikit pula perempuan yang akhirnya menjalani karier sebagai ibu rumah tangga. Sayangnya, pekerjaan mulia ini minim pengakuan, bahkan bayaran.
Perempuan diharapkan tidak dilihat dengan pandangan umum yang cantik dan lembut saja, tapi pribadi yang berkarakter dan bertalenta, yang mengenal dirinya, yang punya tujuan dan passion.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Sebanyak 40 ibu rumah tangga mengikuti pelatihan menjahit di RPTRA Nusantara, Ulujami, Jakarta, Rabu (13/3/2019). Kegaiatan tersebut bertujuan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang diharapkan mampu menambah pendapatan keluarga. Dalam pelatihan ini, sebanyak empat praktisi tata busana mendampingi ibu-ibu selama tiga hari pelatihan.
Menurut riset Jurnal Perempuan pada 2018, ibu rumah tangga di Indonesia menghabiskan waktu 13,5 jam per hari untuk melakukan pekerjaan domestik. Durasi kerja ini lebih tinggi dibandingkan waktu rata-rata di Asia Pasifik, yakni 7,7 jam per hari. Padahal, pekerjaan rumah tangga termasuk jenis pekerjaan yang tidak dibayar.
Di sisi lain, perempuan Indonesia dari masa ke masa beradaptasi dengan kerangka sosial tersebut. Beberapa bahkan menemukan caranya sendiri-sendiri untuk berekspresi dan menemukan tempat di masyarakat. Mereka berdaya dengan identitasnya sebagai perempuan.
“Perempuan diharapkan tidak dilihat dengan pandangan umum yang cantik dan lembut saja, tapi pribadi yang berkarakter dan bertalenta, yang mengenal dirinya, yang punya tujuan dan passion,“ ucap Fifia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, sejarah telah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan di dalam dirinya. Kekuatan itu mewujud dalam gagasan, jabatan, seni, hingga budaya.
Kekuatan tersebut agar disadari, kemudian dimaknai sebagai modal membangun diri dan berkontribusi ke lingkungan sekitar. Kekuatan juga agar dimaknai sesuai konteks zaman. Jangan sampai kekuatan warisan nenek moyang putus di era modern.