Waspada Cuaca Ekstrem Nasional Selama Natal dan Tahun Baru
BMKG memprediksikan potensi cuaca ekstrem di darat, laut, dan udara selama masa Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Warga diimbau waspada dan selalu memeriksa prediksi serta kerawanan cuaca.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang masa liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksikan terjadinya cuaca ekstrem mulai dari hujan lebat, gelombang air laut tinggi, sampai angin kencang di berbagai wilayah. Masyarakat yang akan bermobilitas diimbau mewaspadai peningkatan cuaca ekstrem dan selalu memeriksa prediksi serta kerawanan cuaca.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi cuaca ekstrem diprediksikan terjadi saat mudik sampai dengan arus balik liburan Natal dan Tahun Baru. Hal itu disebabkan empat fenomena anomali dinamika atmosfer yang terjadi secara bersamaan selama masa Natal dan Tahun Baru.
Keempat fenomena tersebut adalah peningkatan aktivitas angin monsun asia, intensifikasi seruak dingin, pembentukan pusat tekanan rendah, dan fenomena Madden Julian Oscillation. ”Biasanya, fenomena-fenomena tersebut terjadi secara terpisah. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya potensi cuaca ekstrem selama masa mudik nanti,” ujar Dwikoritas dalam konferensi pers daring, Selasa (20/12/2022).
Peningkatan aktivitas angin monsun Asia dapat memicu pertumbuhan awan hujan secara signifikan. Selama Natal dan Tahun Baru, kondisi ini diprediksikan terjadi di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan.
Sementara itu, intensifikasi seruak angin dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan, terutama di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan. Seruak angin dapat memengaruhi peningkatan pembentukan awan-awan hujan yang lebih intensif di sekitar pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Indikasi pembentukan pusat tekanan rendah akan terjadi di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia. Hal ini dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang berpotensi menyebabkan hujan lebat hingga ekstrem dan peningkatan kecepatan angin permukaan.
Adapun aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation juga terpantau akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena ini adalah ketika awan-awan hujan bergerak dari arah Samudra Hindia sebelah timur Afrika menuju Samudra Pasifik melalui wilayah Indonesia. Awan-awan ini akan bergerak tepat pada masa Natal dan Tahun Baru.
Menurut Dwikorita, keempat fenomena tersebut sangat berpotensi memicu cuaca ekstrem, terutama hujan deras, angin kencang, dan meningkatnya gelombang laut. Maka dari itu, BMKG mengingatkan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk siaga menghadapi cuaca ekstrem selama liburan akhir tahun ini.
Pada periode 21 hingga 23 Desember 2022, potensi siaga cuaca ekstrem akan terjadi di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, dan Papua. Khusus tanggal 24 Desember, potensi siaga cuaca ekstrem akan terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.
Dwikorita mengatakan, untuk mengetahui informasi cuaca ekstrem skala kecamatan di provinsi-provinsi tersebut, dapat segera mengakses website signature.bmkg.co.id.
Kemudian, pada periode 25 Desember sampai 1 Januari, potensi hujan lebat sampai akan terjadi di 11 provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Lalu, pada periode yang sama akan terjadi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah sekitar Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Dwikorita mengungkapkan, selain siaga cuaca ekstrem, seperti hujan deras untuk perjalanan darat, semua pihak juga perlu mewaspadainya dalam perjalanan udara dan laut. Untuk perjalanan udara diperkirakan potensi awan cumulonimbus di sejumlah wilayah udara Indonesia dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen.
Artinya, potensi awan jenis ini masuk dalam kategori frequent atau berintensitas tinggi selama periode tujuh hari mulai tanggal 21 sampai 27 Desember. Beberapa wilayah jalur penerbangan tersebut adalah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Untuk perjalanan laut, dideteksi terjadinya peningkatan gelombang air laut tinggi mulai dari tanggal 23 sampai 27 Desember. Pada wilayah Samudra Hindia selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan laut Natuna Utara serta selat Makassar bagian selatan perlu waspadai gelombang setinggi 4 sampai 6 meter.
Pada periode yang sama, gelombang setinggi 2,5 sampai 4 meter akan terjadi di wilayah perairan Aceh, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Sunda, perairan selatan Banten, perairan selatan Jawa, dan perairan selatan Bali.
Selain itu, juga perairan selatan Lombok, perairan selatan Sumbawa, perairan Pulau Sumba, perairan barat Sulawesi Selatan, selat Makassar bagian utara, perairan Halmahera, Laut Arafuru bagian barat, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
BMKG merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk bersiap melakukan mitigasi untuk mengantisipasi cuaca ekstrem tersebut. Salah satunya adalah mempersiapkan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air dalam menghadapi peningkatan hujan deras.
Selanjutnya adalah menata lingkungan, mengelola sampah, serta memperhatikan tegakan tiang-tiang, baliho, dan bentuk bangunan yang rapuh agar tidak roboh ketika diterjang angin kencang. Selain itu, memotong ranting dan dahan pohon rapuh yang berpotensi patah.
”Untuk masyarakat, kami imbau lebih aktif memonitor informasi perkembangan cuaca dari BMKG. Semua informasi dapat dilihat pada website dan socialmedia info BMKG. Sedangkan untuk masyarakat yang akan menggunakan transportasi penyeberangan selalu periksa informasi, baik secara online maupun papan informasi, di pelabuhan,” kata Dwikorita.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan, cuaca ekstrem dapat berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi atau bencana yang diakibatkan karena cuaca. Bencana akibat cuaca ekstrem dari bulan Januari hingga November terbanyak adalah banjir atau genangan, pohon tumbang, dan tanah longsor.
Hal ini mengakibatkan sebanyak 809 bangunan rusak, 382 gangguan transportasi, dan 119 korban luka ataupun tewas. Beberapa daerah yang paling banyak mengalami bencana ini adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Sementara cuaca ekstrem yang terjadi pada periode itu adalah 1.656 hujan lebat, 661 angin kencang, 216 puting beliung, 35 petir, dan 41 hujan es. Untuk periode Natal dan Tahun Baru, BMKG memprediksikan intensifikasi cuaca-cuaca ekstrem tersebut di berbagai wilayah Indonesia. Maka dari itu, menurut Guswanto, meskipun dalam momen berlibur dan mudik, kesiagaan dan waspada perlu tetap ada.