Cegah Komplikasi Melalui Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi
Diagnosis yang terlambat dapat meningkatkan risiko perburukan pada kasus penyakit jantung bawaan. Deteksi dini terutama pada bayi baru lahir penting dilakukan.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bayi dengan penyakit jantung bawaan atau PJB dapat menunjukkan bermacam tanda dan gejala, tetapi ada juga tidak bergejala sampai ia dewasa. PJB yang tidak terdeteksi dan tidak terobati sampai dewasa berisiko menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Oleh karena itu, deteksi penting dilakukan sedini mungkin.
Direktur Utama Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Ockti Palupi Rahayuningtyas menjelaskan, jika terdeteksi dan ditangani dengan baik, bayi dengan PJB bisa memiliki kualitas hidup yang baik.
Menurut ia, kasus PJB pada bayi baru lahir secara global menunjukkan prevalensi 8-10 per 100 kelahiran. Di Indonesia, angka kejadian dari PJB diperkirakan mencapai 50.000 kasus setiap tahunnya.
”Deteksi penyakit jantung bawaan ini penting untuk mencegah perburukan pada bayi. Sebab, bayi berisiko mengalami komplikasi yang berat hingga kematian tanpa diketahui penyebabnya,” ujar Ockti dalam jumpa pers sekaligus perjanjian kerja sama RSAB Harapan Kita dengan Institut Jantung Negara Malaysia, di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Menurut Ockti, jumlah pasien bayi lahir dengan PJB di RSAB Harapan Kita sekitar 30 kasus per bulan atau sekitar 360 kasus per tahun. Adapun untuk pasien di poli jantung anak sekitar 3.000 pasien per tahun, sedangkan yang menjalani rawat inap untuk pasien PJB bayi dan anak rata-rata 400 kasus per tahun.
Layanan kateterisasi
Saat ini dibuka layanan kesehatan baru, yakni kateterisasi radiologi intervensi bayi dan anak di RSAB Harapan Kita. Hal ini untuk mempercepat tindakan diagnostik dan intervensi dengan lebih baik. Layanan kateterisasi jantung (cath lab) bertujuan agar masyarakat Indonesia tidak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan pengobatan jantung pada bayi dan anak.
Laboratorium kateterisasi jantung untuk menentukan diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah agar selanjutnya dilakukan intervensi nonbedah sesuai indikasi secara invasif melalui pembuluh darah dengan menggunakan kateter atau elektroda. Ada juga layanan magnetic resonance imaging (MRI) jantung dan pemeriksaan penunjang agar deteksi dini dapat dilakukan pada anak.
”Dengan diketahui adanya PJB sejak janin, dapat dilakukan persiapan tindakan pada bayi yang akan dilahirkan dengan cara lebih baik sehingga mencegah terjadinya risiko di kemudian hari,” kata Ockti.
Kompetensi tenaga kesehatan
Selain adanya layanan baru kateterisasi, RSAB juga terus meningkatkan kompetensi dan keterampilan bagi para tenaga kesehatan di bidang kateterisasi jantung bayi. Hal ini melalui kerja sama dengan Institut Jantung Negara Malaysia yang diharapkan semakin meningkatkan kemampuan dan kemahiran para tenaga kesehatan (kardiolog) dalam melakukan tindakan intervensi.
Ockti mengungkapkan, akan ada lima perawat yang ikut melaksanakan pendidikan dan pelatihan perawat kardiologi di Institut Jantung Negara Malaysia pada Januari 2023. Sebelumnya, sudah ada tiga dokter anak ahli kardiologi yang mengikuti fellowship (beasiswa) di sana.
Chief Clinical Officer Institut Jantung Negara Malaysia Hasri Samion menjelaskan, kemajuan teknologi dalam kedokteran, terutama pada bidang kardiologi janin, telah memungkinkan penyakit jantung bawaan bisa dideteksi sejak dalam kandungan. Sebagian besar penyakit jantung bawaan dapat terlihat melalui visualisasi dengan ekokardiografi fetal pada trimester kedua.
”Peningkatan kompetensi dan keterampilan bagi para tenaga kesehatan di bidang kateterisasi jantung bayi perlu ditingkatkan. Dalam pendidikan dan kerja sama bertujuan meningkatkan kapasitas medis terkait penanganan penyakit jantung,” kata Hasri.
Di samping itu, menurut Hasri, PJB dapat diketahui sejak masih dalam kandungan melalui USG (ultrasonografi) rutin yang dilakukan ibu hamil ataupun setelah bayi dilahirkan. Tidak semua PJB menunjukkan gejala, terkadang gejalanya pun samar, tergantung pada derajat keparahan kelainan jantung yang dialami.
Ada berbagai jenis penyakit jantung bawaan yang bisa terjadi dengan klasifikasi yang paling umum seperti membuat bayi biru (PJB sianotik) dan tidak membuat biru (PJB asianotik). Kesadaran orangtua, menurut Hasri, dapat menjadi kunci dalam pencegahan kematian pada penyakit jantung bawaan. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup dari anak dengan penyakit jantung bawaan.