Transplantasi Jantung Kini Bisa Dilakukan di Dalam Negeri
Selama ini banyak pasien penyakit jantung yang berobat ke luar negeri, terutama untuk transplantasi. Kini, layanan tersebut telah ada di Indonesia.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penderita gagal jantung pada masyarakat Indonesia semakin mengkhawatirkan. Pelayanan transplantasi jantung yang dulu tidak bisa dilakukan di Indonesia, kini bisa dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Pelayanan Medis RSJPDHK Isman Firdaus. Sebelumnya, layanan transplantasi jantung belum bisa dilakukan di Indonesia karena terhalang regulasi, kini layanan ini sudah diizinkan Komite Transplantasi Nasional Kementerian Kesehatan.
”Selama ini di Asia Tenggara hanya Indonesia yang belum bisa melakukan transplantasi jantung. Walaupun terlambat, semoga bisa menekan angka kasus gagal jantung di Indonesia,” ujarnya, Selasa (8/11/2022), dalam jumpa pers sekaligus peluncuran dini gedung baru RSJPDHK Jakarta.
Dalam mengembangkan pelayanan gagal jantung, transplantasi, dan radiovaskular, RSJPDHK juga bekerja sama dengan Utrecht Medical Center of Utrecht Belanda. Semua pengadaan fasilitas ini bertujuan agar masyarakat Indonesia tidak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan pengobatan jantung yang berkualitas.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Rarsari ”Riri” Soerarso, mengatakan, saat ini jumlah pasien yang ditangani rata-rata dalam usia produktif. Selain itu, kebanyakan diderita oleh laki-laki. ”Dari 452 pasien total yang kami rawat sejak 2018-2022, paling muda berumur 18 tahun. Ini menunjukkan bahwa gagal jantung sudah menyasar anak muda kita,” ujar Riri.
Ia juga menambahkan, pasien yang dirawat didominasi laki-laki. Penyebabnya bisa beraneka ragam, antara lain laki-laki sering merokok, minum alkohol, dan jarang berolahraga. Selain itu stres dan kurang tidur juga bisa menjadi pemicu gagal jantung.
Riri juga menegaskan, gagal jantung bukan hanya pada saat kondisi kronis mendekati penanganan operasi. Namun, gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis yang dimulai dengan sesak napas. ”Jadi, kebanyakan belum sadar bahwa ada gejala gagal jantung. Maka dari itu, gedung baru ini terdapat alat deteksi dini untuk pencegahan,” ujarnya, menambahkan.
Sebanyak 17,2 persen dari jumlah total pasien gagal jantung di Indonesia meninggal dunia saat perawatan pertama di rumah sakit. Hal ini terjadi pada pasien yang memiliki riwayat serangan jantung ataupun yang tidak. Adapun 11,3 persen pasien meninggal dalam kurun waktu setahun perawatan.
Selain kumpulan gejala klinis, terdapat 1.500 pasien gagal jantung di Indonesia yang membutuhkan transplantasi. Kondisi jantung pasien rata-rata hanya bisa berfungsi 20 persen.
Fasilitas baru
Gedung baru RSJPDHK Jakarta ini diharapkan menjadi jawaban untuk penyelenggaraan kesehatan penyakit jantung khususnya pada anak-anak. Di Indonesia, setiap tahunnya angka kejadian dari penyakit jantung bawaan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup.
Selain teknologi terbaru, terdapat juga layanan poliklinik jantung yang bertambah agar pasien yang tertangani banyak. Di lantai dua gedung baru nantinya akan ada layanan MRI (magnetic resonance imaging) jantung serta pemeriksaan penunjang agar deteksi dini dapat dilakukan pada anak.
Selain transplantasi jantung, terdapat beberapa teknologi terbaru yang dapat diakses masyarakat Indonesia. Terdapat teknologi zero fluoroscopy intervention, yaitu perbaikan kelainan jantung bawaan tanpa pembedahan dan tanpa radiasi sinar X. Selanjutnya ada teknologi transcatheter aortic valve replacement (TAVR), yaitu penggantian katup aorta jantung tanpa pembedahan.