Konsumsi Alkohol Selama Kehamilan Mengubah Struktur Otak Bayi
Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah rendah hingga sedang, selama kehamilan dapat mengubah struktur otak bayi dan menunda perkembangan otak.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah rendah hingga sedang, selama kehamilan dapat mengubah struktur otak bayi dan menunda perkembangan otak. Beberapa gangguan otak ini bisa menyebabkan ketidakmampuan belajar, masalah perilaku, atau keterlambatan bicara dan bahasa.
”MRI janin adalah metode pemeriksaan yang sangat terspesialisasi dan aman yang memungkinkan kita untuk membuat pernyataan akurat tentang pematangan otak sebelum lahir,” kata Gregor Kasprian, profesor radiologi dari Department of Biomedical Imaging and Image-guided Therapy, Medical University of Vienna, Austria, dalam rilis eurekalert.org, Senin (28/11/2022).
Hasil penelitian Kasprian dan tim ini akan dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA) Desember 2022.
Menurut Kasprian, konsumsi alkohol selama kehamilan dapat membuat janin terkena sekelompok kondisi yang disebut gangguan spektrum alkohol janin. Bayi yang lahir dengan kelainan spektrum alkohol janin dapat mengalami ketidakmampuan belajar, masalah perilaku, atau keterlambatan bicara dan bahasa.
”Sayangnya, banyak wanita hamil yang tidak menyadari pengaruh alkohol pada janin selama kehamilan,” kata penulis utama Patric Kienast, peneliti di Department of Biomedical Imaging and Image-guided Therapy, Medical University of Vienna, yang turut dalam studi. ”Oleh karena itu, tanggung jawab kami tidak hanya melakukan penelitian, tetapi juga secara aktif mengedukasi masyarakat tentang efek alkohol pada janin.”
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis pemeriksaan pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging/ MRI) dari 24 janin dengan paparan alkohol prenatal. Pada saat MRI, janin berusia antara 22 minggu dan 36 minggu.
Paparan alkohol ditentukan melalui survei anonim dari para ibu. Kuesioner yang digunakan adalah Sistem Pemantauan Penilaian Risiko Kehamilan (PRAMS), proyek surveilans dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) dan Departemen Kesehatan, serta alat skrining T-ACE, alat pengukuran dari empat pertanyaan yang mengidentifikasi risiko minum.
Pada janin dengan paparan alkohol, skor maturasi total janin (fetal total maturation score/fTMS) secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol yang sesuai usia, dan sulkus temporal superior kanan (right superior temporal sulcus/STS) lebih dangkal. STS merupakan bagian otak yang terlibat dalam pengaturan kognisi sosial, integrasi audiovisual, dan persepsi bahasa.
”Kami menemukan perubahan terbesar di wilayah otak temporal dan STS,” kata D Kasprian. ”Kita tahu bahwa wilayah ini, khususnya pembentukan STS, memiliki pengaruh besar pada perkembangan bahasa selama masa kanak-kanak.”
Peneliti juga menemukan perubahan otak terlihat pada janin bahkan pada tingkat paparan alkohol yang rendah. ”Tujuh belas dari 24 ibu yang relatif jarang minum alkohol, dengan konsumsi alkohol rata-rata kurang dari satu minuman beralkohol per minggu,” kata Kienast. ”Meski demikian, kami dapat mendeteksi perubahan signifikan pada janin ini berdasarkan MRI prenatal.”
Dalam penelitian ini diidentifikasi, tiga ibu minum satu sampai tiga minuman beralkohol per minggu dan dua ibu minum empat sampai enam minuman per minggu. Seorang ibu mengonsumsi rata-rata 14 minuman atau lebih per minggu. Enam ibu juga melaporkan setidaknya satu kejadian pesta minuman keras (melebihi empat minuman pada satu kesempatan) selama kehamilan.
Konsumsi alkohol selama kehamilan dapat membuat janin terkena sekelompok kondisi yang disebut gangguan spektrum alkohol janin.
Menurut para peneliti, perkembangan otak janin yang tertunda dapat secara khusus terkait dengan tahap mielinisasi yang tertunda dan gyrifikasi yang kurang jelas di otak bagian lobus frontal dan oksipital.
Proses mielinasi sangat penting untuk fungsi otak dan sistem saraf. Myelin melindungi sel saraf, memungkinkan mereka mengirimkan informasi lebih cepat. Tonggak perkembangan penting pada bayi, seperti berguling, merangkak, dan pemrosesan bahasa secara langsung terkait dengan mielinisasi.
Sementara gyrifikasi mengacu pada pembentukan lipatan korteks serebral. Lipatan ini memperbesar luas permukaan korteks dengan ruang terbatas di tengkorak, memungkinkan peningkatan kinerja kognitif. Saat gyrifikasi berkurang, fungsionalitas berkurang.
”Wanita hamil harus benar-benar menghindari konsumsi alkohol,” kata Kienast. ”Seperti yang kami tunjukkan dalam penelitian kami, bahkan konsumsi alkohol tingkat rendah dapat menyebabkan perubahan struktural dalam perkembangan otak dan menunda pematangan otak.”
Tidak jelas bagaimana perubahan struktural ini akan memengaruhi perkembangan otak pada bayi-bayi tersebut setelah lahir.
”Untuk menilai ini secara akurat, kami perlu menunggu anak-anak yang diperiksa sebagai janin saat itu menjadi sedikit lebih besar sehingga kami dapat mengundang mereka kembali untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Kienast. ”Namun, kami dapat dengan kuat berasumsi bahwa perubahan yang kami temukan berkontribusi pada kesulitan kognitif dan perilaku yang mungkin terjadi selama masa kanak-kanak.”