Tiga Anak di Kabupaten Pidie Dilaporkan Positif Virus Polio
Tiga anak di Kabupaten Pidie, Aceh, dilaporkan positif virus polio. Kasus itu didapatkan setelah dilakukan pemeriksaan pada 19 anak anak sehat dan bukan kontak kasus di sekitar kasus polio yang sebelumnya dilaporkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak tiga anak di Kabupaten Pidie, Aceh, dilaporkan positif virus polio. Temuan tersebut didasarkan pada hasil pemeriksaan lanjut dari kasus sebelumnya yang dilaporkan pada awal November 2022.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril mengatakan, penelusuran epidemiologi dilakukan melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak usia di bawah lima tahun. Anak-anak tersebut merupakan anak sehat dan bukan kontak kasus yang berada di sekitar kasus polio pertama yang dilaporkan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan adanya transmisi di komunitas.
”Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio. Namun, sesuai dengan pedoman WHO, ketiga anak ini tidak dimasukkan dalam kriteria kasus polio karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layu mendadak,” ujarnya, Kamis (24/11/2022), di Jakarta.
Sebelumnya, satu kasus polio berusia 7 tahun dilaporkan di Kabupaten Pidie, Aceh, dengan gejala kelumpuhan total kaki kiri. Hasil pemeriksaan pada 10 November 2022 menunjukkan hasil positif terinfeksi virus polio tipe 2. Atas laporan tersebut, akhirnya ditetapkan status kejadian luar biasa (KLB) polio.
Syahril menambahkan, pemantauan terus dijalankan, termasuk upaya penapisan dari rumah ke rumah untuk memastikan tidak adanya tambahan kasus lumpuh layu yang belum terlaporkan. Pemeriksaan tinja yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi WHO melalui Targeted Healthy Stools Sampling.
Ia mengatakan, penyakit polio berdampak bahaya bagi anak karena dapat menyebabkan kelumpuhan. Obatnya pun belum ditemukan. Meski begitu, polio seharusnya bisa dicegah melalui imunisasi polio, baik dengan imunisasi tetes bOPV maupun imunisasi suntik IPV.
”Kita harus melindungi masa depan anak-anak kita dengan memberikan vaksinasi imunisasi polio lengkap. Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat,” kata Syahril.
Menurut dia, ditemukannya virus polio pada tinja tiga anak yang diperiksa menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Masih ada masyarakat yang menerapkan buang air besar terbuka di sungai. Padahal, air sungai tersebut juga digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat, termasuk tempat bermain anak-anak.
Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menuturkan, KLB polio di Aceh berkaitan dengan rendahnya cakupan imunisasi di daerah tersebut. Dengan cakupan yang rendah, kekebalan komunitas pun tidak terbentuk sehingga risiko penularan menjadi tinggi.
”Aceh memiliki sejarah panjang cakupan vaksinasi yang sangat rendah. Ini (KLB polio) sudah kami prediksi. Satu kasus polio itu seperti puncak gunung es, kita mesti siap-siap,” katanya di Jakarta, Minggu (20/11/2022).
Dalam keterangan resmi, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama menyampaikan, dengan ditemukannya kasus polio di Aceh, perlu digalakkan vaksinasi yang bisa dilakukan dalam dua bentuk, yakni ORI (outbreak response immunization) ataupun vaksinasi massal penduduk.
Selain itu, surveilans juga perlu dilakukan melalui surveilans AFP (acute flaccid paralysis) untuk menemukan kemungkinan kasus ataupun surveilans lingkungan. ”Untuk kejadian di Aceh memang harus diperiksa amat saksama di sekitarnya,” ucapnya.