Korban hilang akibat gempa bumi Cianjur terpusat di Desa Cijedil yang wilayahnya tertimbun longsor. Desa ini berada di perbukitan sehingga berpotensi terjadi longsor.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·2 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas gabungan SAR melakukan pencarian korban yang masih tertimbun longsor di Cijedil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 39 korban hilang akibat gempa Cianjur masih tertimbun longsor di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Cuaca hujan dan lokasi tempat yang sulit dijangkau alat berat menjadi kendala dalam melakukan pencarian korban hilang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menjelaskan, korban hilang itu terpusat di Desa Cijedil dengan kondisi wilayah yang tertimbun longsor. Sebanyak 6.000 petugas membantu pencarian korban gempa yang masih belum ditemukan.
”Kondisi cuaca yang hujan sejak pagi tadi serta ketinggian longsor yang menyebabkan timbunan tanah tinggi menyulitkan para petugas di lapangan. Besok akan dikerahkan alat berat dengan melihat kondisi tempat karena dikhawatirkan dapat membahayakan alat berat itu atau jika masih ada korban yang selamat,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (24/11/2022) sore.
BNPB melaporkan, per 24 November 2022 tercatat 272 korban jiwa. Jumlah korban luka sebanyak 2.046 orang, sedangkan korban yang mengungsi 62.545 orang. Untuk kerugian material, sebanyak 56.311 rumah rusak. Dari jumlah tersebut, 22.267 rumah rusak berat, 11.836 rumah rusak sedang, dan 22.208 rusak ringan.
Menurut Suharyanto, dari 272 korban jiwa tersebut masih ada 107 jenazah yang belum teridentifikasi. Ia mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya segera melapor ke posko-posko yang tersedia.
Bupati Cianjur Herman Suherman menambahkan, korban hilang itu selain tertimpa reruntuhan juga tertimbun longsor. Apalagi, desa itu berada di lereng yang rapuh sehingga pencarian korban di tengah cuaca hujan deras bisa membahayakan petugas.
”Risiko hujan turun yang juga menyebabkan kesulitan pencarian korban. Upaya pencarian korban terus dilakukan seperti dengan anjing pelacak, kita berharap cuaca saat malam cerah sehingga mungkin bisa ditemukan dengan cepat,” ujarnya.
Kondisi cuaca yang hujan sejak pagi tadi serta ketinggian longsor yang menyebabkan timbunan tanah tinggi menyulitkan para petugas di lapangan.
Bangunan aman gempa
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, kedalaman episentrum gempa Cianjur tergolong dangkal yang membuat magnitudo gelombang semakin bersifat merusak. Oleh karena itu,wilayah-wilayah perbukitan memiliki potensi longsor yang tinggi. Guncangan gempa akan membuat tanah runtuh dan terjadi longsor.
Secara umum, bangunan aman gempa dirancang dengan standar kombinasi beban, material, dan penempatan massa struktur bangunan. Bangunan tersebut mampu bertahan dan bersifat fleksibel meredam guncangan.
Menurut Dwikorita, banyaknya korban jiwa dalam peristiwa gempa Cianjur kali ini terutama akibat tertimpa bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa. Untuk itu, rumah yang akan dibangun kembali akibat gempa bisa menerapkan konstruksi bangunan aman gempa. Bangunan yang dibangun tidak sesuai standar aman gempa dapat membahayakan penghuninya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana saat para petugas gabungan SAR, TNI, polisi, dan sukarelawan melakukan pencarian korban yang masih tertimbun longsor di Cijedil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022).