Energi Terbarukan Jadi Tumpuan Ledakan Jumlah Penduduk
Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi membutuhkan energi yang besar. Terus turunnya cadangan energi fosil dan tekad manusia mengurangi emisi gas rumah kaca membuat pemakaian energi terbarukan jadi keharusan.
Terus bertambahnya penduduk dan konsistensi pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kebutuhan energi dunia. Seiring komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, penggunaan energi terbarukan jadi keharusan.
Namun, pilihan jenis energi terbarukan itu perlu disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan masing-masing negara.
Indonesia termasuk kelompok negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia atau G20. Namun, dengan pendapatan per kapita per tahun hanya sekitar 4.000 dollar AS atau Rp 60 juta dengan kurs Rp 15.000 per dollar AS, hal itu membuat Indonesia masih ada dalam kelompok negara berpendapatan menengah, bersama India.
Agar bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, Indonesia harus mampu memacu pertumbuhan ekonominya hingga bisa meningkatkan pendapatan per kapitanya minimal 12.000 dollar AS atau Rp 180 juta per tahun pada 2045. Upaya itu hanya bisa dilakukan dengan memacu tumbuhnya industri berbasis inovasi.
Industri besar membutuhkan pasokan energi yang kuat, andal, dan stabil. Selama ini industri berpegang pada pasokan energi fosil, khususnya batubara yang tidak ramah lingkungan.
Baca Juga: Hanya dalam 200 Tahun, Populasi Manusia Meledak 8 Kali Lipat
Seiring dengan terus turunnya cadangan energi fosil hingga meningkatkan impor, ketergantungan pada energi fosil harus dikurangi dan penggunaan energi terbarukan perlu didorong.
Dua atau tiga dekade ke depan, peran energi fosil masih mendominasi meski porsinya turun. ”Batubara tetap akan dipakai di masa depan, tetapi diarahkan lebih bersih, seperti penggunaan batubara cair atau gasifikasi batubara,” kata anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional, Agus Puji Prasetyono, Senin (21/11/2022).
Pertumbuhan ekonomi
Selain permintaan untuk industri dan mendorong ekonomi, kebutuhan energi akan makin besar seiring bertambahnya penduduk. Saat penduduk dunia 8 miliar jiwa pada 15 November 2022, penduduk Indonesia per Agustus 2022 mencapai 275 juta orang. Sebagian besar penduduk berusia produktif sehingga kebutuhan energi mereka besar.
Nyatanya, konsumsi energi masyarakat Indonesia pada 2020 baru 1,1 megawatt per jam (MWH) per kapita per tahun. Dibandingkan negara-negara maju, konsumsi energi masyarakat itu sangat rendah. Jika pendapatan warga naik tiga kali pada 100 tahun Indonesia merdeka, kebutuhan energinya diprediksi naik tiga kali lipat sebesar 3 MWH.
Dengan asumsi tingkat fertilitas stabil di 2,1 anak per perempuan usia subur sejak 2020, jumlah penduduk Indonesia pada 2045 ditaksir mencapai 319 juta jiwa. Jumlah itu berpeluang berubah mengingat tingkat fertlitas pada 2017 masih di angka 2,4 anak dan pada 2020 diperkirakan baru mencapai 2,2 anak.
Baca Juga: Manusia Bumi Genap Delapan Milliar
Besarnya kebutuhan energi, tambah Kepala Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang juga Guru Besar Teknik Kimia ITS Tri Widjaja, membuat potensi energi terbarukan perlu dimanfaatkan optimal. Pemerintah perlu menjamin kebutuhan energi warga sesuai potensi di wilayahnya.
Bagi warga di area terpencil, terdepan, dan terluar, penggunaan energi surya bisa dioptimalkan. Namun, penggunaan energi ini butuh kesiapan warga agar bisa merawat panel surya dan baterai penyimpan daya. Sering kali, bantuan panel surya pemerintah sia-sia karena baterai rusak atau hilang, baik untuk penerangan rumah maupun jalan.
Energi surya juga bisa dimanfaatkan masyarakat perkotaan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun penerangan jalan raya. Kini, sejumlah rumah dan gedung di perkotaan sudah mulai memasang panel surya hingga bisa mengurangi pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Untuk masyarakat perdesaan, pemanfaatan biogas dan biomassa perlu terus didorong. Jenis energi ini tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bisa mengurangi belanja energi masyarakat desa. Kini, pemanfaatan biogas di perdesaan tidak hanya untuk memasak, tetapi sebagian sudah bisa dikonversi menjadi energi listrik dan panas.
Baca Juga: Menghidupi 8 Miliar Manusia
Menurut Tri, pemanfaatan biomassa untuk campuran pembangkit batubara milik PLN juga terus berjalan. Sekitar 10-20 persen kebutuhan batubara di sebagian pembangkit sudah disubstitusi dengan biomassa, baik berupa kayu kaliandra dan lamtoro maupun tandan kosong kelapa sawit. Biomassa juga bisa dijadikan bahan bakar hidrogen meski proses fermentasinya cukup lama.
Sektor transportasi
Sementara untuk transportasi, pemakaian kendaraan listrik akan menjadi pilihan masa depan. Namun, upaya mendorong penggunaan kendaraan listrik itu harus disertai dengan pembangunan ekosistemnya.
Salah satu keluhan pengguna kendaraan listrik saat ini adalah terbatasnya stasiun pengisian kendaraan listrik umum. Selain itu, keterbatasan daya baterai kendaraan listrik seharusnya mendorong munculnya inovasi untuk membuat daya simpan baterai listrik menjadi lebih baik.
Untuk Indonesia, energi terbarukan yang memiliki pasokan yang andal, kuat, dan stabil hingga bisa digunakan untuk menopang kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi adalah energi geotermal, air, dan nuklir.
Namun, lanjut Agus, energi surya sulit dipakai untuk menopang industri. Sebagai negara kepulauan, tutupan awan di Indonesia sangat tinggi. Akibatnya, waktu efektif penangkapan sinar matahari diperkirakan hanya 4-5 jam per hari.
Pemasangan panel surya pun harus memerhatikan arah datangnya sinar matahari agar penangkapan sinar matahari optimal.
Energi bayu pun sulit diandalkan. Karakter angin di Indonesia berbeda dengan angin negara empat musim yang memiliki kecepatan tinggi dan arahnya stabil. Kekuatan angin di Indonesia jauh lebih lemah dan arahnya pun bisa berubah dengan cepat.
”Untuk Indonesia, energi terbarukan yang memiliki pasokan yang andal, kuat, dan stabil hingga bisa digunakan untuk menopang kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi adalah energi geotermal, air, dan nuklir,” kata Agus.
Baca Juga: Optimisme Pencapaian Bauran Energi Baru Terbarukan
Dari tiga jenis energi terbarukan untuk menopang ekonomi dan industri itu, nuklir dianggap sebagai pilihan terkuat meski pertentangannya pun sangat kuat. Di negara mana pun, pembangunan reaktor nuklir pasti akan mendapat tentangan masyarakat. Karena itu, pembangunan pembangkit nuklir butuh keputusan kuat pemerintah.
”Tidak ada negara maju yang tidak memiliki pembangkit nuklir,” kata Agus menambahkan.
Tri mengakui, jika pemerintah akhirnya memutuskan membangun pembangkit nuklir, listrik yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan untuk semua sektor. Meski demikian, pembangunan pembangkit nuklir membutuhkan upaya ekstra agar mendapat dukungan publik mengingat misinformasi dan mispersepsi tentang nuklir amat besar.
”Belum lagi ketakutan masyarakat dan rendahnya kepercayaan masyarakat pada kemampuan bangsa sendiri yang akan mengelola pembangkit nuklir tersebut,” katanya.
Nuklir diandalkan karena energi terbarukan lain juga sulit untuk menopang ekonomi dan industri secara berkelanjutan. Energi geotermal dan air sangat bergantung pada kondisi geografis. Sumber panas bumi umumnya ada di daerah lindung sehingga pembangunan pembangkitnya pun harus membuka area lindung tersebut. Belum lagi pembangunan jaringan listriknya.
Untuk energi air, potensi terbesar di Indonesia hanya ada di Sungai Kayan, Kalimantan Utara, dan Sungai Mamberamo, Papua. Sumber kedua energi terbarukan itu jauh dari pusat industri ataupun sumber kebutuhan energi listrik terbesar yang ada di Pulau Jawa. Belum lagi, area tangkapan airnya dipastikan akan terus menyusut seiring terjadinya alih fungsi lahan.
Kalaupun pembangkit nuklir dibangun, Kalimantan tetap dianggap lokasi yang aman karena memiliki risiko gempa dan tsunami yang lebih kecil dibandingkan dengan wilayah lain. Pembangunan sistem transmisi listrik dari Kalimantan ke Jawa atau Sumatera pun dianggap lebih ekonomis karena pembangkit nuklir mampu menghasilkan listrik dalam jumlah sangat besar.
Kini, semua pilihan untuk memenuhi kebutuhan energi industri dan masyarakat ada pada pemerintah dan masyarakat. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan energi masyarakat dan industri secara andal dan berkelanjutan. Masyarakat pun perlu membangun budaya hemat energi agar listrik yang digunakan dengan mengeksploitasi alam tidak berakhir sia-sia.