Mengenalkan Buku Konten Lokal lewat Pameran Internasional
Penerbitan di daerah perlu saling menopang dengan bersama-sama menggelar pameran skala besar. Mulai membaiknya perekonomian masyarakat diharapkan mendongkrak penjualan buku.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia International Book Fair (IIBF) 2022 diharapkan kembali menggairahkan industri perbukuan di Tanah Air. Pameran buku internasional itu juga dimanfaatkan penerbit dari sejumlah daerah untuk mengenalkan buku-buku dengan konten lokal.
Keikutsertaan penerbit lokal dalam IIBF bersanding dengan penerbit nasional dan penerbit dari sejumlah negara. Namun, hingga Kamis (10/11/2022), hanya perwakilan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dari tiga provinsi yang hadir secara luring, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
“Padahal, ajang ini menjadi kesempatan untuk mengenalkan buku-buku konten lokal dan karya penulis dari daerah. Sayangnya, jumlah penerbit yang terlibat belum maksimal,” ujar Kasiyanto (34), Marketing Officer Mandiri Publishing, penerbit asal Surabaya, Jawa Timur, di Jakarta Convention Center, DKI Jakarta.
Kasiyanto mencontohkan, di stan Ikapi Jatim dipajang puluhan judul buku dari 10 penerbit. Padahal, menurut dia, terdapat lebih dari 50 penerbit di provinsi tersebut.
Pandemi Covid-19 dalam hampir tiga tahun terakhir memukul keuangan para penerbit di daerah. Hal ini berpengaruh terhadap stok buku yang menyusut sehingga sejumlah penerbit terkendala mengikuti pameran.
Kasiyanto menuturkan, sebelum pandemi, percetakan skala menengah hingga besar di Surabaya dapat memasarkan 6.000–8.000 eksemplar per bulan. Namun, saat pandemi, pemasaran merosot lebih dari 75 persen.
“Bisa memasarkan 2.000 eksemplar per bulan saja sudah hebat. Bahkan, untuk beberapa judul buku, hanya 700 eksemplar per bulan,” ucapnya.
Beberapa pengunjung menyayangkan minimnya kehadiran penerbit lokal di IIBF secara luring. Sebab, pameran itu bisa menjadi titik balik kebangkitan penerbitan di daerah yang terpuruk selama pandemi
Dalam IIBF, Mandiri Publishing memamerkan buku fiksi dan nonfiksi. Sebagian besar buku-buku itu merupakan karya penulis lokal dari berbagai daerah, seperti Jatim, Jateng, dan DI Yogyakarta.
“Saat ini kami juga fokus mencetak buku-buku agama. Hal ini berkaca dari dua tahun terakhir di mana penjualan buku hampir semuanya terpuruk, tetapi buku bertema agama relatif stabil,” jelasnya.
Dua hari mengikuti pameran, stan Ikapi Jatim telah menjual 18 buku. Jumlah itu relatif kecil jika berkaca dari pengunjung yang ditargetkan 5.000 orang per hari.
“Memang tujuan utama ikut pameran ini untuk branding, bukan penjualan. Sudah cukup lama tiarap saat pandemi. Jadi, sekarang penerbitan daerah harus di-branding supaya dikenal lebih luas,” katanya.
Sementara itu, Ikapi Jabar mengenalkan beberapa buku berkonten lokal. Penerbit Pustaka Jaya, Bandung, misalnya, memamerkan beberapa buku bertema kesundaan, seperti berjudul Tiga Pesona Sunda Kuna, Estetika Sunda: Konsep dan Implementasi pada Wadah Makanan Pokok Tradisional, dan Mengenal Teknologi Tradisional Orang Sunda.
Beberapa pengunjung menyayangkan minimnya kehadiran penerbit lokal di IIBF secara luring. Sebab, pameran itu bisa menjadi titik balik kebangkitan penerbitan di daerah yang terpuruk selama pandemi.
“Cuma ada empat stan Ikapi daerah. Itu pun, stan (Ikapi) Jawa Tengah kosong. Harusnya pameran skala internasional seperti ini dimaksimalkan menghadirkan lebih banyak penerbit lokal,” ujar Anwar (33), pengunjung asal Depok, Jabar.
Menurut Anwar, industri penerbitan di daerah perlu saling menopang dengan bersama-sama menggelar pameran skala besar. Ia berharap, mulai membaiknya perekonomian masyarakat mendongkrak penjualan buku sehingga memulihkan usaha penerbitan.
IIBF 2022 diikuti 134 peserta dari dalam dan luar negeri pada 9-13 November. Pameran ini menargetkan 25.000 pengunjung. Sementara kegiatan secara daring dilakukan di lokapasar Shopee.
Ketua Panitia IIBF 2022 Wahyu Rinanto mengatakan, selain pameran, IIBF juga menggelar berbagai kegiatan seperti promosi dan diskusi buku. “Kegiatan ini diharapkan jadi awal kebangkitan perbukuan nasional setelah pandemi lebih dari dua tahun,” ujarnya.