Salah satu transformasi sistem kesehatan yang diusung oleh Kementerian Kesehatan ialah transformasi pada layanan kesehatan primer. Sejumlah penguatan pun dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan primer.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Transformasi layanan kesehatan primer merupakan salah satu bentuk transformasi yang diusung pemerintah dalam penguatan sistem kesehatan nasional. Pada masa transisi pandemi menuju endemi, sejumlah intervensi dilakukan melalui perluasan layanan di masyarakat.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan, perluasan layanan kesehatan primer dilakukan sebagai bentuk kebangkitan di bidang kesehatan pascapandemi Covid-19. Layanan kesehatan yang tersedia di masyarakat diharapkan tidak sekadar pulih sama seperti sebelum masa pandemi, melainkan bisa lebih baik dari sebelumnya.
”Bangkit yang diharapkan ialah menjadi lebih kuat dari sebelum pandemi. Untuk layanan kesehatan primer, misalnya, kebangkitan itu dibuktikan dengan penambahan layanan di masyarakat, seperti penambahan pada layanan skrining kesehatan dan penambahan pada jenis antigen untuk imunisasi,” katanya dalam acara arahan media terkait Hari Kesehatan Nasional Ke-58 di Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Hari Kesehatan Nasional (HKN) diperingati setiap tanggal 12 November. Pada tahun ini, tema yang diangkat oleh Kementerian Kesehatan dalam peringatan HKN Ke-58 adalah ”Bangkit Indonesia, Sehat Negeriku”. Rangkaian acara yang telah berjalan, antara lain, pameran produk inovasi dan teknologi kesehatan, layanan pemeriksaan gratis, serta peluncuran program dan aplikasi kesehatan.
Endang menuturkan, perluasan layanan kesehatan primer tersebut meliputi, antara lain, menambah layanan penapisan atau screening untuk 14 penyakit penyebab kematian tertinggi di tiap sasaran usia, penapisan tengkes (stunting), dan peningkatan pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC) dari empat kali menjadi enam kali.
Selain itu, pada program imunisasi rutin juga telah ditambah tiga jenis antigen baru sehingga menjadi 14 antigen yang diberikan untuk anak, yakni vaksin pneumococcal conjugate vaccine (PCV), vaksin rotavirus, dan vaksin human papilloma virus (HPV).
Bangkit yang diharapkan ialah menjadi lebih kuat dari sebelum pandemi. Untuk layanan kesehatan primer, misalnya, kebangkitan itu dibuktikan dengan penambahan layanan di masyarakat. (Maria Endang Sumiwi)
Menurut Endang, upaya penguatan pada layanan kesehatan primer juga dilakukan dengan memperketat pemantauan dan evaluasi pada setiap program yang dijalankan. Pengukuran akan dilakukan tidak hanya pada capaian, tetapi juga pada perangkat masukan (input) yang digunakan. Hal itu berarti alat-alat yang digunakan untuk menghitung capaian juga dipantau.
”Pada stunting, kita pastikan bahwa alat ukur untuk memantau pertumbuhan anak telah terstandardisasi. Jadi tidak ada lagi yang menggunakan pita ukur untuk baju. Kita akan lengkapi setidaknya untuk puskesmas dengan alat antropometri,” ucap Endang.
Penguatan pada layanan kesehatan primer pun dilakukan dengan melengkapi setiap puskesmas dengan alat USG. Alat ini dinilai penting untuk memastikan pemantauan pertumbuhan janin bisa optimal.
Dengan pemantauan yang baik pada masa kehamilan diharapkan faktor risiko kehamilan bisa dicegah sehingga kematian ibu dan anak bisa ditekan. Penanganan sejak dini sejak masa kehamilan juga bisa mencegah bayi lahir dengan kondisi tengkes.
Kolaborasi
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha menuturkan, kolaborasi dan koordinasi yang baik menjadi aspek penting untuk mencapai berbagai target di bidang kesehatan.
Selain transformasi pada layanan kesehatan primer, Kementerian Kesehatan juga telah mengusung lima pilar lain dalam transformasi sistem kesehatan, yakni transformasi layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.
”Semua bentuk transformasi yang akan kita capai itu membutuhkan sinergi dan kolaborasi. Tidak mungkin Kemenkes berdiri sendiri. Kolaborasi ini juga yang menjadi kunci dalam keberhasilan kita dalam capaian vaksinasi serta pengendalian Covid-19,” tuturnya.
Secara terpisah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menuturkan, transformasi layanan kesehatan primer turut berperan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal itu terutama dengan meningkatkan layanan promotif dan preventif terhadap penularan penyakit.
Merujuk pada angka harapan hidup sehat (HALE) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rata-rata harapan hidup sehat penduduk Indonesia 62,8 tahun. Sementara rata-rata usia harapan hidup mencapai 71,3 tahun.
Data tersebut menunjukkan terdapat selisih 8,5 tahun yang hilang akibat kualitas hidup yang buruk. Itu bisa terjadi akibat menderita penyakit, seperti jantung, diabetes, dan gangguan ginjal.
”Kita perlu memperkecil selisih angka ini agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Kita harus bisa memanfaatkan keuntungan pertumbuhan penduduk usia produktif dan usia lanjut yang dimiliki Indonesia,” ujarnya.