Waspada Cuaca Ekstrem, Bibit Siklon 93S Muncul di Barat Daya Bengkulu
Bibit Siklon Tropis 93S yang terpantau di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera bisa meningkatkan pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bibit Siklon Tropis 93S terpantau di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera dan berpeluang tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dengan kategori sedang. Sistem tekanan udara ini bisa meningkatkan pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut.
Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, dalam keterangan pers, Jumat (4/11/2022), mengatakan, bibit siklon ini memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 25 knot dan tekanan udara minimum 1001 hPa yang bergerak ke arah selatan-barat daya. Sistem ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Samudra Hindia sebelah barat Bengkulu.
”Potensi sistem untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada pada kategori sedang,” katanya.
Kondisi tersebut, menurut Guswanto, mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Selain bibit siklon ini, menurut Guswanto, saat ini juga muncul sirkulasi siklonik di Semenanjung Malaysia dan Laut Sulawesi yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Riau, Kepulauan Riau, hingga Laut China Selatan dan di Laut Sulawesi. Daerah konvergensi juga terpantau memanjang dari Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Barat, yang berpeluang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitarnya.
Dengan kondisi ini, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah di Indonesia bisa dilanda hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Adapun terkait dampak tidak langsung dalam 24 jam ke depan dari keberadaan bibit siklon tropis 93S lebih ke meningkatnya tinggi gelombang.
Tinggi gelombang 1,25-2,5 meter atau kategori moderat berpeluang terjadi di perairan timur Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan Barat Lampung, Teluk Lampung bagian selatan, dan Selat Sunda bagian selatan. Sementara tinggi gelombang 2,5-4 meter bisa terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, barat Kepulauan Simeulue, hingga Kepulauan Mentawai, barat Pulau Enggano-Bengkulu, Samudra Hindia barat Sumatera, dan Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Barat.
”BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan potensi siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya,” ujarnya.
Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, Guswanto mengimbau masyarakat untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak, menghindari daerah rentan mengalami bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, dan tepi pantai.
Setelah banjir yang melanda sejumlah wilayah Aceh pada awal pekan ini, banjir juga melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, sejak Rabu (2/11). Sedikitnya terdapat enam desa terdampak, yakni Desa Pantai Pantai Cermin, Desa Paya Perupuk, Desa Suka Maju, Desa Pekubuan, Desa Pekan Tanjung Pura di Kecamatan Tanjung Pura, dan Desa Sekoci di Kecamatan Besitang.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir yang mencapai ketinggian 150 sentimeter ini berdampak terhadap 1.319 keluarga hingga memaksa sedikitnya 136 keluarga di Desa Sekoci mengungsi.
Senior Forecaster BMKG Laode Nurdiyansyah mengatakan, banjir di Aceh Timur dan Langkat (Sumatera Utara) tidak secara langsung disebabkan oleh bibit siklon tropis 93S yang terpantau di Samudra Hindia. ”Banjir tersebut disebabkan oleh hujan yang terjadi terus-menerus akibat terbentuknya daerah belokan atau pertemuan angin sehingga membentuk pumpunan awan hujan di wilayah tersebut,” tuturnya.