Kasus Naik, IDI Ingatkan Lagi Disiplin Protokol Kesehatan
Peningkatan angka kasus Covid-19 perlu diantisipasi masyarakat dengan serius. Caranya dengan kembali meningkatkan protokol kesehatan, mewaspadai varian Covid-19 baru, dan mengikuti vaksinasi ketiga.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angka kejadian dan kematian akibat Covid-19 pada akhir Oktober dan awal November 2022 meningkat dua kali lipat dari pertengahan Oktober. Masyarakat diimbau untuk waspada dengan kembali meningkatkan kedisiplinan mengikuti protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan orang, serta mengikuti vaksinasi penguat ataubooster.
Angka kasus Covid-19 kembali naik pada awal November. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 4.707 kasus dilaporkan pada 1 November 2022, sedangkan sehari kemudian mencapai 4.873 kasus. Angka ini naik dua kali lipat dari pertengahan Oktober 2022, yaitu ketika rata-rata kasus yang dilaporkan sekitar 2.000 kasus.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan dalam konferensi pers secara daring, Kamis (3/11/2022), menyampaikan, situasi kasus Covid-19 di Indonesia fluktuatif. Selama dua minggu sebelumnya, angka Covid-19 stabil pada 2.000 kasus per hari. Lonjakan pada akhir Oktober hingga awal November cukup tinggi dan hampir dua kali lipat.
”Pertengahan Oktober lalu, angka kematian akibat Covid-19 berada di kisaran 16-19 orang. Namun, pada 1 November angka kematiannya 32, dua kali lipat dari dua minggu lalu,” ujar Erlina.
Peningkatan ini ditengarai karena penggunaan protokol kesehatan di masyarakat yang mulai longgar. Erlina mengatakan saat ini masyarakat mulai tidak ketat dalam menggunakan masker, banyak yang tidak menggunakan masker saat bepergian, atau menggunakan masker dengan cara yang salah sehingga tidak efektif. Kegiatan berkumpul yang menghadirkan banyak orang juga mulai bermunculan belakangan ini.
Selain itu, munculnya subvarian baru virus penyebab Covid-19, XBB, yang merupakan keluarga varian Omicron juga harus diwaspadai. Adapun menurut Erlina, kenaikan angka Covid-19 belum tentu disebabkan subvarian XBB yang muncul di Indonesia. Hal ini karena masih sedikit kasus Covid-19 terlapor yang diakibatkan oleh subvarian XBB di Indonesia.
”Saat ini pemerintah memperketat surveilans dengan memeriksa pengurutan keseluruhan atau sekuensi genom (whole genom sequencing) pada pemeriksaan PCR pasien Covid-19. Hal ini dilakukan agar mengetahui seberapa banyak varian XBB sudah ada di Indonesia,” jelas Erlina.
Erlina menyebutkan beberapa kendala terkait pelacakan menggunakan sekuensi genom. Salah satunya masyarakat yang positif Covid-19 menggunakan tes antigen dan tidak melanjutkan menggunakan tes PCR. Padahal, untuk melihat varian virus diperlukan pemeriksaan lebih lanjut pada PCR. Contoh lain, mereka yang memiliki gejala batuk pilek tidak memeriksakan diri dan hanya isolasi mandiri.
Maka, Erlina menganjurkan masyarakat untuk segera memeriksakan diri apabila memiliki gejala penyakit tertentu. Dari pemeriksaan dini ini akan terpetakan bentuk perlindungan pada diri sendiri dan orang lain. Misalkan, saat memiliki gejala Covid-19, perlu melakukan pemeriksaan antigen dan PCR serta melakukan isolasi mandiri.
Perlindungan terhadap kelompok berisiko terpapar Covid-19 seperti warga lansia dan masyarakat dengan penyakit penyerta atau komorbid juga harus ditingkatkan. Kelompok ini dianjurkan untuk lebih berhati-hati ketika berinteraksi dengan masyarakat di keramaian dengan selalu taat protokol kesehatan. Hal ini karena mereka merupakan kelompok paling rentan apabila terinfeksi Covid-19.
”Masyarakat boleh berkegiatan, tetapi perlu memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu, perlu melindungi kelompok yang berisiko karena mereka memiliki tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian yang tinggi,” sebut Erlina.
Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global, Dicky Budiman, menuturkan, pemerintah daerah juga perlu mengawasi kegiatan yang berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan disiplin terkait kapasitas orang dalam suatu kegiatan. Selain itu, mengombinasikan pergantian kerja dari rumah dan kerja dari kantor, menekankan penggunaan masker, dan secara aktif mendeteksi kasus Covid-19 di masyarakat.
”Setelah melakukan vaksinasi Covid-19 pertama dan kedua, masyarakat memang memiliki imun yang lebih baik dibandingkan saat varian Delta menyerang. Namun, kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan bersama,” kata Dicky.
Vaksinasi lambat
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2 November 2022, cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia sebesar 87,47 persen atau lebih dari 205 juta sasaran untuk vaksin dosis pertama. Cakupan dosis kedua mencapai 73,26 persen atau sekitar 171,9 juta penduduk telah menerima. Cakupan dosis ketiga sebesar 27,76 persen atau lebih dari 65 juta penduduk. Jumlah ini merupakan persentase dari total sasaran, yaitu 234,6 juta penduduk Indonesia.
”Cakupan vaksinasi ketiga cukup lambat. Kenaikan cakupan vaksinasi Covid-19 ketiga pada bulan September-Oktober 2022 tidak mencapai 1 persen, masih di kisaran 27,7 persen saat ini. Masyarakat perlu melakukan vaksinasi ketiga untuk meningkatkan antibodi menghadapi varian Covid-19 yang baru,” jelas Erlina.
Ia menceritakan belakangan ini banyak masyarakat yang mengeluhkan sulit mencari stok vaksin ketiga. Beberapa bahkan mengatakan ketiadaan stok vaksin di fasilitas layanan kesehatan yang ada di kota-kota besar.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sebelumnya mengatakan minimnya stok vaksin di beberapa daerah karena sedang menunggu vaksin produksi dalam negeri dan juga vaksin Covax. Kemenkes juga sedang merelokasi vaksin dari provinsi yang memiliki banyak stok seperti Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (Kompas, 21/10/2022).
Masyarakat boleh berkegiatan, tetapi perlu memperhatikan protokol kesehatan.
Ketua Pengurus Besar IDI Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan, masyarakat sudah mulai sadar pentingnya vaksin Covid-19 ketiga. Namun, hal ini terkendala permasalahan ketersediaan dan distribusi vaksin di daerah. Maka dari itu, ia mengimbau pemerintah pusat dan daerah untuk memenuhi stok dan mempercepat distribusi di daerah yang kekurangan vaksin Covid-19.
”IDI telah melakukan sosialisasi kepada seluruh dokter dari Sabang hingga Merauke untuk membantu masalah vaksinasi. Dalam hal ini, kami bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat penanganan pandemi Covid-19,” sebutnya.