Sebagai pemilik masa depan, anak-anak berhak untuk hidup di lingkungan sehat dan menyenangkan. Lewat beragam gambar, mereka mengimajinasikan kota idamannya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·5 menit baca
Anak-anak sering luput dilibatkan dalam merancang atau paling tidak membayangkan kota impian mereka. Padahal, sebagai pemilik masa depan, mereka berhak untuk hidup di lingkungan sehat dan menyenangkan. Lewat beragam gambar, mereka mengimajinasikan kota idaman untuk ditinggali.
Kertas berwarna putih sepanjang 30 meter dengan lebar 40 sentimeter dibentangkan di Galeri Oesman Effendi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (23/10/2022) siang. Dua jam berselang, karton itu penuh dengan gambar beraneka rupa dan warna karya puluhan anak. Mereka menumpahkan imajinasi kota idaman versi masing-masing.
Anak-anak dipersilakan menggambar obyek dan mewarnai sesukanya. Mereka juga bisa melengkapi karya satu sama lain. Bekerja sama tidak dilarang.
Mereka menggambar memakai krayon. Goresan pertama setiap anak sangat beragam, mulai dari garis lurus, bergelombang, hingga lingkaran. Warna krayon yang dipilih juga berbeda.
Beatrice (8), siswa sekolah rumah atau homeschooling asal Jakarta Barat, memulai menggambarkan imajinasinya dengan garis miring berwarna hitam. Di atasnya, ia menggoreskan krayon berwarna hijau berulang-ulang.
Setelah itu, ia menggambar obyek berbentuk kotak dengan warna jingga, biru, merah, dan coklat. Di dalam kotak itu terdapat empat gambar persegi mirip jendela berwarna biru tua.
Beatrice enggan memberi tahu dan memilih merahasiakan gambarnya. ”Nanti setelah gambarnya selesai, pasti akan tahu, kok,” ujarnya mengundang penasaran.
Setelah 1,5 jam, Beatrice menyelesaikan karyanya. Garis hitam yang ditimpa warna hijau menggambarkan permukaan gunung. Sementara obyek berbentuk kotak merupakan gambar apartemen.
Di atas gambar itu, ditulis kalimat The City of Colour and Nature dengan krayon berwarna coklat. ”Tahu enggak, sebenarnya aku pernah ke kota ini dalam imajinasi aku. Kotanya sejuk dan penuh warna,” ujarnya.
Beatrice ingin tinggal di kota imajinasinya itu. Tidak ada gambar mobil, sepeda motor, atau kendaraan lain dalam karyanya.
”Biar aja enggak ada (gambar) kendaraan supaya enggak macet. Kan, masih bisa jalan kaki,” katanya.
Kota yang diimajinasikan Beatrice dengan udara segarnya jelas sangat berbeda dengan kondisi Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia. Di Jakarta, misalnya, berdasarkan data dari laman IQAir, kualitas udara, Sabtu (22/10/2022) pukul 20.00, pada angka 155 atau kategori tidak sehat.
Sebagai ibu kota negara, Jakarta juga belum bisa lepas dari benang kusut kemacetan. Berdasarkan TomTom Traffic Index 2021, Jakarta menempati peringkat ke-46 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan 34 persen.
Tingkat kemacetan itu menurun 2 persen dibandingkan setahun sebelumnya. Namun, Jakarta masih kalah dari ibu kota negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Bangkok (Thailand) dengan tingkat kemacetan 31 persen, Singapura 29 persen, dan Kuala Lumpur (Malaysia) 21 persen.
Jika Beatrice mendambakan kota dengan udara sejuk seperti di pegunungan, Nami (9), siswa SD An-Nisaa Izada, Tangerang Selatan, Banten, memimpikan kota dengan pantai yang bersih dan laut berwarna biru. Selain membuat obyek itu, ia juga menggambar matahari yang bersinar cerah.
Kota yang diimajinasikan Beatrice dengan udara segarnya jelas sangat berbeda dengan kondisi Jabodetabek dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia.
Tak lupa ia menggoreskan krayon berwarna biru di bagian atas untuk menggambar langit. Tidak ada satu pun gambar gedung di karyanya itu.
”Kalau banyak gedung tinggi, nanti bisa menghalangi sinar matahari. Kita jadi enggak sehat,” katanya.
Kota impian dengan nuansa alam juga digambarkan Olivia (11), siswa kelas V SD Negeri Bukit Duri 05, Jakarta Selatan. Ia memang menggambar gedung dan Menara. Namun, jumlah bangunan itu lebih sedikit dibandingkan gambar pepohonan.
Bahkan, ia menggambar pohon yang melilit gedung. Karyanya itu dinamai The City of Evolution.
Olivia mengimajinasikan kota yang menyatu dengan alam, tetapi tetap modern. ”Kota-kota sudah penuh dengan bangunan. Jadi, harus berevolusi menjadi kota hijau dengan banyak pohon,” ujarnya.
Ruang ekspresi
Saat anak-anak asyik menggambar kota imajinasinya, para orangtua sabar menunggu sambil memperhatikan buah hatinya. Tak sedikit yang mengabadikan kegiatan itu dengan kamera telepon genggam.
Sejumlah orangtua mengapresiasi kegiatan bertajuk ”Ilustrasikan Kota Idamanmu” yang diinisiasi oleh Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) tersebut. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Jakarta International Literary Festival (JILF) 2022.
”Kegiatan ini sangat menarik karena menjadi ruang ekspresi bagi anak-anak. Yang lebih penting, bisa melatih kepercayaan diri dan membuat mereka tidak individualis karena selama pandemi Covid-19 sangat sibuk dengan gawai,” ujar Yuly (44), ibu salah satu peserta asal Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Semula, Yuly hanya ingin mengajak anaknya, Najla (12), mengunjungi TIM untuk mengisi waktu akhir pekan. Tahun lalu, mereka batal mendatangi tempat itu karena sedang direnovasi.
”Ternyata ada acara ini. Ya sudah, ikut saja. Anak senang, saya juga. Acara ini bagus untuk mengembangkan imajinasi anak-anak,” jelasnya.
Pendiri dan Ketua KPBA Murti Bunanta mengatakan, menggambar atau membuat ilustrasi dapat merangsang imajinasi anak-anak. Selain itu, melatih kepercayaan diri dan keberanian mereka untuk mengekspresikan gagasan.
”Lihatlah gambar kota yang anak-anak ini impikan. Mereka tidak menggambar mal dan banyak kendaraan. Mereka lebih tertarik dengan alam. Itu, kan, yang mereka butuhkan di masa depan, lingkungan yang sehat,” katanya.
Selain menggambar, KPBA juga menggelar kegiatan mendongeng. Kelompok ini menyediakan sendiri bahan-bahan untuk menggambar serta alat peraga mendongeng.
Tahun ini merupakan edisi ketiga JILF. Namun, baru kali ini festival sastra tersebut melibatkan komunitas anak.
”Ini bentuk perhatian terhadap anak-anak karena mereka hampir selalu dilupakan dalam festival sastra,” ujar Direktur Eksekutif JILF 2022 Avianti Armand.
Di tengah kualitas lingkungan perkotaan yang semakin terdegradasi, anak-anak memimpikan dan mengapungkan harapan untuk kondisi kota yang lebih baik. Imajinasi itu harus tetap dipelihara untuk diwujudkan di masa mendatang.