Generasi Muda Perlu Mendapat Pendidikan tentang Krisis Iklim
Generasi muda dapat mulai memahami berbagai informasi terkait krisis iklim dan dampaknya melalui platform media sosial. Setelah itu, generasi muda dapat melakukan aksi nyata sekaligus mengajak masyarakat lainnya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pendidikan, pemahaman, hingga berbagai aksi untuk mengatasi krisis iklim sangat penting diberikan kepada anak dan generasi muda. Pemahaman ini dapat diberikan melalui berbagai ruang pembelajaran, termasuk di lingkup digital.
Co-Founder River Warrior Indonesia Thara Bening mengemukakan, generasi muda sangat penting untuk mempelajari berbagai isu tentang perubahan iklim karena mereka salah satu kelompok yang paling merasakan dampaknya. Oleh karena itu, generasi muda wajib membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan tentang krisis iklim.
”Dengan membekali diri dengan pengetahuan ini, generasi muda sebagai pemimpin masa depan dapat mengetahui penyebab, solusi, hingga cara mencegah terjadinya krisis iklim,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Climate Crisis Education, A Starting Point for Climate Action”, Sabtu (22/10/2022).
Menurut Thara, generasi muda dapat mulai memahami berbagai informasi terkait krisis iklim dan dampaknya melalui platform media sosial. Sementara untuk mendalami isu krisis iklim ini, generasi muda terlebih dahulu harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Generasi muda harus kritis terhadap dampak perubahan iklim, seperti meningkatnya bencana.
Setelah memahami dan menguasai isu krisis iklim, Thara juga menyarankan agar generasi muda dapat melakukan aksi nyata untuk menyelamatkan Bumi sekaligus mengajak masyarakat lainnya melalui media sosial atau platform lain. Sebab, aksi tersebut akan lebih besar dampaknya apabila bisa dilakukan oleh banyak individu.
”Generasi muda harus menyadari bahwa perubahan iklim merupakan ancaman bagi masa depan kita. Jadi, bila sampai sekarang masih ada generasi muda yang tidak peduli atau tidak mengambil tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, di masa depan kita juga akan hidup dengan lingkungan yang rusak,” tuturnya.
Direktur Kesiapsiagaan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo mengatakan, meningkatnya intensitas bencana hidrometeorologi merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang mengancam generasi muda dan masyarakat umum lainnya. Bahkan, peningkatan bencana ini cenderung signifikan setiap tahun.
Jadi, bila sampai sekarang masih ada generasi muda yang tidak peduli atau tidak mengambil tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, di masa depan kita juga akan hidup dengan lingkungan yang rusak.
Berdasarkan catatan BNPB sejak 1 Januari hingga 9 Oktober 2022, telah terjadi 2.718 bencana. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.083 kejadian banjir tercatat di sejumlah wilayah di Indonesia. Selain itu, tercatat juga kejadian bencana hidrometeorologi seperti cuaca ekstrem (867), tanah longsor (483), gelombang pasang dan abrasi (21), serta kekeringan (4).
Seiring dengan meningkatnya kejadian ini, Pangarso pun mendorong generasi muda untuk mengetahui risiko bencana di wilayahnya masing-masing. Berbagai informasi terkait risiko bencana ini bisa dipelajari generasi muda melalui aplikasi inarisk BNPB.
”Melalui platform aplikasi ini, kita bisa mengetahui risiko atau ancaman bencana di suatu wilayah. Kita juga bisa mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan sebelum, saat kejadian, hingga pasca-terjadinya bencana tersebut,” ucapnya.
Ruang pembelajaran
Salah satu ruang yang bisa digunakan pemuda untuk belajar seputar perubahan iklim ialah Learning Management System (LMS) GLA on Climate Change. Ruang ini dirancang oleh Girls Leadership Academy (GLA) yang berkolaborasi dengan Tim Humanitarian Resilience Program Plan Indonesia. Ruang ini dapat diakses melalui situs kelas.glaindonesia.org.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti berharap banyak generasi muda yang bisa terlibat dan mengikuti LMS GLA on Climate Change. Sebab, perubahan iklim merupakan isu yang mencakup tentang keadilan antargenerasi dan anak muda merupakan salah satu kelompok yang paling merasakan dampaknya saat ini ataupun ke depan.
Melalui LMS, Dini juga menekankan bahwa pemahaman generasi muda terhadap perubahan iklim tidak hanya berhenti sampai tahap pengetahuan dan kesadaran. Namun, generasi muda juga harus turut melakukan aksi yang dimulai dari diri sendiri untuk menyelamatkan Bumi dari kenaikan suhu dan perubahan iklim.