Dukungan Dana Riset Industri-Perguruan Tinggi Meningkat
Indonesia butuh peningkatan inovasi dari perguruan tinggi dan industri untuk mendukung kemajuan ekonomi. Lewat program ”matching fund” Kedaireka, partisipasi dana industri dalam riset mulai meningkat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dukungan dunia usaha dan industri untuk meningkatkan inovasi dalam negeri yang berkolaborasi dengan perguruan tinggi semakin meningkat. Hal ini terlihat dari kucuran dana dari industri yang semakin besar dibandingkan dari pemerintah dalam program dana padanan atau matching fund. Program ini untuk mendukung hilirisasi inovasi yang bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam di acara peluncuran Ekosistem Kedaireka 2022: Kolaborasi dan Inovasi untuk Masa Depan Berkelanjutan, di Jakarta, Jumat (21/11/2022), mengatakan, untuk menjadi negara maju, Indonesia harus memperkuat riset dan pengembangan guna mendukung ekonomi berbasis inovasi.
Perguruan tinggi (PT) berperan selain menghasilkan sumber daya manusia produktif, juga harus mengasilkan inovasi. Namun inovasi PT tersebut tidak cukup hanya untuk publikasi atau pameran, tapi harus sampai hilirisasi. Untuk itulah, kolaborasi PT dan dunia usaha/industri (DUDI) harus kuat dan produktif.
Keberhasilan kolaborasi PT dan DUDI memanfaatkan matching fund, perlu didukung dengan ekosistem Kedaireka.
”Selama ini untuk dana R&D (penelitian dan pengembangan/litbang) masih mengandalkan atau lebih besar dari pemerintah, sekitar 75 persen. Padahal, negara lain yang industrinya maju seperti Korea Selatan, misalnya, untuk tiap industri yang maju, di belakangnya ada PT. Dana R&D pun lebih besar dari pemerintah,” tutur Nizam.
Saat ini, pengeluaran Indonesia dalam litbang baru setara dengan 0,28 persen dari total PDB negara. Angka ini cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran global dalam R&D berdasarkan data Bank Dunia 2020 yaitu 2,3 persen.
Sejak tahun 2020, Kemendikbudristek meluncurkan platform Kedaireka sebagai wujud Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mempertemukan PT dan industri untuk meningkatkan komersialisasi inovasi dalam negeri. Mulai tahun 2021, Ditjen Dikti menyediakan dana padanan yang sama besarnya dengan industri untuk menarik minat industri berinvestasi dalam litbang di dalam negeri.
Pada 2021, dana kontribusi DUDI sekitar Rp 1,19 triliun, sedangkan pemerintah sekitar Rp 1,47 triliun. Pada 2022, kontribusi DUDI sudah lebih tinggi yakni sekitar Rp 5,74 triliun dibandingkan pemerintah sekitar Rp 5,45 triliun.
Proposal kolaborasi litbang untuk inovasi yang nantinya siap dihilirisasi juga meningkat, baik dari PT maupun DUDI, meskipun pengajuan lebih banyak dari PT. Pada 2021 ada 1.231 proposal, di tahun ini meningkat 339 persen menjadi 5.407 proposal senilai lebih Rp 11,2 triliun.
”Dukungan industri untuk R&D kini bukan lagi dalam bentuk CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan yang biasanya tidak berkelanjutan. Kini, dengan berkolaborasi bersama PT, ada inovasi yang bisa dihasilkan untuk bisa dimanfaatkan industri untuk pengembangan bisnis hingga bisa dirasakan konsumen. Kita berharap ekosistem Kedaireka yang sudah terbentuk ini bisa memperkuat DUDI dalam negeri dan tidak bergantung bahan baku impor terus,” kata Nizam.
Pada 2022 ini, Kedaireka meluncurkan inisiasi Ekosistem Kedaireka yang berisikan program-program yang diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan membuka peluang kolaborasi lainnya bagi insan perguruan tinggi dan mitra industri. Perwakilan insan perguruan tinggi, mitra industri serta masyarakat umum yang hadir diharapkan dapat memahami urgensi menciptakan ekosistem kolaborasi dan pentingnya memprioritaskan inovasi di berbagai macam industri.
Kepala Subprogram Substansi Kedaireka Ardhi Arsala Rahmani mengatakan untuk meningkatkan keberhasilan kolaborasi PT dan DUDI memanfaatkan matching fund, perlu didukung dengan ekosistem Kedaireka. Ada tujuh program dalam ekosistem Kedaireka yang kini disediakan yakni Kedaireka Academy, RekaTalks, Match Making Innovation Forum, RekaPitch, CEO Mentorship, RekaPreneur, dan RekaPods.
Pelaksanaan ekosistem Kedaireka diawali dengan dua kegiatan yakni CEO Mentorship dan RekaTalks. Kegiatan yang diselenggarakan di Jakarta ini menghadirkan pemateri pejabat pemerintah, akademisi dari perguruan tinggi, praktisi dari petinggi DUDI, dan penerima manfaat program Matching Fund Kedaireka.
CEO Mentorship mengangkat tema utama Ekosistem Kolaborasi untuk Inovasi”. Kegiatan ini berupa sesi berbagi secara intensif oleh pejabat pemerintah dan petinggi DUDI untuk meningkatkan pertukaran ide dan pengembangan diri insan PT. Pemateri yang hadir antara lain Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Arsjad Rasjid, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, dan CEO Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuni.
Sesi pertama membahas tema “Digitalisasi Ekonomi dan Inovasi yang Inklusif: Merangkai Ulang Environmental Social Governance (ESG) Pascapandemi” diisi oleh pemateri Rektor IPB University Arif Satria, anggota DPR Komisi X serta Ketua Umum Kadin Lampung Muhammad Kadafi, dan pengusul matching fund 2022 dari Universitas Surabaya, Artiawati.
Selanjutnya sesi kedua dengan tema “Ekonomi Biru: Eksplorasi Kolaborasi Inovasi Untuk Meningkatkan Ekonomi Berkelanjutan” diisi oleh pemateri Co-Founder & CMO Octopus Indonesia Hamish Daud; Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Tedi Bharata; dan pengusul matching fund 2022 dari Universitas Mulawarman, Esti Handayani Hardi.
Kemudian RekaTalks mengangkat dua tema yakni “Digitalisasi Ekonomi dan Inovasi yang Inklusif: Merangkai Ulang Environmental Social Governance (ESG) Pascapandemi” dan “Ekonomi Biru: Eksplorasi Kolaborasi Inovasi Untuk Meningkatkan Ekonomi Berkelanjutan”. Kegiatan ini menghadirkan kisah-kisah inspiratif dari insan perguruan tinggi dan DUDI penerima manfaat program Matching Fund Kedaireka 2021-2022 yang terpilih.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan ekosistem Kedaireka diharapkan mampu menginspirasi dan mengobarkan semangat insan PT dan mitra industri di seluruh Indonesia untuk berinovasi dan berkolaborasi demi kemajuan bangsa Indonesia.
“Kesadaran pada keberadaan Kedaireka sebagai sebuah ekosistem kolaborasi dan inovasi antara PT dan industri perlu terus dibangun. Setelah itu nanti partisipasi publik, baik dari akademisi dan industri dalam kegiatan-kegiatan ekosistem Kedaireka akan meningkat,” kata Tjitjik.
Pada 2022, Kedaireka kembali meluncurkan program Matching Fund dengan fokus riset yang menitik beratkan pada lima sektor, yaitu ekonomi hijau (green economy), ekonomi biru (blue economy), ekonomi digital (digital economy), kepariwisataan, dan infrastruktur kesehatan (health infrastructure).