Masjid Ramah Lingkungan Potensial dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Dalam kondisi dunia yang menghadapi krisis lingkungan, masjid tidak hanya berperan sebagai rumah ibadah, tetapi juga dapat menjadi bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya mitigasi perubahan iklim memerlukan dukungan dari berbagai aspek, termasuk rumah ibadah seperti masjid ramah lingkungan. Konsep masjid yang rendah emisi ini tidak hanya dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan keteladanan bagi masyarakat, khususnya umat Muslim.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi panel tentang penerapan masjid ramah lingkungan Indonesia di Jakarta, Rabu (19/10/2022). Diskusi ini merupakan rangkaian acara sebelum diadakan Konferensi Nasional Masjid Ramah Lingkungan pada 3-4 November 2022.
Ketua Umum Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto mengemukakan, dalam kondisi dunia yang tengah menghadapi krisis lingkungan, masjid tidak hanya berperan sebagai rumah ibadah, tetapi juga dapat menjadi aspek dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Kebaikan dan pemuliaan lingkungan yang bisa dilakukan dari dalam masjid juga akan menjadi dakwah yang berguna bagi manusia, khususnya umat Muslim.
”Masjid berperan penting karena salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia berasal dari sektor perumahan atau bangunan. Bahkan, 80 persen dari sektor ini merupakan perumahan menengah ke bawah. Masjid dengan sebaran yang luar biasa di Indonesia tentu memiliki peran potensial dalam memberikan keteladanan lingkungan,” ujarnya.
Menurut Iwan, saat ini seluruh negara termasuk Indonesia mempersiapkan untuk menuju emisi bersih atau net zero emission. Pilar utama mencapai emisi bersih dari sektor bangunan ialah kesadaran masyarakat atau organisasi dan finansial atau pendanaan.
Iwan menekankan, masjid sebagai bagian dari masyarakat sipil berperan strategis dalam melakukan perubahan, termasuk untuk menuju target emisi bersih. ”Peranan masjid akan sangat besar untuk mentransformasikan masyarakat yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan di masa depan,” katanya.
Masjid berperan penting karena salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia berasal dari sektor perumahan dan bangunan. Masjid dengan sebaran yang luar biasa di Indonesia tentu memiliki peran potensial dalam memberikan keteladanan lingkungan.
Saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa masjid ramah lingkungan, salah satunya Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten. Pembangunan masjid ini sudah dilakukan sejak tahun 2019 dan sampai sekarang terus mengedepankan berbagai kegiatan ramah lingkungan.
Pembina Masjid Raya Bintaro Jaya Tangerang Selatan Bambang Suprihadi mengutarakan, berbagai kegiatan atau program yang dilakukan masjid ramah lingkungan ini mulai dari penghematan energi, penggunaan botol minum, perapian taman, pengurangan sampah plastik, hingga pemasangan panel surya.
”Pemasangan panel surya juga merupakan salah satu model penggunaan energi terbarukan dan ini juga bagian dari wakaf jemaah. Selama ini penggunaan panel surya dapat memangkas biaya penggunaan listrik masjid hingga 40 persen,” tuturnya.
Selain itu, Masjid Raya Bintaro Jaya telah membangun sumur resapan untuk mengoptimalkan penggunaan air hujan. Pembangunan sumur resapan ini sekaligus untuk mencegah terjadinya banjir karena lokasi masjid dikelilingi sungai.
”Selama ini permasalahan kita bukan soal teknis masjid ramah lingkungan, melainkan tentang manajemennya. Jadi, yang pertama ditekankan ialah membangun pola pikir pengurus masjid seperti bersama-sama dalam mengelola sampah,” ucapnya.
Masjid berkelanjutan
Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hayu Prabowo menyatakan, ke depan semua pihak perlu bertransformasi dari masjid ramah lingkungan menjadi masjid berkelanjutan dan berketahanan iklim. Ini diperlukan mengingat sekarang banyak masjid yang rusak akibat terkena dampak perubahan iklim, termasuk bencana hidrometeorologi.
”Masjid berkelanjutan dapat diartikan sebagai siapnya kapasitas individu, komunitas, dan sistem masjid yang mampu beradaptasi terhadap berbagai tekanan yang dialami. Masjid perlu memiliki rencana tanggap darurat dalam menghadapi Covid-19 serta tekanan maupun guncangan lainnya di masa depan,” katanya.
Gerakan masjid ramah lingkungan atau ekomasjid menekankan bahwa masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, tak terkecuali isu lingkungan hidup. Sejumlah ekomasjid yang telah dikembangkanmemilikiberbagai fasilitas ramah lingkungan seperti energi listrik surya dan biogas, panen air hujan, tungku bakar sampah, sumur resapan, keran hemat air wudu, dan pembangkit listrik dari sampah.
Berdasarkan data di situs resmi ecomasjid.id, sampai saat ini sudah terdapat 206 ekomasjid yang tersebar di seluruh Indonesia. Ekomasjid ini juga memiliki total 339 pengurus sebagai pelaksana program, 567 sukarelawan sebagai agen representatif, dan 6.004 peserta kajian.