Menumbuhkan minat baca yang berdampak pada peningkatan literasi sangat penting sebagai fondasi pembelajaran siswa. Literasi menjadi kemampuan kunci dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan lainnya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Literasi merupakan fondasi pembelajaran siswa yang menjadi modal penting dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan lainnya. Oleh karenanya, minat anak membaca buku perlu ditumbuhkan sejak di kelas rendah sekolah dasar.
Upaya menumbuhkan minat baca itu sangat krusial mengingat rendahnya literasi siswa di Indonesia. Berdasarkan Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Deputi Direktur Pembelajaran Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) Feiny Sentosa mengatakan, literasi menjadi kemampuan kunci dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Kemampuan tersebut juga mendorong peningkatan hasil belajar di sekolah.
”Literasi menjadi bekal pembelajaran siswa. Dengan fondasi kuat di kelas awal (kelas rendah sekolah dasar), siswa akan mengembangkan keterampilan dan keahliannya di atas fondasi yang kokoh itu,” ujarnya dalam webinar ”Menumbuhkan Kecintaan Anak pada Buku dan Kegiatan Membaca”, Rabu (19/10/2022). Inovasi merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia dalam bidang pendidikan.
Menumbuhkan minat siswa membaca buku merupakan langkah awal untuk membangun literasi. Hal ini memerlukan peran orangtua dan guru agar membaca menjadi aktivitas menyenangkan bagi anak.
Siswa yang belum menguasai kemampuan membaca di kelas rendah akan kesulitan menyerap materi pelajaran. Alhasil, kompetensinya tertinggal dibandingkan teman-temannya. Ketimpangan ini berpotensi terus melebar seiring bertambahnya masa belajar.
Oleh sebab itu, gerakan literasi perlu digencarkan karena berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. ”Kalau fondasinya (literasi) lemah, akan sulit bagi siswa untuk mencapai cita-cita tinggi,” katanya.
Siswa yang belum menguasai kemampuan membaca di kelas rendah akan kesulitan menyerap materi pelajaran. Alhasil, kompetensinya tertinggal dibandingkan teman-temannya. Ketimpangan ini berpotensi terus melebar seiring bertambahnya masa belajar.
Rendahnya tingkat literasi di Tanah Air juga tergambar dari sejumlah penelitian. Riset dari Central Connecticut State University, Amerika Serikat, pada 2016, menyebutkan minat baca rakyat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 warga, cuma seorang yang rajin membaca.
Sementara dalam survei Program for International Student Assessment (PISA) 2018, kemampuan membaca siswa Indonesia berada di urutan ke-71 dari 76 negara. Data-data itu menunjukkan potret literasi di Tanah Air yang mengkhawatirkan.
Dalam buku Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri karya Muhsin Kalida dan Mohammad Mursyid (2014) disebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk membudayakan membaca pada anak. Salah satunya mendekatkan sumber bacaan dengan menyediakan buku di rumah atau mengajak anak ke toko buku saat liburan. Tujuan awalnya untuk membuat anak tertarik pada buku.
Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kurniawan mengatakan, menumbuhkan minat anak membaca buku sangat penting agar menjadi kebiasaan saat dewasa. ”Hal itu akan menjadi fondasi bagi mereka untuk meraih kesuksesan di masa depan,” ucapnya.
Gerakan menumbuhkan minat baca diharapkan mendongkrak tingkat literasi siswa di Tanah Air yang masih rendah. Sebab, literasi tidak hanya berkaitan dengan kemampuan menyerap pelajaran di sekolah, tetapi juga pendidikan karakter dan keterampilan berpikir.
”Membaca buku harus menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Pada akhirnya hal ini akan memajukan kualitas SDM bangsa,” katanya.
Upaya meningkatkan literasi butuh didukung ketersediaan akses bacaan bagi siswa, terutama di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar atau 3T. Melalui program Gerakan Literasi Nasional 2022, Kemendikbudristek mendistribusikan 12,7 juta eksemplar buku bacaan pengayaan literasi ke satuan pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar (Kompas, 13/7/2022).
Tak hanya pemerintah, sejumlah komunitas dan gerakan masyarakat juga berkontribusi menyediakan serta mendekatkan sumber bacaan untuk warga. Berbagai cara yang dilakukan, antara lain, dengan menyediakan kotak buku di ruang publik dan membentuk taman bacaan masyarakat.