Ditemukan Bahan Kimia Pelurus Rambut Terkait dengan Risiko Kanker Rahim
Riset terbaru menemukan, wanita yang menggunakan produk pelurus rambut kimia berisiko lebih tinggi terkena kanker rahim.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laporan penelitian terbaru di Amerika Serikat menemukan, wanita yang menggunakan produk pelurus rambut kimia berisiko lebih tinggi terkena kanker rahim. Para peneliti tidak menyebut merek pelurus rambut tersebut, tetapi beberapa bahan kimia yang ditemukan dalam produk seperti paraben, bisphenol A, logam, dan formaldehida diketahui berkontribusi pada peningkatan risiko kanker rahim.
Temuan ini dirilis National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat (AS), pada Senin (17/10/2022). Laporan penelitian juga dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute pada hari yang sama.
Data penelitian mencakup 33.497 wanita AS berusia 35-74 tahun yang berpartisipasi dalam Sister Study, sebuah penelitian yang dipimpin oleh Environmental Health Sciences (NIEHS), bagian dari NIH. Studi ini berupaya mengidentifikasi faktor risiko kanker payudara dan kondisi kesehatan lainnya. Para wanita yang menjadi responden penelitian ini dipantau selama hampir 11 tahun, dan selama waktu itu didiagnosis 378 kasus kanker rahim.
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang sering menggunakan produk pelurus rambut, yang didefinisikan sebagai lebih dari empat kali pada tahun sebelumnya, lebih dari dua kali berpotensi untuk mengembangkan kanker rahim dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan produk tersebut.
”Kami memperkirakan bahwa 1,64 persen wanita yang tidak pernah menggunakan pelurus rambut akan terus mengembangkan kanker rahim pada usia 70 tahun. Akan tetapi, untuk pengguna yang lebih sering, risiko itu naik hingga 4,05 persen,” kata Alexandra White, kepala dari kelompok Epidemiologi Lingkungan dan Kanker NIEHS serta penulis utama studi ini.
Menurut White, tingkat penggandaan risiko ini mengkhawatirkan. ”Namun, penting untuk memasukkan informasi ini ke dalam konteksnya, (bahwa) kanker rahim adalah jenis kanker yang relatif jarang,” katanya.
Kanker rahim menyumbang sekitar 3 persen dari semua kasus kanker baru, tetapi merupakan kanker paling umum dari sistem reproduksi wanita, dengan perkiraan 65.950 kasus baru pada tahun 2022. Studi menunjukkan bahwa tingkat kejadian kanker rahim telah meningkat di Amerika Serikat, terutama di kalangan perempuan kulit hitam.
Sekitar 60 persen dari peserta yang melaporkan menggunakan pelurus rambut pada tahun sebelumnya adalah wanita kulit hitam. Meskipun penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan antara penggunaan pelurus rambut dan kejadian kanker rahim yang berbeda menurut ras, efek kesehatan yang merugikan mungkin lebih besar untuk wanita kulit hitam karena prevalensi penggunaan yang lebih tinggi.
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang sering menggunakan produk pelurus rambut lebih dari dua kali berpotensi untuk mengembangkan kanker rahim dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan produk tersebut.
”Karena wanita kulit hitam lebih sering menggunakan produk pelurus rambut atau pelemas rambut dan cenderung memulai penggunaan pada usia lebih dini daripada ras dan etnis lain, temuan ini mungkin lebih relevan bagi mereka,” kata Che-Jung Chang, anggota tim penulis.
Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pelurus rambut dapat meningkatkan risiko kanker terkait hormon pada wanita.
Dalam kajian ini, para peneliti tidak secara spesifik mengumpulkan informasi tentang merek atau bahan dalam produk rambut yang digunakan. Namun, dalam makalah mereka mencatat bahwa beberapa bahan kimia yang ditemukan dalam pelurus rambut, seperti paraben, bisphenol A, logam, dan formaldehida, dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker rahim yang diamati.
Paparan bahan kimia dari penggunaan produk rambut, terutama pelurus, bisa lebih memprihatinkan daripada produk perawatan pribadi lainnya karena peningkatan penyerapan melalui kulit kepala yang dapat diperburuk oleh luka bakar dan lesi yang disebabkan oleh pelurus.
”Sepengetahuan kami, ini adalah studi epidemiologi pertama yang meneliti hubungan antara penggunaan pelurus rambut dan kanker rahim,” kata White. Menurut dia, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini pada populasi yang berbeda, untuk menentukan apakah produk rambut berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan pada kanker rahim, dan untuk mengidentifikasi bahan kimia tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker pada wanita.
Dalam kajian terpisah, tim ini sebelumnya juga menemukan bahwa pewarna dan pelurus rambut permanen dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan ovarium. Karya itu diterbitkan dalam International Journal of Cancer pada 2019.