Amankah penggunaan pewarna rambut? Penelitian beberapa dekade memberikan hasil berbeda-beda. Bisa jadi hasil itu dipengaruhi perubahan terkait bahan kimia yang digunakan dalam produk pewarna rambut.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
Penggunaan pewarna rambut sangat populer, baik sebagai mode bagi kaum muda atau penutup uban di kelompok usia paruh baya. Diperkirakan, pewarna rambut digunakan oleh 50-80 persen perempuan dan 10 persen laki-laki berusia 40 tahun ke atas di Amerika Serikat dan Eropa.
Laman American Cancer Society memaparkan, ada tiga jenis pewarna rambut. Pertama, pewarna sementara yang menutupi permukaan rambut, tetapi tidak menembus batang rambut. Jenis ini umumnya bertahan satu hingga dua kali keramas.
Kedua, pewarna semipermanen yang menembus ke batang rambut. Biasanya bertahan lima hingga 10 kali cuci rambut.
Terakhir adalah pewarna rambut permanen yang menyebabkan perubahan kimiawi sehingga bertahan lama pada rambut. Jenis ini paling populer karena warnanya bertahan hingga digantikan rambut yang tumbuh baru. Pewarna ini mengandung sejumlah zat, seperti amina aromatik, fenol, serta hidrogen peroksida.
Sekitar 80 persen pewarna rambut yang digunakan di dunia adalah jenis permanen. Berdasarkan data mengenai kanker kandung kemih, tahun 1992, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menyatakan, paparan pewarna rambut di tempat kerja, mungkin karsinogenik. Namun, untuk penggunaan pribadi, menurut IARC, belum dapat diklasifikasikan sebagai karsinogenik karena kurang bukti. Kekhawatiran risiko kanker umumnya pada penggunaan pewarna semipermanen dan permanen.
Orang terpapar bahan kimia dalam pewarna rambut melalui kontak kulit. Semakin sering berkontak dengan jenis pewarna rambut permanen, dalam hal ini pekerja salon, risikonya makin tinggi.
Namun, perlu diingat, bahan dasar dan susunan kimia produk pewarna rambut bervariasi dari kurun tahun produksi dan produsen yang berbeda. Bahan kimia yang digunakan di era 1970-1980an bisa jadi berbeda dengan yang digunakan saat ini.
Penelitian Martine M Ros dan kolega dari Rumah Sakit Pendidikan Universitas Radboud, Belanda, dimuat di jurnal Cancer Causes & Control, 13 Mei 2012, menyatakan, tidak tampak hubungan antara penggunaan pewarna rambut pribadi dengan risiko kanker kandung kemih.
Penelitian melibatkan 246 perempuan sebagai kasus dan 2.587 perempuan sebagai kontrol. Peserta mengisi kuesioner mengenai riwayat penggunaan pewarna rambut dan faktor risiko untuk kanker kandung kemih.
Hasil analisis menunjukkan, penggunaan pewarna rambut sementara ataupun permanen, termasuk intensitas paparan dan warna pewarna rambut, tidak terkait dengan risiko kanker kandung kemih.
Kanker payudara
Penelitian Carolyn E Eberle dan kolega dari Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan (NIEHS), bagian dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat (AS), menggunakan data 46.709 perempuan berusia 35-74 tahun yang terdaftar tahun 2003-2009 dalam Sister Study.
Riset itu mendapatkan, perempuan yang menggunakan pewarna rambut permanen dan pelurus rambut kimia berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara daripada perempuan yang tidak menggunakan produk tersebut. Penelitian dipublikasikan di International Journal of Cancer secara daring 4 Desember 2019.
Hal itu karena banyak produk untuk rambut mengandung senyawa pengganggu endokrin dan bersifat karsinogen sehingga berpotensi memicu kanker payudara.
Perempuan kulit hitam yang menggunakan pewarna permanen setiap lima sampai delapan minggu dikaitkan dengan 45 persen peningkatan risiko kanker payudara, sedangkan peningkatan risiko pada perempuan kulit putih 7 persen.
Tim peneliti menemukan sedikit atau tidak ada peningkatan risiko kanker payudara untuk penggunaan pewarna semipermanen atau pewarna sementara. Adapun penggunaan pelurus rambut setiap lima sampai delapan minggu meningkatkan risiko kanker payudara sekitar 30 persen.
Penggunaan produk pewarna rambut permanen untuk pribadi tidak meningkatkan risiko sebagian besar kanker ataupun kematian akibat kanker. Peneliti menemukan sedikit peningkatan risiko kanker ovarium, kanker payudara, dan kulit.
Sementara itu, penelitian tim ilmuwan lain dari Universitas Harvard, Yin Zhang dan kolega, yang dilaporkan di BMJ, 2 September 2020, menyatakan, penggunaan produk pewarna rambut permanen untuk pribadi tidak meningkatkan risiko sebagian besar kanker ataupun kematian akibat kanker. Peneliti menemukan sedikit peningkatan risiko kanker ovarium, kanker payudara, dan kulit.
Hal itu didapat dari analisis data 117.200 perempuan dari Nurses’ Health Study di Brigham and Women’s Hospital, Boston. Para peserta tidak memiliki kanker pada awal penelitian dan dipantau selama 36 tahun.
Hasilnya, tidak ada peningkatan risiko kanker kandung kemih, otak, usus besar, ginjal, paru-paru, darah dan sistem kekebalan tubuh, sebagian besar kanker kulit (karsinoma sel skuamosa kulit dan melanoma) ataupun payudara (reseptor estrogen positif, reseptor progesteron positif atau reseptor hormon positif).
Adapun peningkatan risiko kanker payudara (reseptor estrogen negatif, reseptor progesteron negatif, dan reseptor hormon negatif), kanker ovarium, serta sedikit peningkatan risiko karsinoma sel basal kulit dikaitkan dengan penggunaan pewarna permanen sesuai jumlah kumulatif paparan.
Sejauh ini, sebagian besar penelitian belum menemukan hubungan yang kuat antara pewarna rambut dan risiko kanker. Karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan.
Pencegahan
Bagaimana upaya mencegah kanker? Selain rekomendasi umum, seperti tidak merokok, makan makanan yang sehat, aktif secara fisik, dan menjalani pemeriksaan penapisan kanker rutin, tidak ada peringatan atau saran untuk tidak menggunakan pewarna rambut.
Demi mengurangi risiko, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS menyarankan untuk mengikuti petunjuk dalam kemasan. Melakukan uji tempel untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi sebelum memakai pewarna rambut. Mengenakan sarung tangan saat mengoleskan pewarna rambut. Segera membilas kulit kepala secara menyeluruh dengan air pada waktu sesuai saran dalam kemasan.
Tidak mencampur produk pewarna rambut yang berbeda karena tidak bisa diketahui akibatnya pada rambut dan kulit kepala. Juga jangan menggunakan pewarna rambut untuk mewarnai alis atau bulu mata.
Di pasaran tersedia sejumlah produk pewarna rambut berbasis nabati. Produk-produk ini mungkin tidak mampu mengubah warna rambut secara drastis dan mungkin warnanya memudar lebih cepat daripada pewarna permanen, tetapi ini bisa menjadi alternatif pilihan bagi mereka yang khawatir tentang keamanan pewarna rambut.