Cuaca Ekstrem Berlanjut, Bencana Melanda Sejumlah Daerah
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat dan angin kencang, diprediksi masih berlangsung hingga 15 Oktober 2022 di sejumlah wilayah.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan, cuaca ekstrem yang melanda sejak awal Oktober 2022 diperkirakan terus berlanjut. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat dan angin kencang, diprediksi masih berlangsung hingga 15 Oktober 2022 di sejumlah wilayah.
Peringatan dini cuaca ekstrem ini disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (8/10/2022). ”BMKG telah mengeluarkan rilis potensi cuaca ekstrem sebelumnya untuk periode 2-8 Oktober 2022, dan berdasarkan analisis terkini, dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan,” katanya.
Menurut Dwikorita, analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan. Selain itu, aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti madden julian oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprediksi potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang untuk periode 9-15 Oktober 2022 dapat melanda sejumlah wilayah. Untuk wilayah Sumatera, potensi cuaca ekstrem ini bisa terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Potensi cuaca ekstrem juga bisa terjadi di seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, hingga Papua dan Papua Barat.
Sementara untuk tiga hari ke depan, yaitu hingga 10 Oktober 2022, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, wilayah berpotensi terdampak hujan lebat yang harus waspada terutama adalah Aceh, Banten, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, sebagian wilayah Jawa Barat, sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah Kalimantan Barat, dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah.
”Kami merekomendasikan agar para pihak terkait memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air agar siap mengantisipasi peningkatan curah hujan,” kata Dwikorita.
Gelombang tinggi
Tak hanya potensi hujan lebat, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia hingga 10 Oktober 2022.
Gelombang tinggi ini disebabkan adanya pergerakan angin di wilayah Indonesia bagian utara yang dominan bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan berkisar 5-25 knot. Sementara di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-20 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna dan Laut Arafuru.
BNPB mengimbau masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan timur Simeulue, Teluk Lampung bagian selatan, Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Natuna, Laut Natuna, perairan selatan Flores, perairan Pulau Sawu-Rote Kupang, Laut Sawu, Laut Banda bagian selatan, perairan selatan Kepulauan Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kai-Aru, dan Laut Arafuru bagian tengah.
Untuk gelombang di kisaran lebih tinggi 2,5-4 meter, berpeluang terjadi di perairan barat Aceh-Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu, perairan Enggano-barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten-Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, dan Samudra Hindia Selatan Banten-Nusa Tenggara Timur.
Banjir dan penurunan tanah
Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencaja banjir yang melanda wilayah Aceh Timur, sejak Jumat (7/10/2022), menyebabkan 2.436 warga mengungsi. Banjir melanda enam kecamatan di Aceh Timur, yakni Kecamatan Pante Bidari, Kecamatan Punaron, Kecamatan Birem Bayeun, Kecamatan Indra Makmur, Kecamatan Nurussalam, dan Kecamatan Banda Alam.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, tercatat 1.276 keluarga atau 4.764 jiwa terdampak banjir ini. Hingga kini, banjir masih menggenang di beberapa wilayah dengan ketinggian bervariasi hingga 150 sentimeter.
Sementara itu, hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sejak Jumat (7/10/2022) malam hingga Sabtu (8/10/2022) dini hari memicu terjadinya penurunan tanah di beberapa titik di sepanjang jalur lintasan rel kereta api jarak jauh antara Jeruklegi dan Kawunganten sehingga menyebabkan perjalanan kereta terhenti.
Hasil kaji cepat sementara, penurunan tanah itu masing-masing terdapat di Kilometer (Km) 376+6/7, Km 372+400, dan Km 392+8/7 yang berada di petak jalan Sikampuh-Maos.
Humas dari Daop 5 Purwokerto, Krisbiyantoro, menuturkan, laporan awal didapatkan dari awak sarana Kereta Api (KA) Kahuripan tujuan Kiaracondong yang merasakan adanya goyangan keras di Km 367 +6/7 saat kereta melaju pada kecepatan 70 km per jam. Berdasarkan laporan itu, tim dari Daop 5 Purwokerto kemudian melakukan investigasi di lapangan.
”Berawal dari laporan yang kami terima dari awak sarana KA Kahuripan tujuan Kiaracondong bahwa KA-nya terasa ada goyangan keras di Km 367+6/7 dengan kecepatan 70 km per jam,” kata Kris.
Lebih lanjut, Kris menuturkan bahwa hasil investigasi di lapangan didapatkan bahwa penyebab goyangan keras yang dilaporkan awak KA Kahuripan tersebut diakibatkan amblesan tanah sepanjang 15 meter di jalur Jeruklegi-Kawunganten. ”Petugas jalan rel segera melakukan tindakan untuk penanganan gangguan perjalanan ini dengan mendistribusikan material dan tenaga ke lokasi amblesan,” ujarnya.
Akibat dari adanya penurunan tanah di sepanjang jalur rel tersebut, empat perjalanan kereta api menjadi terhenti. Perjalanan KA yang terhenti itu meliputi KA Turangga yang berhenti di Stasiun Jeruklegi, KA Parcel Selatan yang berhenti di Stasiun Gandrungmangu, KA Mutiara Selatan yang berhenti di Stasiun Gandrungmangu, dan KA Kutojaya Selatan yang masuk di Stasiun Gandrungmangu.
Selain penuruan tanah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap juga melaporkan adanya jalur darat di sekitar lokasi kejadian juga tergenang banjir sehingga akses Jeruklegi-Kawunganten lumpuh sementara. ”Belum ada laporan mengenai korban jiwa atas peristiwa tersebut, tetapi mobilitas masyarakat turut terhambat,” kata Muhari.
Menurut dia, mengacu pada laporan BMKG, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya.
Menyikapi hal itu, BNPB mengimbau masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan. Khusus untuk sepanjang perlintasan rel KA, tim gabungan diminta melakukan monitoring secara berkala mengingat jalur kereta api di sepanjang wilayah Kabupaten Cilacap berada pada daerah yang rawan banjir dan longsor.