Pengobatan kanker sangat beragam dengan biaya yang juga berbeda-beda. Selain dokter, pasien juga harus mengetahui kompleksitas pengobatan kanker agar keputusan yang diambil lebih efektif dan efisien.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain dokter, pasien juga harus mengetahui dan memahami kompleksitas pengobatan kanker. Pemahaman dokter dan pasien akan membuat pengobatan semakin efektif dan efisien sekaligus meningkatkan harapan hidup.
Ketua Dewan Pertimbangan Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Arry Haryyanto Reksodiputro mengemukakan, kanker merupakan salah satu penyakit sistemik yang kompleks. Bahkan, proses diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, hingga pencegahannya memerlukan pengetahuan yang holistik dan komprehensif.
”Pengobatan kanker ini ada yang mencapai puluhan hingga ratusan juta. Bila tidak dilakukan seleksi pengobatan dengan benar, pasien akan dirugikan. Jadi, selain dokter, pasien juga harus mengetahui kompleksitas pengobatan ini,” ujarnya dalam konferensi pers seusai acara The Role of Internist in Cancer Management (Roicam) ke-9 di Jakarta, Sabtu (1/10/2022).
Selama ini, kanker dapat diatasi dengan sejumlah pengobatan, yakni melalui bedah atau mengambil langsung sel kanker tersebut, radioterapi, dan pengobatan hormonal sistemik. Setiap pengobatan ini memiliki kompleksitas yang perlu dipahami, baik oleh dokter maupun pasien secara langsung.
Menurut Arry, pengobatan kanker harus dipilih sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Pemilihan pengobatan kanker yang tepat juga akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan mengingat mayoritas pasien terdeteksi dalam stadium dan usia sudah lanjut.
”Orang yang memilih pengobatan kanker harus mempunyai dasar dan pengetahuan yang jelas. Misalnya, untuk orang yang sudah lanjut usia jangan mengambil pengobatan kanker yang berefek samping terhadap organ tubuhnya yang sudah tua,” ujarnya.
Mengingat pengobatan kanker sangat kompleks, Arry juga menekankan perlunya dokter yang mengusai fungsi organ-organ tubuh secara sistemik, komunikasi yang efektif, dan penanganan pasien secara paripurna. Seorang internis ataupun konsultan hematologi dan onkologi medik merupakan figur yang sangat penting dalam manajemen kanker.
Selain itu, para dokter umum dan calon dokter juga berperan penting sekaligus ujung tombak dalam penanganan kesehatan. Melalui penguasaan prinsip dasar diagnosis dan pengobatan kanker, dokter umum juga dapat melakukan tata laksana gawat darurat dengan merujuk ke ahli onkologi medik sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Salah satu upaya meningkatkan tata laksana penanganan kanker secara multidisiplin ialah melalui acara Roicam ke-9 yang diadakan pada 17 September-2 Oktober. Acara yang rutin diadakan oleh Perhompedin Jaya ini bertujuan menyampaikan bukti-bukti ilmiah terbaru, khususnya terkait dengan peranan seorang dokter ahli dalam penanganan kanker.
Ketua Pelaksana Roicam ke-9 Hilman Tadjoedin mengatakan, Roicam-9 diselenggarakan sebagai ajang untuk berbagi ilmu, memperluas jejaring, dan memberikan gambaran tata laksana kanker. Acara sekaligus memperkuat kolaborasi di bidang kesehatan dengan sejumlah pihak, termasuk pemerintah dan swasta.
Pengobatan kanker harus dipilih sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Pemilihan pengobatan kanker yang tepat juga akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan mengingat mayoritas pasien terdeteksi dalam stadium dan usia sudah lanjut.
Ketua Perhompedin Jaya Ronald A Hukom menambahkan, keterlibatan tim multidisiplin sangat penting dalam penatalaksanaan penyakit kanker. Sebab, Indonesia masih menemui sejumlah tantangan, salah satunya adalah minimnya jumlah dokter hematologi-onkologi medik (HOM).
Menurut Ronald, saat ini Indonesia baru memiliki kurang dari 200 dokter HOM yang tersebar di berbagai wilayah. Jumlah ini merupakan salah satu persentase terendah di Asia Tenggara. Minimnya jumlah dokter HOM pada akhirnya tidak cukup untuk dapat melayani masyarakat Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa.
”Guna meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan menjamin keselamatan pasien, diperlukan peran internis atau ahli ilmu penyakit dalam yang lebih besar dalam penanganan kanker. Sebab, terapi sistemik juga membawa risiko yang cukup banyak dan bisa membahayakan pasien,” ucapnya.