Dampak Kesehatan Merokok Diwariskan ke Anak hingga Cucu
Dampak buruk merokok bagi kesehatan bisa dialami anak hingga cucu.
JAKARTA, KOMPAS — Merokok dapat merusak kesehatan tidak hanya bagi perokok dan anak-anak mereka, tetapi juga cucu mereka. Anak-anak lebih mungkin terkena asma jika ayah mereka terpapar asap rokok ketika masih kecil.
Temuan ini dilaporkan di jurnal European Respiratory Journal. Penelitian ini dipimpin Jiacheng Liu dan Dr Dinh Bui dari University of Melbourne, Australia, dan dirilis pada Kamis (15/9/2022).
Studi berdasarkan data dari Tasmanian Longitudinal Health Study (TAHS) yang dipimpin Profesor Shyamali Dharmage. TAHS dimulai pada tahun 1968 dan merupakan salah satu studi pernapasan terbesar dan terlama di dunia yang sedang berlangsung.
Ada kemungkinan bahwa asap tembakau menciptakan perubahan epigenetik dalam sel yang akan memproduksi sperma ketika anak laki-laki tumbuh dewasa.
Untuk penelitian ini, para peneliti mengamati 1.689 anak-anak yang tumbuh di Tasmania, dan ayah mereka serta kakek-nenek dari pihak ayah. Mereka membandingkan data apakah anak-anak menderita asma pada usia tujuh tahun dengan data apakah ayah dibesarkan dengan orangtua yang merokok ketika mereka berusia di bawah 15 tahun. Mereka juga memasukkan data apakah ayah adalah perokok atau mantan perokok.
Liu mengatakan, ”Kami menemukan bahwa risiko asma non-alergi pada anak-anak meningkat sebesar 59 persen jika ayah mereka terpapar asap rokok di masa kanak-kanak dibandingkan dengan anak-anak yang ayahnya tidak terpapar. Risikonya bahkan lebih tinggi, yaitu 72 persen, jika ayah yang terpapar asap rokok kemudian juga merokok.”
Menurut Bui, temuan menunjukkan bagaimana kerusakan akibat merokok dapat berdampak tidak hanya pada perokok, tetapi juga anak dan cucu mereka. ”Untuk pria yang terpapar asap rokok saat masih anak-anak, penelitian kami menunjukkan bahwa mereka masih dapat menurunkan risiko yang mereka berikan kepada anak-anak mereka sendiri jika mereka menghindari merokok,” katanya.
Dharmage berkata, peneliti bisa bisa memastikan bagaimana kerusakan ini diturunkan dari generasi ke generasi. ”Tetapi, kami pikir ini mungkin berkaitan dengan perubahan epigenetik,” katanya.
Perubahan epigenetik ini disebabkan faktor-faktor di lingkungan kita, seperti asap tembakau, berinteraksi dengan gen kita untuk mengubah ekspresinya. Perubahan ini dapat diwariskan tetapi mungkin sebagian dapat dibalik untuk setiap generasi.
”Ada kemungkinan bahwa asap tembakau menciptakan perubahan epigenetik dalam sel yang akan memproduksi sperma ketika anak laki-laki tumbuh dewasa. Perubahan ini kemudian dapat diteruskan ke anak-anak mereka,” katanya.
Baca juga : Penundaan Revisi Aturan Pengendalian Tembakau
Para peneliti sekarang akan menyelidiki apakah peningkatan risiko asma berlanjut hingga kehidupan dewasa dan apakah ayah yang terpapar asap rokok saat anak-anak menularkan peningkatan alergi atau penyakit paru-paru lainnya kepada anak-anak mereka.
Jonathan Grigg, yang juga Ketua Komite Pengendalian Tembakau Masyarakat Pernapasan Eropa dan tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, asma adalah kondisi paru-paru jangka panjang yang umum yang memengaruhi anak-anak dan orang dewasa dan biasanya memerlukan perawatan berkelanjutan.
”Kita sudah tahu bahwa merokok dan terpapar asap rokok dapat meningkatkan risiko asma. Studi ini menambah bukti yang berkembang bahwa kerusakan yang disebabkan asap tembakau dapat diturunkan ke anak-anak dan bahkan cucu. Kita perlu melindungi anak-anak dari kerusakan ini dengan langkah-langkah untuk mencegah merokok dan dukungan untuk membantu perokok berhenti,” katanya.
Perokok pasif
Temuan ini juga menguatkan kajian-kajian sebelumnya tentang dampak kesehatan yang dialami anak-anak sebagai perokok pasif. Studi dari para peneliti University of Cincinnati yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE (2021) menunjukkan, anak-anak yang terpapar asap rokok lebih sering menggunakan layanan perawatan darurat daripada anak-anak yang tidak terpapar asap rokok.
Anak-anak yang terpajan asap tembakau memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk dirawat di rumah sakit selama periode satu tahun dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpajan.
”Meskipun ada kemajuan besar dalam pengendalian tembakau, sekitar 4 dari 10 anak tetap terpapar asap tembakau. Paparan ini menempatkan anak-anak yang sedang berkembang pada risiko yang lebih tinggi untuk banyak masalah kesehatan, termasuk penyakit pernapasan, seperti asma, bronkiolitis, dan pneumonia,” kata peneliti layanan kesehatan. dan penulis utama Ashley Merianos, profesor promosi kesehatan dan pendidikan di University of Cincinnati School of Human Services.
Baca juga : Perokok Dua Kali Lebih Berisiko Terdiagnosis Tuberkulosis
Sementara itu, kajian yang dipublikasikan di jurnal Tobacco Control (2021) menyebutkan, orang yang terpapar asap rokok dapat memiliki risiko 51 persen lebih tinggi terkena kanker mulut. Bukan hanya perokok aktif yang terpengaruh karena menurut data dari 192 negara, 33 persen pria bukan perokok, 35 persen wanita bukan perokok, dan 40 persen anak-anak terpapar asap rokok selama satu tahun dengan menghirup tembakau bekas merokok.
Kanker mulut—kanker bibir, rongga mulut, dan orofaring—telah menyumbang 447.751 kasus baru kanker dan 228.389 kematian setiap tahun secara global. Faktor risiko yang signifikan untuk bentuk kanker ini termasuk merokok tembakau dan penggunaan tembakau tanpa asap, konsumsi alkohol, dan mengunyah sirih.
Asap tembakau membentuk paparan terbesar manusia terhadap karsinogen kimia dan menyebabkan satu dari lima kematian terkait kanker di dunia.