Festival Indonesia Bertutur 2022 akan diadakan pada 7-11 September 2022 di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah. Para pegiat seni budaya yang terlibat menampilkan karya seni hasil interpretasi dari 20 cagar budaya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan menggelar Festival Indonesia Bertutur 2022 pada 7-11 September 2022. Festival seni budaya ini menampilkan lebih dari 100 karya seni yang diadaptasi dari 20 cagar budaya Indonesia.
Festival Indonesia Bertutur akan diadakan di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ada sekitar 900 pelaku seni budaya lintas disiplin dari dalam dan luar negeri yang terlibat. Beberapa seniman luar negeri yang berkolaborasi dengan seniman Indonesia berasal dari Singapura, Kamboja, Jepang, Vietnam, dan China.
Karya seni yang mereka hasilkan beragam, mulai dari instalasi seni cahaya, film, musik, tari, teater, hingga pemetaan video atau video mapping. Karya tersebut dibuat dengan memanfaatkan media teknologi.
Menurut Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022 Melati Suryadarmo, Rabu (31/8/2022), karya seni yang ditampilkan adalah hasil interpretasi para seniman terhadap 20 cagar budaya Indonesia. Cagar budaya itu adalah Situs Manusia Purba Sangiran (Jawa Tengah), Liang Bua (Nusa Tenggara Timur), Gugus Misool (Papua Barat), Sangkulirang (Kalimantan Timur), Lore Lindu (Sulawesi Tengah), dan Leang-leang (Sulawesi Selatan).
Kemudian Kutai (Kalimantan Timur), Kompleks Candi Dieng (Jawa Tengah), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Candi Mendut (Jawa Tengah), Candi Pawon (Jawa Tengah), Candi Prambanan (Jawa Tengah), dan Candi Gunung Kawi (Bali). Selain itu, cagar budaya Muara Takus (Sumatera Barat), Muaro Jambi (Jambi), Candi Jago (Jawa Timur), Candi Singosari (Jawa Timur), Trowulan (Jawa Timur), Candi Bahal (Sumatera Utara), serta Tarumanegara (Jawa Barat).
”Tema festival ini ’Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan’. Kami memilih 20 cagar budaya dari rentang masa prasejarah sampai abad ke-15,” kata Melati di Jakarta.
Ingatan terputus
Menurut Melati, ingatan masyarakat terhadap sejarah dan kebudayaan kerap terputus karena perkembangan zaman. Padahal, sejarah dan kebudayaan mengandung pengetahuan warisan leluhur. Ingatan itu dapat disambung dengan menelaah dan menginterpretasikan kembali sejarah.
Pemahaman akan sejarah, sambungnya, dapat menjadi modal masyarakat untuk menyusun masa depan. Selain itu, interpretasi cagar budaya diharapkan mampu menjaga keberlangsungan budaya. Seniman diberi kebebasan menginterpretasikan cagar budaya.
Band Senyawa, misalnya, akan membuat lagu dari interpretasinya atas Candi Pawon. Ada lagi koreografer yang membuat instalasi cahaya dari pengalamannya menyusuri Gua Leang-leang.
”Indonesia Bertutur 2022 menawarkan keterbukaan cara berpikir dan bertindak. Festival ini juga mengutamakan pencapaian tujuan penciptaan karya seni untuk kemaslahatan hidup masyarakat,” ucap Melati.
Pemahaman akan sejarah dapat menjadi modal masyarakat untuk menyusun masa depan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, Indonesia punya tradisi bertutur yang digunakan untuk mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi. Tradisi tersebut coba dihidupkan kembali melalui teknologi.
”Kami harap festival ini menjadi jalan untuk mengakses pengetahuan masa lalu. Pada saat yang sama, ini tidak hanya melestarikan budaya masa lalu, tapi juga memberi kita dorongan dan inspirasi. Dengan kekayaan ini (budaya), kita bisa apa (untuk masa depan)?” kata Hilmar.
Momen G20
Festival ini diadakan secara terbuka untuk umum pada 7-11 September 2022. Festival masih akan berlangsung hingga tanggal 13 September 2022. Namun, penyelenggaraan pada 12-13 September 2022 ditujukan untuk delegasi pertemuan menteri G20 di bidang kebudayaan.
Festival Indonesia Bertutur baru pertama kali diadakan. Menurut rencana, festival ini digelar rutin setiap dua tahun sekali. Festival ini bisa diakses masyarakat secara gratis.
”Saya harap Indonesia Bertutur bisa jadi sumber edukasi, inspirasi dan pengalaman baru bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk melihat bagaimana teknologi dan budaya tidak terpisahkan. Seharusnya (keduanya)berjalan beriringan dalam banyak ragam eksplorasi agar bisa tetap relevan,” ucapnya.