Hadapi Situasi Pandemi, Seniman Perlu Belajar Teknologi dan Beradaptasi
Pandemi Covid-19 berdampak dan memengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk para seniman dan pekerja seni. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi membuka peluang bagi seniman untuk menjaga eksistensi dan produktif.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pandemi Covid-19 akibat virus korona baru (SARS-CoV-2) berdampak dan mempengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk para seniman dan pekerja seni lainnya. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi membuka peluang bagi seniman untuk menjaga eksistensinya dengan menghadirkan ruang berkarya secara virtual di masa pandemi Covid-19 sekaligus kesempatan menghasilkan pendapatan melalui monetisasi karya seni secara jangka panjang.
Demikianlah benang merah yang mengemuka dalam sarasehan, atau timbang rasa, Senin (2/11/2020), dengan topik ”Monetisasi Seni Virtual”. Sarasehan yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali serangkaian Festival Seni Bali Jani II 2020 yang berlangsung mulai Sabtu (31/10/2020) hingga Sabtu (7/11/2020) menghadirkan koreografer Eko Supriyanto dan musisi I Wayan Balawan sebagai pembicara yang mengulas topik monetisasi seni virtual.
Namun, di lapangan, saya merasakan pelaku seni masih berkutat untuk belajar teknologi dan berupaya mengadopsi kebutuhan ruang virtual.
Eko mengatakan, pandemi Covid-19 memengaruhi seluruh kehidupan masyarakat, termasuk dirinya sebagai seniman tari dan koreografer. Kegiatan kreatif bersama komunitas dan pementasan menjadi terbatas sehingga berdampak pula terhadap pendapatan dari kegiatan seni.
Namun, Eko mengakui, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak lain, yakni bertumbuhnya aktivitas seni di ruang virtual. Panggung dinyatakan bertransformasi dalam kamera. ”Namun, di lapangan, saya merasakan pelaku seni masih berkutat untuk belajar teknologi dan berupaya mengadopsi kebutuhan ruang virtual,” kata Eko melalui tayangan video.
Balawan menyatakan, situasi pandemi Covid-19 membuat dirinya lebih banyak berdiam di rumah lantaran diterapkannya kebijakan pembatasan fisik dan pembatasan sosial demi mencegah penularan penyakit. Selama di rumah, menurut Balawan, dirinya berupaya menjaga kreativitas dan mencari cara untuk tetap mengomunikasikan karya-karyanya kepada penggemar dan masyarakat luas.
”Selama berdiam di rumah, seniman tidak berdiam diri, tetapi mencari cara untuk tetap manggung dan tetap kreatif,” kata Balawan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kota Denpasar, Senin.
Peluang dan tantangan
Menurut Balawan, platform media sosial memberikan peluang dan sekaligus tantangan bagi seniman untuk tetap berkarya dan memonetisasi karya mereka selama menghadapi pandemi Covid-19 ataupun pascapandemi Covid-19. Balawan mengaku, dirinya juga belajar sejumlah hal baru sejak wabah Covid-19, di antaranya teknik live streaming melalui media sosial.
”Sebagai seniman, kami harus tetap berkarya dan tetap eksis selama menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Balawan. Balawan menambahkan, situasi pandemi Covid-19 menuntut seniman beradaptasi dan menjadi terampil dalam semua bidang yang menunjang aktivitasnya berkesenian.
Adapun Eko menyebutkan, menghadirkan karya melalui ruang virtual juga memberikan tantangan bagi seniman, di antaranya seniman dituntut mampu menyiapkan kemudian menghadirkan karya yang tetap berkualitas dan sekaligus menyajikan karya yang menarik pemirsa di ruang maya.
Akses internet yang semakin baik di Indonesia, menurut Eko, memungkinkan seniman untuk mengunggah dokumentasi proses kreatif hingga hasil seni mereka di media sosial. ”Penting untuk menyiapkan konten yang pas,” kata Eko.