Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 berlangsung di Tidore, Maluku Utara pada 14-15 Juni 2022. Festival ini berupaya memantik semangat warga lokal untuk menggali akar budayanya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan. FMTI digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan melibatkan komunitas dan musisi lokal. FMTI di Tidore menyatukan musisi-musisi muda yang menggubah musik tradisi menjadi "world music".
Suara lirih kaste, alat musik tradisional Halmahera, Maluku Utara, segera disambut petikan ukulele berirama upbeat. Sontak, para penonton berseru riuh sambil bertepuk tangan...prok, prok, prok!
Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) benar-benar membangkitkan semangat warga untuk mengenal dan mengembangkan musik tradisi mereka. Tahun ini, FMTI digelar di Pantai Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada 14-15 Juni 2022.
Tidore merupakan kota di pulau kecil. Jaraknya sekitar 15-20 menit dari Ternate bila ditempuh dengan kapal cepat (speed boat) dari Pelabuhan Rum di Tidore. Tidore merupakan daerah berbukit dengan Gunung Kie Matubu atau Gunung Tidore sebagai puncaknya.
Di kaki gunung terdapat Benteng Torre buatan Portugis tahun 1578 atas izin Sultan Tidore. Bangsa Eropa serta Asia berlayar ke Tidore dan Ternate demi memperoleh rempah, khususnya pala dan cengkeh, sejak berabad-abad silam.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Sekelompok seniman melakukan kesenian kabata atau seni bertutur lisan yang mengandung mantra doa pada pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan.
Tidore yang semula sepi (setidaknya bagi ukuran warga Ibu Kota) menjadi ramai pada Rabu (15/6/2022) malam. Ratusan atau mungkin ribuan warga datang ke Pantai Tugulufa. Di sana ada beberapa tenda untuk menampung tamu undangan dan masyarakat.
Mereka yang tidak kebagian kursi memilih berdiri, sementara yang lain duduk lesehan di mana saja. Yang penting, mereka bisa menonton hajatan langka ini di kota mereka.
FMTI menjadi acara yang tidak hanya gratis, tapi juga guyub. Siapa saja boleh datang dan berjoget.
“Selama 914 tahun, baru kali ini Tidore punya event sebesar ini,” kata Faizal Tan (30).
Ia adalah pemuda asal Tidore sekaligus komponis yang menjadi motor FMTI di Tidore. Faizal mengajak tiga komunitas lokal beserta puluhan musisi muda berusia belasan hingga 30-an tahun untuk terlibat dalam FMTI.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Warga Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara memadati area Pantai Tugulafa pada Rabu (15/6/2022) untuk menyaksikan Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022. FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan.
FMTI merupakan festival musik tradisi yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Festival ini mendorong masyarakat berbagai daerah untuk menggali dan mengembangkan musik tradisi mereka. Tahun lalu, FMTI juga digelar di Danau Toba, Sumatera Utara.
FMTI kali ini bertajuk Marasante. Dalam bahasa lokal warga Tidore, marasante artinya keberanian. Menurut Faizal, memang butuh keberanian untuk mengulik musik tradisi Tidore.
Sebab, tidak banyak sumber atau literatur untuk mempelajari musik tradisi Tidore. Sumber daya manusia yang menggeluti musik tradisi juga terbatas, apalagi kaum muda. FMTI “memaksa” mereka menggali dan terhubung kembali dengan akar budayanya.
“Musik tradisi Tidore memang tidak tereksplorasi. Musik tradisi di sini biasanya dipakai untuk upacara ritual dan tarian. Dengan ini, kami bisa mengeksplorasi musik tradisi menjadi musik kontemporer,” katanya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan. FMTI digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan melibatkan komunitas dan musisi lokal. FMTI di Tidore menyatukan musisi-musisi muda yang menggubah musik tradisi menjadi "world music".
Menggubah musik tradisi yang tidak terlalu mereka kenal menjadi musik kontemporer memang menantang. Para musisi berkumpul dan berdiskusi tentang musik seperti apa yang hendak ditampilkan, termasuk bagaimana menggubahnya. Saran dari seniman senior pun ditampung. Setelah proses panjang, mereka akhirnya tampil dengan mantap.
Di salah satu sesi penampilan, sebanyak 24 musisi muda Tidore naik ke panggung dengan alat musik masing-masing. Ada yang memainkan tifa, rebab, gitar, bass, marwas, ukulele, drum, gambus, dolo-dolo, dan suling, juga tiga vokalis serta pembaca puisi.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan. FMTI digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan melibatkan komunitas dan musisi lokal. FMTI di Tidore menyatukan musisi-musisi muda yang menggubah musik tradisi menjadi "world music".
Mereka menampilkan medley dari lima lagu, yakni Naro Oti, Borero, Kabata Juanga, Cako Non, serta Biso-biso selama 30 menit. Ada pula Salai Jin, musik ritus yang biasanya digunakan pada upacara adat.
Mereka mengemas musik tradisi menjadi world music. World music memberi kebaruan tanpa menghilangkan keaslian musik tradisi. Sebelumnya, etnomusikolog Franki Raden mengatakan, potensi pasar world music di pasar global begitu besar. Angkanya mencapai 6,5 miliar dollar AS per tahun (Kompas.id, 23/6/2021).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan. FMTI digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan melibatkan komunitas dan musisi lokal. FMTI di Tidore menyatukan musisi-musisi muda yang menggubah musik tradisi menjadi "world music".
Tantangan baru
Faizal mengatakan, para musisi muda yang terlibat dalam FMTI sepakat bahwa mengulik musik tradisi adalah tantangan baru bagi mereka. Ada banyak penyesuaian dan proses belajar yang mesti dilakukan. Walakin, mereka bersyukur diberi kesempatan belajar, terlebih diberi panggung untuk unjuk kebolehan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menilai, penampilan para musisi Tidore sudah layak tampil di luar Maluku Utara, bahkan luar negeri. Ia mendorong agar FMTI kembali digelar tahun depan, sesuai keinginan warga Tidore. Musisi muda Tidore juga mesti difasilitasi agar bisa terus berkarya.
Ia menambahkan, musik tradisi membentuk karakter dan ketahanan bangsa. Musik tradisi juga menjadi media diplomasi budaya dan identitas masyarakat. Pengembangan musik tradisi ini sejalan dengan UU Pemajuan Kebudayaan.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Pergelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2022 di Tugulufa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara pada Rabu (15/6/2022). FMTI merupakan ajang eksplorasi musik tradisi lokal untuk pelestarian kebudayaan. FMTI digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan melibatkan komunitas dan musisi lokal.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menambahkan, FMTI 2022 di Tidore merupakan upaya menguatkan ekosistem musik tradisi lokal. Festival ini juga mendukung Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022, program napak tilas ke enam titik perdagangan rempah Nusantara, mulai dari Surabaya, Makassar, Baubau-Buton. Ternate-Tidore, Banda, sampai Kupang.
Hingga menjelang tengah malam, Pantai Tugulufa tak juga sepi. Panggung masih meriah dengan lampu sorot dan musik. Warga pun tidak menunjukkan tanda ingin pulang. Di bawah bulan yang bersinar terang, warga Tidore berpesta dengan musik warisan nenek moyang.