Diet Sehat Cegah Diabetes Cukup dengan Sekepal Nasi
Diet sehat merupakan intervensi yang penting untuk mencegah orang dengan prediabetes menjadi diabetes. Nasi masih bisa dikonsumsi, tetapi perlu dibatasi setidaknya hanya sekepalan tangan untuk satu porsi makan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Modifikasi gaya hidup merupakan intervensi yang paling baik untuk mencegah terjadinya diabetes pada orang sehat ataupun orang dengan prediabetes. Untuk itu, diet sehat menjadi amat penting.
Anggota staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran-Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Nanny Natalia M Soetedjo, dalam seminar daring yang diikuti dari Jakarta, Kamis (18/8/2022), menuturkan, intervensi melalui modifikasi gaya hidup merupakan langkah awal mencegah terjadinya diabetes. Hal itu bisa dilakukan melalui diet sehat dan latihan fisik.
”Intervensi gaya hidup menjadi kunci penanganan prediabetes. Intervensi ini termasuk diet dan latihan fisik serta tidur yang cukup. Intervensi ini perlu dipantau selama 3-6 bulan,” katanya.
Terkait dengan diet sehat, pengukuran indeks massa tubuh sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. Dengan mengetahui indeks massa tubuh, seseorang akan mengetahui apakah dirinya memiliki berat badan ideal, kurang berat badan, ataupun berat badan berlebih. Status ini penting untuk menentukan diet yang harus dijalankan serta mengukur kebutuhan energi harian.
Intervensi gaya hidup merupakan kunci dalam penanganan prediabetes. Intervensi ini termasuk diet dan latihan fisik serta tidur yang cukup. Intervensi ini perlu dipantau selama 3-6 bulan.
Nanny menambahkan, umumnya kebutuhan energi basal seseorang adalah 25-30 kilokalori (kcal) per hari per berat badan ideal. Dari jumlah itu, 45-65 persen dari total kalori dipenuhi dengan karbohidrat, 10-20 persen protein, 20-25 persen lemak, serta cukup vitamin dan mineral.
”Ada cara mudah mengukur asupan nutrisi ideal harian. (Asupan ideal) Itu terdiri dari dua telapak tangan sayuran, satu telapak tangan daging, satu jempol minyak, satu kepalan tangan sayur, dan satu kepalan tangan nasi,” ujarnya.
Nanny menuturkan, ukuran satu kepal tangan ini harus sesuai dengan ukuran setiap individu. Ukuran ini dinilai juga cukup untuk memenuhi asupan harian. Dengan ukuran itu pula, tidak akan timbul dampak buruk bagi kesehatan seseorang.
Selain batasan pada asupan nasi, batasan pada buah menjadi penting. Sebab, buah mengandung gula berupa fruktosa sehingga perlu dibatasi untuk mencegah terjadinya diabetes. Asupan serat yang tinggi bisa didapatkan dari konsumsi sayur.
Nanny menyampaikan, latihan fisik pun perlu dilakukan untuk mencegah berbagai penyakit tidak menular, seperti diabetes. Lewat latihan fisik, kalori atau energi bisa dikeluarkan. Dalam melakukan latihan fisik, sebaiknya pilih aktivitas yang sesuai dengan usia dan waktu yang dimiliki agar bisa dijalani dengan optimal.
”Latihan fisik atau olahraga ini harus dijalani dengan senang sehingga bisa dilakukan rutin. Olahraga baru akan bermanfaat jika dilakukan dengan rutin. Sebaiknya lakukan setidaknya 150 menit per minggu, yang bisa dilakukan sekitar 30 menit dalam sehari,” tuturnya.
Prediabetes
Nanny menjelaskan, modifikasi gaya hidup bisa dilakukan pada pasien prediabetes. Apabila dalam waktu enam bulan status gula darah dalam tubuhnya menurun, intervensi lanjutan berupa pemberian obat tidak diperlukan. Untuk itu, pasien diharapkan bisa menjalankan gaya hidup sehat sebagai kebiasaan baru.
Seseorang disebut mengalami prediabetes jika hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa mencatatkan angka 100-125 miligram per desiliter (mg/dl) dan pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) glukosa plasma dua jam kurang dari 140 mg/dl. Diagnosis prediabetes bisa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4 persen.
”Diagnosis pada orang dengan prediabetes sangat penting agar intervensi bisa dilakukan lebih awal sehingga diabetes bisa dicegah dengan baik. Pada intervensi awal, modifikasi gaya hidup bisa dilakukan. Namun, jika gagal, kita harus mulai dengan pengobatan,” kata Nanny.
Anggota staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-RS Prof IGNG Ngoerah, Badung, Made Ratna Saraswati, menambahkan, ketika seseorang sudah harus mengonsumsi obat, kepatuhan menjadi penting agar diabetes dapat terkelola dengan baik. Namun, kepatuhan berobat menjadi tantangan yang dihadapi.
”Terkadang pasien harus mengonsumsi dua obat sekaligus. Ini yang membuat pasien bosan dan tidak patuh. Karena itu, kombinasi obat dengan cara kerja berbeda yang komplementer lebih menguntungkan bagi pasien,” ucapnya.