Dampingi Anak Memilih Sekolah
Orangtua perlu semakin terbuka dengan perubahan di dunia pendidikan dan dunia kerja. Mereka dapat mendampingi anak dan berdiskusi untuk membantu mereka memutuskan pilihan sekolah sesuai bakat dan minat.
Keberhasilan pendidikan anak tidak hanya bergantung pada kualitas pembelajaran di sekolah. Peran orangtua yang sehari-hari di rumah mendampingi tumbuh kembang anak juga tak kalah penting guna menyiapkan keberhasilan anak di masa depan.
Orangtua berperan penting mendampingi anak dalam membuat keputusan, terutama menyangkut pilihan pendidikan saat usia remaja. Ketika anak hendak lulus SMP, ada dua pilihan jalur pendidikan di Indonesia, yakni sekolah menengah atas (SMA) yang menekankan akademik atau sekolah menengah kejuruan (SMK) yang menekankan keahlian atau keterampilan.
Sering kali karena keterbatasan informasi dan pengetahuan orangtua, pilihan anak untuk menempuh pendidikan vokasi atau SMK ditentang. Masih kental anggapan SMA dinilai lebih baik dan menjanjikan masa depan dibandingkan dengan SMA. Ada juga yang memilih SMK hanya karena ada jurusan-jurusan tertentu yang dianggap menjanjikan, seperti teknologi informasi komunikasi (TIK) atau otomotif sehingga ketika memilih SMK, banyak siswa mengincar jurusan tersebut.
”Wajar, sih, kalau orangtua cemas akan masa depan anaknya. Orangtua sering melihat dari pengalamannya dulu. Namun, pertimbangan-pertimbangan orangtua untuk masa depan anak tentunya tidak boleh berdasarkan keinginan semata dari orangtua. Di sinilah perlunya orangtua selalu mau duduk bareng dengan anak untuk berdisuksi serta memahami pemikiran dan keinginan anak,” kata Siti Nurannisa, fasilitator ibu penggerak Sidina Community, dalam gelar wicara bertajuk ”Peran Orangtua Mendampingi Anak Memilih Pendidikan Vokasi”, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/7/2022).
Baca juga : Pendidikan Vokasi Jadi Pilihan untuk Tingkatkan Daya Saing
Gelar wicara tentang peran orangtua ini menjadi salah satu rangkaian acara pameran yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bertajuk ”Vokasiland Road to Hateknas 2022”. Acara yang terbuka untuk umum ini digelar di Grand City Mall Surabaya pada 28-31 Juli. Selain memamerkan berbagai inovasi dari pendidikan vokasi SMK dan politeknik, ada pula gelar wicara hingga gim dan lokakarya dari sejumlah keahlian di pendidikan vokasi.
Di acara pembukaan Vokasiland, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, pendidikan vokasi dan akademik bukan persaingan. Justru, pendidikan vokasi yang menekankan pada pola keahlian dan keterampilan sebagai opsi atau pilihan pendidikan untuk menjawab kebutuhan sosial dan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan; mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi; serta mendongkrak daya saing ekonomi. Karena itu, pendidikan vokasi yang berkualitas juga harus diwujudkan sebagai bagian dari satu sistem pendidikan nasional.
”Pendidikan vokasi di SMK dan perguruan tinggi vokasi adalah pendidikan akademik yang baik untuk keluarga. Kualitasnya juga terus diupayakan meningkat sehingga lulusan SMK juga bisa bekerja, melanjutkan kuliah, ataupun berwirausaha,” kata Kiki.
Dunia berubah
Nurannisa mengatakan, dunia saat ini berubah. Bukan cara belajar saja yang berubah, melainknan juga dunia pekerjaan. Karena itu, orangtua harus punya pola pikir bertumbuh untuk memahami perubahan yang sedang terjadi.
”Orangtua yang mau belajar dan mencari informasi tentang perubahan yang terjadi di pendidikan dan dunia kerja dapat mendampingi anak supaya mereka tidak galau dan bingung,” kata Nurannisa.
Nurannisa menuturkan, dengan pola pikir bertumbuh, para orangtua harus paham bahwa kecerdasaan atau bakat itu bisa bertumbuh. Caranya orangtua mengenali bakat dan minat alami anak sejak dini (nature). Lalu, membantu anak untuk terus mengembangkan bakat dan minatnya dengan memberikan lingkungan yang membuat anak terasah dan berkembang (nurture).
”Ada banyak bakat dan minat yang unik dari tiap anak. Di pendidikan vokasi, pilihan kejuruan yang disiapkan mengikuti banyak bakat dan minat anak. Ada yang fashion, make up, robotik, teknologi, seni tari, musik, hingga desain,” kata Nurannisa.
Baca juga : Dosen Vokasi Belum Produktif Berinovasi
Selama ini, ada anggapan anak yang pintar dengan nilai-nilai yang bagus yang akan sukses dan berhasil. Orangtua harus yakin semua orang bisa berhasil selama berusaha dan bekerja keras.
”Ujian juga dianggap sebagai penentu masa depan. Padahal, kreativitas dan keberanian yang dibutuhkan anak untuk dapat terus berkembang dan bangkit saat gagal atau mencoba hal baru,” kata Nurannisa.
Jika di masa lalu teknologi dianggap mengganggu pembelajaran, kini belajar menggunakan atau menghasilkan teknologi semakin tak terpisahkan. ”Perubahan-perubahan di dunia harus dipahami sehingga orangtua juga mau berkomunikasi secara terbuka dengan anak dalam membicarakan masa depan yang dimulai dari memilih sekolah dan jurusan,” kata Nurannisa.
Pekerjaan-pekerjaan baru bermunculan, seperti content creator dan social media specialist. Anak-anak yang semakin mudah mendapat informasi juga mulai memikirkan pilihan profesi yang sesuai keinginanya.
“Dalam urusan pendidikan anak, bukan cuma orangtua yang cemas dan khawatir. Orangtua ingin yang terbaik bagi anaknya. Sang anak juga ingin yang terbaik bagi dirinya, namun juga tidak mengecewakan orangtua. Jadi, orangtua dan anak sama-sama punya kepentingan, sehingga perlu untuk berkomunikasi dengan baik,” ujar Nurannisa.
Pendidikan vokasi
Pilihan pendidikan vokasi tetap membuktikan anak bisa berhasil dan sukses di masa depan. Vokasi memastikan anak-anak sejak di jenjang pendidikan menengah sudah siap kerja sesuai bidangnya. Namun, bukan berarti lulusan SMK tidak bisa melanjutkan kuliah. Lulusan pendidikan vokasi tetap bisa diterima di perguruan tinggi akademik.
“Pendidikan vokasi menekankan lulusannya bisa langsung kerja dan cari cuan atau duit usai lulus. Tidak menutup kemungkinan juga untuk kuliah. Bahkan, secara etos kerja seharusnya lebih cekatan karena terbiasa belajar secara praktik,” kata Nurannisa.
Ada banyak pilihan jurusan di pendidikan vokasi. Orangtua yang melihat anaknya menonjol di bidang tari, misalnya, bisa memasukkan ke SMK jurusan tari. Di bidang seni ada pilihan dari desain grafis, seni ukur, seni lukis, dan seni musik. Bagi yang suka teknologi, ada robotik, otomotif, dan mekatronik.
”Kalau orangtua dan anak sama-sama saling berkomunikasi, anak tidak terjebak belajar di bidang yang tidak disukai,” ujar Nurannisa.
Ujian juga dianggap sebagai penentu masa depan. Padahal, kreativitas dan keberanian yang dibutuhkan anak untuk dapat terus berkembang dan bangkit saat gagal atau mencoba hal baru.
Sering kali orangtua menentang pilihan anak bukan karena tidak setuju. Orangtua merasa tidak ada bayangan tentang karier/pekerjaan anak di masa depan. Oleh karena itu, para orangtua harus mau mencari informasi tetang jenjang pendidikan. Setiap jenjang, baik yang umum/akademik maupun vokasi, punya keunggulan masing-masing. Lalu, beri dorongan dan motivasi agar anak memilih bidang yang sesuai bakat dan minat anak serta fasilitasi dengan sarana dan prasarana yang sesuai.
”Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membuat seseorang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang telah terberi dalam dirinya dan memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya. Jadi, orangtua harus memberikan kesempatan bagi anak mendapatkan pendidikan yang mengembangkan bakat dan minatnya,” kata Nurannisa.