Pendidikan vokasi di SMK dan perguruan tinggi jadi pilihan yang bisa meningkatkan daya saing SDM dan kesejahteraan bangsa. Untuk itu, potensi inovasi pendidikan vokasi juga perlu dikenalkan kepada publik.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pendidikan vokasi dan akademik tidak bersaing satu sama lain. Justru pendidikan vokasi yang menekankan pada pola keahlian dan keterampilan menjadi opsi untuk menjawab kebutuhan sosial dan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, serta mendongkrak daya saing ekonomi. Karena itu, pendidikan vokasi yang berkualitas juga harus diwujudkan sebagai bagian dari satu sistem pendidikan nasional.
Di tengah pandemi Covid-19, pendidikan vokasi di tingkat menengah dan tinggi masih bisa menghasilkan berbagai inovasi dengan memanfaatkan teknologi dan kolaborasi antara satuan pendidikan dengan dunia usaha dan industri. Berbagai inovasi tersebut ditampilkan dalam Mahakarya Vokasi bertajuk VokasiLand Road To Hakteknas 2022 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Surabaya, Jawa Timur, dan dibuka pada Kamis (28/7/2022). Pameran karya kolaborasi SMK dan pendidikan tinggi vokasi ini digelar hingga 31 Juli 2022.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, pendidikan vokasi dapat menjawab kebutuhan sosial dan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, serta mendongkrak daya saing ekonomi. Berbagai karya inovasi yang ditampilkan di VokasiLand menjadi bukti bahwa satuan pendidikan vokasi baik SMK maupun perguruan tinggi vokasi sesungguhnya sudah mengacu pada perkembangan industri 4.0.
Kiki mengatakan, VokasiLand akan terus dilanjutkan di daerah lain untuk menunjukkan karya nyata pendidikan vokasi yang menghadirkan inovasi untuk meningkatkan daya saing dunia usaha dan industri serta sumber daya manusia. ”Kami berharap kegiatan-kegiatan serupa akan lebih banyak dilakukan untuk lebih memacu kreativitas dan inovasi dari para siswa di satuan-satuan pendidikan vokasi. Dengan demikian, peran pendidikan vokasi dalam meningkatkan daya saing bangsa bisa terwujud melalui berbagai produk-produk inovasi yang lebih mutakhir dan unggul,” katanya.
Mahakarya Vokasi merupakan kegiatan yang menghadirkan berbagai aktivitas menarik, mulai dari edukasi pendidikan vokasi hingga pameran produk-produk inovasi dan teknologi dari satuan pendidikan vokasi. Selain itu, pengunjung juga dapat turut serta dalam berbagai gim dan kuis-kuis menarik. Acara yang digelar selama empat hari tersebut juga akan diisi dengan temu komunitas dan sejumlah gelar wicara dengan figur-figur inspiratif di pendidikan vokasi.
Pameran produk Mahakarya Vokasi menampilkan 20 produk inovasi teknologi karya satuan pendidikan vokasi, mulai dari SMK hingga perguruan tinggi yang selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Padahal, inovasi-inovasi yang merupakan hasil kolaborasi dengan industri itu mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat.
Beberapa produk inovasi yang dipamerkan, antara lain, ShipSimulator karya BMTI Cimahi, rompi antipeluru dan ban tanpa angin karya Politeknik Negeri Angkatan Darat, Sepeda Motor Trail Cassa dan Sepeda Gas (SMK Nasional Malang), serta mobil listrik/tenaga surya (Politeknik Negeri Jember). Produk inovasi masih terus dikembangkan dengan berkolaborasi bersama DUDI dan melibatkan peserta didik.
Pameran tersebut dikemas dalam dua versi, yakni pameran produk secara langsung yang bisa dinikmati oleh para pengunjung di area pameran dan pameran digital dengan tema VokasiLand yang merupakan hasil kolaborasi antara SMK Raden Umar Said, Kudus, Jawa Tengah; Politeknik Negeri Batam; serta Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jawa Barat. Melalui VokasiLand para pengunjung diajak menjelajahi keindahan Indonesia dan menemukan harta karun berupa produk-produk karya siswa dari satuan pendidikan vokasi secara digital melalui teknologi virtual reality (VR).
Produk-produk inovasi satuan pendidikan tidak berhenti pada pengembangan produk semata, tetapi bisa dikomersialkan sehingga bisa membuka lapangan kerja.
Kolaborasi
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan, kesenjangan antara dunia usaha dan industri dengan pendidikan vokasi masih terjadi. Kadin atau pengusaha menghadapi masalah daya saing, produktivitas, dan butuh pekerja bagus. ”Bagaimana membentuk karyawan yang punya produktivitas kerja dan daya saing, sejak awal butuh link and match,” kata Adik.
Menurut Adik, sejak tujuh tahun lalu, Kadin Jawa Timur mendorong dunia usaha untuk memiliki pelatih tempat kerja atau pemagangan. Hal ini dimulai dari menyelaraskan kurikulum sehingga sesuai kebutuhan industri. Di Jatim terbentuk Rumah Vokasi yang menjadi wadah kolaborasi untuk meningkatkan pendidikan vokasi di Jatim.
Menurut Adik, produk-produk inovasi satuan pendidikan tidak berhenti pada pengembangan produk semata, tetapi bisa dikomersialkan sehingga bisa membuka lapangan kerja. Karena itulah, pengembangan inovasi membutuhkan kolaborasi dengan dunia. Hal ini juga dapat mendorong lahirnya wirausaha muda yang tangguh berbasis inovasi dan kreativitas untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Salah satu tim developer Mahakarya Vokasi yang juga mahasiswa Politeknik Negeri Batam, Bagas Eka, merasa senang bisa terlibat kolaborasi bersama SMK RUS dalam proyek ini. Ia bisa mempelajari ilmu baru yang belum diketahui sebelumnya, misalnya, bagaimana cara membuat animasi untuk aplikasi simulasi.
”Saya berharap kolaborasi-kolaborasi seperti ini akan selalu ada. Sebab, selalu akan ada hal baru yang kami dapat. Wawasan baru juga. Karena bisa saja, yang selama ini kami anggap sudah bagus, sudah oke, ternyata ada yang lebih oke lagi sehingga kami selalu tertantang untuk terus berinovasi,” kata Bagas.
Nadia dari SMK RUS Kudus mengaku mendapatkan banyak ilmu baru dari kolaborasi dalam kegiatan Mahakarya Vokasi. ”Kami jadi dapat pelajaran tentang bagaimana membangun komunikasi secara nyata yang mungkin tidak ada di buku-buku pelajaran,” kata Nadia.