Penguatan Pendidikan Vokasi Dukung Produksi Dalam Negeri
Kemitraan pendidikan vokasi dan dunia kerja agar semakin selaras atau ”link and match” diperkuat. Selain untuk kebutuhan tenaga kerja terampil, juga untuk mendukung produksi dalam negeri.
JAKARTA, KOMPAS — Penguatan sekolah menengah kejuruan untuk selaras atau link and match dengan dunia usaha dan industri gencar dilakukan. Kolaborasi pendidikan SMK dengan dunia usaha dan industri tidak saja memperkuat lulusan yang siap kerja, tetapi mampu menghasilkan produksi bersama yang mendukung pengembangan produksi dalam negeri.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknlogi Wikan Sakarinto di Jakarta, Kamis (2/6/2022), menjelaskan, Kemendikbudristek sebagai pabrik pencetak sumber daya manusia (SDM) vokasi berperan strategis dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang andal untuk meningkatkan daya saing industri.
Namun, tantangan yang dihadapi saat ini ialah proses pembelajaran di satuan pendidikan vokasi level sekolah menengah kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi belum sepenuhnya link and match dengan industri. Salah satu penyebabnya adalah belum ada kemitraan berkelanjutan dalam proses pembelajaran hingga penyerapan lulusan vokasi.
Menurut Wikan, potensi pendidikan vokasi sejak SMK perlu terus dioptimalkan. Semangat link and match Merdeka Belajar dengan Kurikulum Merdeka membuka peluang bagi para pelajar dan mahasiswa vokasi dapat melakukan riset berbasis produk yang bisa digunakan di pasar.
SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang bekerja sama dengan MixPro Management, misalnya, berhasil memulai produksi film layar lebar terbaru berjudul Laundry Story: Cinta di Ujung Senja. Produksi film kedua dari SMK ini membuktikan, SMK di Indonesia tidak hanya bisa membuat film pendek, tetapi juga mahir membuat film layar lebar.
Film yang diproduksi sepenuhnya oleh siswa SMK, seperti juru kamera dan penata kostum, tersebut bercerita mengenai perjuangan anak SMK hingga ia sukses memiliki usaha binatu (laundry).
Baca juga: Penguatan Pendidikan Vokasi Meningkatkan Keselarasan Industri-Vokasi
Film ini menawarkan romansa remaja dalam mengejar mimpi yang dikemas secara apik dan sarat dengan inspirasi hidup yang diharapkan bisa menjadi motivasi bagi para penonton. Film ini menjadi film kedua yang diproduksi para pelajar SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen setelah film Cita-citaku Setinggi Balon” yang dirilis pada Februari 2022.
”Pembuatan film layar lebar oleh anak-anak SMK ini bisa menjadi motivasi besar bahwa SMK tidak bisa lagi dipandang sebelah mata atau menjadi pilihan kedua saat memilih sekolah lanjutan. SMK adalah pilihan utama yang akan melahirkan manusia-manusia kreatif dan penuh daya saing,” kata Wikan.
Sementara itu, Direktur MixPro Management Andhika Prabangkara mengutarakan, sebagai rumah produksi, pihaknya senang bisa terlibat dalam satu produksi film dengan siswa SMK. Kerja sama sudah dilakukan untuk penyelarasan kurikulum jurusan broadcasting dan perfilman, magang bagi siswa, serta produksi film layar lebar.
Pembuatan film layar lebar oleh anak-anak SMK ini bisa menjadi motivasi besar bahwa SMK tidak bisa lagi dipandang sebelah mata atau menjadi pilihan kedua saat memilih sekolah lanjutan.
”Kami dari industri sangat mendukung. Kami harap keterlibatan generasi muda menjadi semangat baru bagi kolaborasi ini,” ujar Andhika.
Buatan dalam negeri
Di bidang teknologi, penguatan pendidikan vokasi bidang mesin dan teknik, misalnya, dapat memperkuat terwujudnya produksi dalam negeri. Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV-BMTI) yang bekerja sama dengan sejumlah SMK dan perguruan tinggi vokasi memproduksi simulasi kemudi kapal digital buatan dalam negeri.
Sebelumnya, simulator kapal diimpor dengan harga belasan miliar bahkan puluhan miliar. ”Dengan adanya ship simulator (simulasi kemudi) buatan dalam negeri dengan kinerja dan kualitas yang enggak kalah, harganya lebih murah 50 persen,” ucap Wikan.
Simulasi kemudi kapal itu dikembangkan dan diproduksi oleh BBPPMPV-BMTI dan SMK Negeri 1 Mundu serta SMK Negeri 2 Cimahi untuk pemasangan instalasinya. Saat ini ship simulator yang diproduksi sudah dikembangkan untuk lima pelabuhan, yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Benoa, Banda Neira, dan Tanjung Emas; dan lima jenis kapal, yaitu kapal kargo, kapal penumpang, kapal ikan, kapal feri, dan sekoci.
Bahkan, simulasi kemudi itu masuk dalam e-katalog, dengan PT Lentera Wahana Abadi sebagai penyedia. Pemerintah daerah yang memiliki SMK kemaritiman dan sejenisnya didorong untuk mengalokasikan Dana Alokasi Khusus Fisiknya untuk membeli produk dalam negeri tersebut.
Ship simulator karya anak bangsa ini dijual dengan harga sekitar Rp 500 juta untuk simulator dengan mode pandangan kapal 90 derajat dan Rp 2,1 miliar untuk mode pandangan 180 derajat dengan full badan kapal. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan mengimpor ship simulator yang harganya mencapai Rp 4,7 miliar.
Kepala BBPPMPV-BMTI Supriyono mengatakan, pembangunan ship simulator ini berdasarkan peluang yang dibaca pelajar vokasi, yakni kebutuhan transportasi kelautan di Indonesia sangat besar.
Harapannya, sekolah pelayaran atau program studi pelayaran di dalam negeri tidak lagi mengimpor ship simulator, tetapi memakai buatan anak bangsa. Pengembangannya melibatkan lebih dari 30 SMK dan perguruan tinggi vokasi.
Kebutuhan tenaga kerja
Sementara itu, permintaan dunia usaha dan industri untuk lulusan vokasi yang siap kerja juga meningkat. Salah satunya di Kawasan Industri Kendal (KIK) Jawa Tengah. Kebutuhan tenaga kerja lulusan vokasi yang terampil dan kompeten dibutuhkan sekitar 30 industri yang ada di KIK.
Sebagai langkah awal, pihak Kemendikbudristek menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) dengan empat industri di KIK. Empat industri tersebut meliputi PT Kawasan Industri Kendal, PT Borine Technology Indonesia, PT BSN Technologies Indonesia, dan PT Eclat Textile Indonesia.
Baca juga: Reformasi Total Pendidikan Vokasi
”Penandatanganan PKS ini menjadi bentuk upaya Kemendikbudristek membangun jembatan kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dan DUDI. Nantinya, implementasi kerja sama dilakukan SMK dan perguruan tinggi vokasi, misalnya penyusunan kurikulum bersama, magang, dan pembelajaran berbasis proyek riil dari industri, sebagaimana tercantum dalam paket link and match 8+i,” ujar Wikan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PT Kawasan Industri Kendal Didik Purbadi memaparkan, kerja sama dengan Kemendikbudristek jadi keharusan untuk memenuhi kebutuhan SDM di KIK yang meningkat. Saat ini, sekitar 1.400 lulusan SMK yang terserap di sejumlah industri ikut kerja sama itu.
”Sampai tahun 2023 nanti dibutuhkan sekitar 20.000 tenaga kerja. Dengan kerja sama ini, kami berharap memenuhi tantangan kebutuhan tenaga kerja,” kata Didik.
Permintaan talenta digital dari lulusan pendidikan vokasi juga terus meningkat. Kerja sama dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, dengan PT Learning X (LX) International dengan menyelenggarakan program LearningX.
LearningX merupakan program edukasi yang dikembangkan LX International (sebelumnya LG International, Korea Selatan) sebagai solusi edukasi berbasis industri dengan skalabilitas tinggi dan berkelanjutan. Sebagai salah satu mitra pendidikan vokasi, LX International proaktif bekerja sama dengan berbagai satuan pendidikan vokasi di Tanah Air sejak 2021.
Melalui kerja sama dalam program LearningX, SMK sasaran kerja sama dapat menjadi percontohan dan memberikan sumbangsih bagi SMK lain untuk segera melakukan langkah strategis guna mewujudkan link and match dan akhirnya mampu menjawab tantangan kerja dari semua SMK di Indonesia.
Sementara Direktur Utama PT Learning X International Choi Min menegaskan komitmennya untuk meningkatkan performa platfrom yang ditawarkan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. ”Kami ingin memberi bantuan yang sifatnya lebih berumur panjang dibandingkan dengan kerja sama bersifat sesaat,” katanya.
Pada tahun 2022, LearningX menargetkan sekitar 30.000 siswa merasakan manfaat dari aplikasi yang ditawarkan. ”Kami perlu guru dan mentor yang andal agar hasilnya maksimal serta siswa lebih fokus dan terarah dalam belajar. Kami merancang pusat pembelajaran melibatkan beberapa SMK di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi),” kata Choi.