Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional mengembangkan cokelat probiotik antidiabetes. Mengonsumsi cokelat ini diklaim tidak mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam darah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Bagi penderita diabetes, olahan cokelat biasanya menjadi salah satu penganan yang dihindari. Kandungan gula dalam makanan manis tersebut dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Namun, itu tidak berlaku pada cokelat probiotik yang dikembangkan Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Kunci untuk mencegah komplikasi pada pasien diabetes ialah dengan mengontrol kadar gula dalam darah. Caranya dengan mengonsumsi obat secara rutin serta menerapkan pola hidup yang sehat, termasuk menjalankan diet yang sehat. Pola makan harian sebaiknya rendah kadar gula, garam, dan lemak.
Hal tersebut perlu disadari dengan baik oleh pasien diabetes. Pasalnya, diabetes yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang lebih buruk, seperti kebutaan, gangguan ginjal, gangguan jantung, dan infeksi pada kaki yang berujung pada amputasi. Risiko kematian pun amat tinggi.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia cukup tinggi. Indonesia tercatat menjadi negara dengan jumlah pasien diabetes terbanyak kelima di dunia setelah China, India, Pakistan, dan Amerika Serikat.
Data International Diabetes Federation (IDF) dalam ”Diabetes Atlas 2021” edisi ke-10 mencatat, penderita diabetes di Indonesia pada 2021 mencapai 19,5 juta orang. Jika tidak ditangani dengan baik, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan angka kejadian diabetes di Indonesia bisa melonjak menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.
Karena itu, upaya pencegahan terjadinya diabetes pada masyarakat perlu ditingkatkan. Namun, intervensi dalam pengendalian gula darah pada pasien diabetes juga tidak kalah penting agar komplikasi penyakit yang lebih parah bisa dicegah.
Pengendalian melalui asupan makanan menjadi salah satu yang patut diperhatikan, utamanya pasien diabetes perlu membatasi makanan yang mengandung gula tinggi. Makanan ataupun camilan manis seperti kue dan permen cokelat biasanya dihindari.
Cokelat probiotik
Melalui penelitian Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), penderita diabetes kini bisa mengonsumsi cokelat tanpa khawatir risiko gula darahnya meningkat. Cokelat probiotik yang dikembangkan oleh para peneliti ini diklaim tidak menyebabkan peningkatan gula darah yang berarti.
”Dari pengujian yang dilakukan pada orang sehat yang mengonsumsi produk ini, indeks glikemik yang diukur tidak meningkat. Artinya, kadar glukosa dalam darah juga tidak meningkat,” ucap Rifa Nurhayati, peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, yang mengembangkan cokelat probiotik antidiabetes, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (29/7/2022).
Ia mengatakan, cokelat merupakan bahan pangan yang memiliki berbagai manfaat baik bagi kesehatan. Kandungan polifenol pada cokelat dapat berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mengurangi risiko darah tinggi penyebab penyakit kardiovaskular dan mengendalikan kolesterol dalam darah. Bahkan, kandungan antioksidan dalam cokelat lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan pada teh hijau.
Para peneliti akhirnya berinisiatif untuk menghasilkan produk cokelat tersebut sebagai produk pangan fungsional. Selain memanfaatkan berbagai kandungan baik pada cokelat, para peneliti menambahkan kandungan probiotik pada produk yang dikembangkan.
Probiotik merupakan bakteri baik yang dapat membantu kinerja sistem pencernaan dalam tubuh. Asupan pangan yang mengandung probiotik ini diperlukan untuk pasien diabetes. Pasien diabetes biasanya mengalami ketidakseimbangan mikroorganisme atau bakteri dalam saluran cerna.
”Pada pasien diabetes, jumlah bakteri baik dalam saluran cerna lebih sedikit jika dibandingkan orang sehat. Karena itu, pasien diabetes perlu probiotik dalam asupan makanannya,” ucap Rifa.
Dari pengujian yang dilakukan pada manusia sehat yang mengonsumsi produk ini, indeks glikemik yang diukur tidak mengalami peningkatan. Artinya kadar glukosa dalam darah juga tidak meningkat.
Dengan begitu, pasien diabetes yang mengonsumsi cokelat probiotik bisa mendapatkan manfaat sekaligus, yakni mendapatkan asupan antioksidan dan probiotik yang dapat mendukung kesehatan saluran cernanya. Tidak hanya itu, kadar gula darah setelah mengonsumsi cokelat tersebut juga tetap terkendali.
Rifa menuturkan, pengembangan cokelat probiotik antidiabetes telah dimulai sejak 2015. Penelitian awal dilakukan untuk menemukan probiotik yang memiliki senyawa inhibitor alfa amilase. Senyawa tersebut berfungsi untuk menghambat aktivitas enzim alfa amilase yang berperan memecah karbohidrat kompleks menjadi glukosa. Dengan adanya inhibitor alfa amilase, peningkatan gula dalam darah bisa ditekan.
Sejumlah pengujian pun telah dilakukan. Pada uji in vivo, pada tikus yang menjadi hewan coba ditemukan adanya penurunan gula darah setelah mengonsumsi cokelat probiotik selama empat minggu. Sebelumnya, tikus tersebut sudah diinduksi sehingga mengalami diabetes.
”Awalnya, hewan coba memiliki kadar gula darah di atas 200 miligram per desiliter (mg/dL). Namun, setelah mengonsumsi cokelat ini secara rutin, tingkat gula dalam darah menurun pada kisaran 110 (mg/dL). Selain itu, diketahui tidak ada peningkatan kolesterol pada tikus diabet yang diuji,” kata Rifa.
Dari rangkaian pengujian lain yang dilakukan pada responden yang merupakan individu sehat menunjukkan tidak ada peningkatan indeks glikemik secara berarti setelah mengonsumsi cokelat probiotik. Kenaikan rata-rata yang terjadi 80-90 mg/dL yang masih berada pada ambang batas aman gula darah normal.
Saat ini, produk cokelat probiotik yang dikembangkan Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN telah mendapatkan paten dengan nomor pendaftaran P00201910409 dengan judul ”Cokelat yang Mengandung Probiotik sebagai Antidiabetes dan Proses Pembuatannya”. Produk cokelat yang dihasilkan berbentuk cokelat batangan dengan berat bersih per kotak 58 gram.
Setiap bungkus cokelat mengandung pasta cokelat, lemak cokelat, gula, vanila, dan lesitin kedelai. Adapun kadar cokelat yang digunakan sebesar 65 persen. Meski kadar gula yang digunakan tidak tinggi, rasa dari cokelat probiotik masih disukai oleh responden dalam penelitian.
”Kami harap produk cokelat probiotik antidiabetes ini bisa segera diproduksi secara massal. Karena itu, peran mitra industri sangat dibutuhkan agar produksi massal bisa dilakukan sehingga manfaatnya bisa diterima oleh masyarakat luas,” ujar Rifa.
Peran penting dari mitra industri dalam suatu riset disampaikan pula oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara bertajuk ”Pemanfaatan Riset-Inovasi Kesehatan untuk Percepatan Kemandirian Industri Farmasi dan Alkes Indonesia” yang diadakan secara daring pada Selasa (5/7/2022). Suatu riset tidak akan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa ada peran dari industri.
Untuk itu, kolaborasi antara periset dan industri harus diperkuat dalam ekosistem riset di Indonesia. Ia pun mendorong agar kolaborasi tersebut sudah mulai berjalan sejak tahap awal riset sehingga inovasi yang dihasilkan benar-benar bisa menjaga kebutuhan masyarakat.