Awas, Tren Kematian Meningkat Seiring Lonjakan Kasus Covid-19
Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia diikuti dengan kenaikan angka kematian, termasuk yang dialami tenaga kesehatan. Untuk mengurangi risiko kematian, direncanakan vaksinasi booster kedua.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia diikuti dengan kenaikan angka kematian, termasuk yang dialami tenaga kesehatan. Sejak Juni 2022, kematian terkait Covid-19 di Indonesia di bawah 10 orang per hari, bahkan pernah nol. Namun ,dalam beberapa hari terakhir terjadi kenaikan hingga belasan orang per hari.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), korban meninggal karena Covid-19 di Indonesia sejak Juni 2022 selalu di bawah 10 orang per hari. Pada 23 Juli 2022, misalnya, dilaporkan 9 korban jiwa. Bahkan, pada 24 Juli 2022, dalam sehari tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Namun, pada 25 Juli dilaporkan ada 14 korban jiwa, pada 26 Juli 13 korban jiwa, 27 Juli tercatat 11 korban jiwa, dan 28 Juli ada 17 korban meninggal. Kenaikan jumlah korban jiwa ini terjadi seiring dengan kenaikan jumlah kasus harian yang mencapai 6.353 kasus pada 28 Juli.
Kematian karena Covid-19 juga dialami tenaga kesehatan. Data LaporCovid-19, selama bulan April, Mei, Juni 2022 tidak ada tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19. Namun, selama bulan Juli 2022 sudah ada tiga tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19.
”Dari kacamata kesehatan masyarakat, adanya tren atau kecenderungan kenaikan kasus dan meninggal dari waktu ke waktu ini harus kita waspadai bersama,” kata Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama, Jumat (29/7/2022).
Menurut Yoga, fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling memengaruhi, mulai dari longgarnya protokol kesehatan, pengumpulan orang, penurunan kekebalan, hingga munculnya subvarian BA.5 yang pada sebagian orang dapat menyebabkan penyakit berat dan kematian.
Yoga mengatakan, tren kenaikan angka kasus dan kematian karena Covid-19 saat ini juga dialami sejumlah negara. Australia, misalnya, mengalami angka kematian tertinggi akibat Covid-19 per hari pada tanggal 28 Januari 2022, yaitu 155 orang. Sebelumnya, pada 27 Juli 2022, yang meninggal sebanyak 126 orang per hari.
Ini menjadi alarm untuk mewaspadai varian baru ini. Tentu kita tidak ingin peningkatan kasus kita sekarang jadi dua kali lipat puncak yang lalu dan juga jangan sampai kematian mendekati puncak yang lalu juga.
Sementara itu, di Jepang, rekor penambahan kasus harian terjadi pada 27 Juli 2022, sebanyak 209.694 orang, mencapai dua kali lipat dari puncak kasus yang pernah dialami Jepang selama ini. Sebelumnya, rekor kasus baru harian tertinggi terjadi pada 5 Februari 2022, yaitu 102.775 orang.
”Ini menjadi alarm untuk mewaspadai varian baru ini. Tentu kita tidak ingin peningkatan kasus kita sekarang jadi dua kali lipat puncak yang lalu dan juga jangan sampai kematian mendekati puncak yang lalu juga,” katanya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, kemarin mengatakan, vaksinasi booster atau suntikan dosis ketiga mengalami peningkatan 70 persen dalam satu bulan terakhir. Yang terbaru, Kemenkes mulai memberikan suntikan dosis keempat untuk para tenaga kesehatan sebagai salah satu populasi berisiko.
”Terkait dosis keempat ini, ada penelitian lain yang mendukung. Studi dari COV-Boost menunjukkan penyuntikan dosis keempat vaksin mRNA efektif meningkatkan level antibodi dan imunitas seluler tanpa menimbulkan KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi) yang berat,” kata Wiku dalam keterangan pers pada Kamis (28/7/2022).
Wiku menambahkan, kajian EMA’s Covid-19 Task Force (ETF) dan The European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) juga merekomendasikan pemberian vaksin dosis keempat sesuai prioritas risiko penularan. Orang dengan gangguan imunitas dengan jenis vaksin yang sesuai kemampuan penerimaan tubuh mendapat prioritas pertama, kemudian bertahap kepada seluruh populasi. ”Hal ini juga sesuai dengan apa yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia sebagai langkah lanjutan,” lanjutnya.
Menurut Wiku, SARS-CoV-2 merupakan virus yang sangat mudah bermutasi. Karena itu, kemunculan varian ataupun subvarian baru terus terjadi.
Secara tidak langsung, hal ini mengindikasikan bahwa manusia sebagai inang atau target virus memberikan peluang lebih besar bagi virus untuk memperluas penularannya. ”Walau mutasi virus bersifat alamiah, intensitasnya akan meningkat jika dibarengi laju penularannya yang juga meningkat di masyarakat,” kata Wiku.
Dalam satu tahun terakhir telah terjadi pergeseran dominasi varian dari Delta pada tahun 2021 menjadi varian Omicron sejak awal tahun 2022 ini. Bahkan, karena tingginya mutasi varian Omicron ini, WHO menetapkan pemantauan khusus Omicron Sub-Variant Under Monitoring, di antaranya BA.4, BA.5, BA.2.12.1, BA. 2.9.1, BA. 2.11, dan BA.2.13. Yang terbaru adalah varian BA.2.75 yang ditemukan pada Mei 2022 di India dan telah masuk ke Indonesia berdasarkan pemantauan Kemenkes.